Elven pulang sekolah dengan mogenya. Fyi, Elven diberi kepercayaan oleh Felix untuk menggunakan moge pada saat ia menginjak bangku SMP. Itu semua karena Elven adalah anak lelaki, dan ia sedang mendidik anaknya untuk menjadi lelaki mandiri dan tangguh.
"Mommy!!! Elven go home!" teriaknya saat baru memasuki rumahnya.
Tapi tak ada sahutan.
"Where's mommy? Hmm maybe tidur" Elven bergumam dan menuju kamar tidur orangtuanya.
Tapi, pada saat akan membuka pintu, ia mendengar orangtuanya seolah bertengkar. ia pun menempelkan telinganya ke pintu kamar orang tuanya.
"Aku bisa jelasin semua! Ini gak seperti yg kamu pikir!" Ivi sedikit berteriak.
"Apa?! Apa yg akan kamu jelaskan?!" Felix
"Kamu kenapa gak mau dengerin penjelasan aku dulu sih?!"
"Karena kamu sudah kecewain aku!"
"Aku gak pernah kecewain kamu! Kamu kenapa sih?!"
"Kamu tanya aku kenapa?! Kamu mikir! Aku gak pernah suka kalau kamu ketemu sama mantan-mantan kamu!"
"Aku juga gak pernah mau ketemu sama mereka lagi Lix! Kamu harus tahu! Sejak aku memutuskan untuk memilih kamu, saat itu juga komunikasi aku dengan mereka putus! Tapi kamu gak pernah percaya sama aku! Kamu selalu nyalahin aku! Biarin aku jelasin semua ini dulu ke kamu! Karena apa yang kamu pikirin tentang aku dan Alfi itu gak bener!"
"Ok, jelasin! Aku pengen tahu, pembelaan seperti apa lagi yang akan kamu lakukan"
Ivi menarik nafasnya dalam. Sementara di luar kamar, Elven masih setia menguping perdebatan orangtuanya.
"Ini sama sekali bukan pembelaan, tapi terserah kamu mau percaya atau gak.. Jadi, dia tiba-tiba masuk ke ruangan aku di kursus... Aku juga gak tahu kenapa dia bisa tahu kalo aku lagi ada di kursus.."
"Lalu?"
"Di-dia bi-bilang.. Pe-perusahaan kamu se-sedang berada di a-ambang kehancuran" Ia berucap gugup.
Tes... Air mata Ivi lolos begitu saja.
Felix memejamkan matanya menahan emosi yg siap membara. Ia mengepalkan tangannya. Lalu menumbuk tempat tidur.
"Brengsek!! Jadi benar bahwa dialah penyebabnya! Setelah kamu tahu bahwa perusahaan aku akan hancur, apa kamu bakal ninggalin aku?"
Ivi menggeleng."itu gak akan mungkin terjadi Lix... Aku cinta sama kamu... Mau seperti apapun kondisi kamu nanti, kita akan tetap sama-sama.. Kita akan susah senang bareng Lix.. Kita juga sudah punya anak, aku gak akan mungkin ngelakuin itu.. Please jangan berpikir seperti itu Lix.." air mata Ivi terus saja keluar.
"Kenapa? Aku sudah hancur vi.. Hancur! Kamu boleh pergi kalau kamu mau"
Ivi mengambil kedua tangan suaminya dan menggenggamnya erat. Felix tak sanggup menatap Ivi.
"Aku gak akan pernah tinggalin kamu... Aku janji... Kita akan bangkit sama-sama"
Tes... Air mata Felix lolos tanpa disangka.
"Aku takut Vi... Aku takut kamu ninggalin aku" Felix menatap dalam Ivi, begitupun sebaliknya.
"Aku gak akan pernah lakuin itu... kamu gak perlu khawatir.. Aku. Akan.Slalu.Ada.Untuk.Kamu.." Ucap Ivi penuh penekanan lalu di akhiri dengan jari telunjuknya menunjuk hati Felix.
Felix menarik tubuh Ivi dan memeluknya erat.
"Jangan pernah tinggalin aku"
"Tentu"
Di luar kamar, Elven ikut menangis.
"Ternyata, masalah Mommy and Daddy serumit ini.. Aku gak boleh nambahin masalah mereka. Aku harus bantu Mommy and Daddy buat cari jalan keluar dari masalah ini... Akel Calvin, aku harus minta tolong sama akel..." Monolog Elven dan langsung ke kamarnya.
.....
Calvin baru saja selesai melakukan operasi terhadap pasien.
"Hoam... Capek gue... Anak binik gue gimana ya di rumah? 2 bulan gak balik ke rumah gegara urusan yg gak penting." kesalnya sendiri.
Drrrrtttt....
"Lah, bocah ngapain nelpon gue? Kangen nih sudah pasti" ucap Calvin percaya diri.
"Assalamualaikum bocah... Ngapa nelpon? Rindu yak? Mohon maaf gue sibuk di RS jadi gak sempet main ke rumah lu"
"Ish! Akel kepedean banget sih... Aku tuh telpon bukan karena rindu"
"Jawab salam gue dodol"
"Heheh maaf akel... Waalaikumsalam.. Kel, mau minta tolong"
"Ngapain mintol sama gue.? Ke kantor polisi noh minta tolong"
"Yaelah pelit amat... Tolongin yak"
"Apaan tuh?"
"Mommy Daddy berantem tadi sore... Akel bisa bantuin gak?"
"Wah ... Gue gak mau ikut campur urusan RT bonyok lo.. Gue dah nikah soalnya sekarang. Salah-salah ngomong, gue yg kena"
"Elven belum selesai ngomong kel!" kesal Elven
"Apaan?"
"Elven denger, perusahaan daddy sedang berada di ambang kehancuran.."
"Apa?!! Gak mungkin! Perusahaan kita tuh perusahaan besar.. Impossible banget"
"Tapi itu fakta... Kel, katanya ada orang yg memang pengen hancurin perusahaan daddy. Akel bisa cari tahu gak? Tadi, aku dengar kalau gak salah namanya Alfi gitu"
"Sialan! Siapa yg ngajak ribut nih? Gue bakalan usaha buat cari tahu penyebab awalnya.. Lu tenang dan banyak doa aja.. Eh tapi tadi lo bilang Alfi ya?"
" Iya kel.. Katanya dia Penyebabnya ..siap kel.. Makasih btw"
"Same-same.. Dah ya gue mau pulang nih"
"Ok kel... TTDJ"
"Iye"
......
Setelah Elven menghubungi Calvin, ia merasa sedikit tenang.
"Alhamdulillah masih ada akel Calvin yg bantu... Semoga masalah ini segera terungkap..." Monolog Elven.
Tok Tok Tok...
"Elven, keluar sayang... Kita makan malam dulu yuk" Panggil Ivi dari luar kamar Elven.
"Iya mom.. Nanti Elven nyusul"
"Yaudah mommy daddy duluan ya"
"Ok.."
Ivi meninggalkan kamar Elven.
"Aku curiga.... Tapi, gak mungkin... Kayaknya aku gak bisa cuma andelin akel... Ini bahaya. Aku juga harus cari tahu kebenaran ini sendiri. Hmm sepertinya aku harus ke kantor Daddy"
...
"Jadi, kamu sudah tahu siapa yg berniat menghancurkan perusahaan kamu?" Ivi.
Elven baru saja tiba dan akan duduk di meja makan.
"Kenapa Mom?" Elven bertanya pura-pura gak tahu.
"Hm gapapa sayang" Ivi
"Perusahaan Daddy kenapa?" Elven
"Gapapa kok... Kamu makan gih"
"Hm"
Elven mulai memakan makanannya. Tak lama selesai.
"Dad, besok aku mau main ke perusahaan daddy ya" Elven
"Untuk apa?"
"Aku juga pengen belajar dunia bisnis"
"Kamus serius?"
"Iya... Aku pengen bantu daddy kelola bisnis ini"
"I'm proud of you" ucap Felix dan mengacak rambut putranya.
"Jangan ada yg disembunyiin dari Elven"
"Sayang, mommy Daddy gak mau pikiran kamu terganggu" Ivi
"Iya sayang"
"Tapi, Elven berhak tahu. Apa Daddy sudah tahu siapa orangnya?"
Tiba-tiba seseorang masuk ke ruang tv mereka.
"Alfi Bravino." Sontak semuanya menatap ke sumber suara.
"Akel!" teriak Elven antusias.
"Hai boy" Elven dan Calvin saling bertos.
"Wah... Akel datang juga" Elven
"Iya donk..."
"Maksud kamu?" Felix
"Alfi Bravino kan yang ingin menghancurkan perusahaan?" Calvin
"Bagaimana kamu tahu?"
"Dunia bisnis sudah aku genggam lama.. Dan, siapa pengkhianat di perusahaan kita? Tentu kalian tidak akan percaya" Calvin
"Kenapa akel bisa cepat banget tahu info ini?"
"Karena akel sudah lama mengenal dunia bisnis boy"
"Siapa yg kamu maksud Vin?" Ivi
"Dia-"
Hayo penasaran kan siapa Pengkhianat nya??? Gak nyangka nih ntar pastinya.