Latif pun terbangun di saat azan subuh dan melaksanakan sholat berjamaah di masjid dekat rumahnya seperti biasa. Kemudian setelah itu Latif menelpon temannya menanyakan tentang foto Zya dari pengirim yang tidak di ketahui itu apakan asli atau editan dan teman Latif mengatakan bahwa foto itu adalah rekayasa atau editan.
Dirumah Latif kebetulan temannya bernama Malik yang seorang fotografer grader dan editor foto handal itu kerumahnya atas permintaan latif, beruntung rumah mereka hanya berjarak 50 meter saja sehingga Malik mau pagi-pagi buta kerumah temanya itu .
"Bro mumpung Lo disini gue mau tanya tentang foto, menurut Lo ini asli atau editan?" kata Latif penasaran.
"Sini gue cek dulu, ini rekayasa bro yang ngedit pinter banget Sampek terlihat kayak foto asli tapi ini 1000% editan." kata Malik yakin.
"Yang bener loh bro, ya Allah ternyata hamba salah paham." kata Latif dengan menyesal.
"Iya bro itu editan gue yakin banget kalau itu editan, gue udah cek semuanya dan itu terbukti editan." kata Malik meyakinkan.
Karna rasa bersalah yang teramat dalam pada Zya bahkan Latif melupakan patahatinya pada mantan kekasihnya yang seorang LGBT. Latif sangat menyesal telah menjelek-jelekkan dia di depan ayahnya bahkan latin telah mengecap dia sebagai wanita penggoda tanpa tahu kebenaran yang sebenarnya, sekarang adik bingung gimana caranya meminta maaf kepada dia ya walaupun dia tidak mengetahui bahwa Latif pernah memilikinya karena menerima kiriman paketan asing dari rumahnya itu. Sekarang Latif jadi bingung sebenarnya siapa pengirim paketan itu mengapa dia mengatakan bahwa. "Zya adalah miliknya, istrinya dan dan bahkan dia mengatakan bahwa telah menyentuhnya terlebih dahulu, oh iya bahka ada pesan tentang teka-teki mawar merah menjadi hitam? Apakah orang itu merupakan penggemar berat dia entahlah semua ini terasa sangat membingungkan." itulah yang sekarang dipikirkan oleh Latif.
"Oh iya bro gue tarsiang ngajar, loh pulang aja ya tu ada cemilan di kulkas bisa Lo bawa, ni buat Lo makasih udah nolongin gue...," kata Latif mengusir secara halus.
"Lo keterlaluan banget si bro, baru aja maen kesini setelah sekian ealah malah di usir, tapi gak papa deh asalnya dapet cemilan geratis ama pulus.... hehehehe." kata Malik senang.
"Maaf banget bro, gue bukannya ngusir cuman nyuruh lu pulang aja karna gue banyak urusan." kata Latif mulai ngusir lagi.
"Iya-iya gue pulang, yang mau siap-siap ketemu tunangan mah gitu temen dilupain." kata Malik dramatis.
"Apaan si Lo jijik gue liat muka lo." kata Latif malas melihat muka pura-pura sedih Malik.
Setelah insiden pengusir pun akhirnya sekarang Latif di universitas, Latif telah mengetahui bahwa Zya memang mengenakan jilbab saat kuliah tapi belum berjilbab tetap alias masih pasang copot, karna masih belajar, jangan tanya Latif tau dari mana, tentu dengan uangnya dia bisa membayar orang untu mengetahui hal itu bahkan Latif telah menyuruh beberapa detektif untuk mengawasi Zya, dan juga mencari siapa pengirim paketan yang berisi teka-teki itu.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh", kata Latif setelah memasuki kelas.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Pak." kata mahasiswa dengan serentak.
" Silahkan mulai presentasi pada kelompok selanjutnya, dan kumpulan tugas individu berupa Vidio dan laporan yang saya minta minggu lalu".
"Baik pak".
"Maaf pak tugas saya ketinggalan pak, vidionya ada tapi laporannya masih di kosan. apakah saya diizinkan untuk mengambilnya dikosan?" kata Zya.
"Kamu temui saya nanti setelah Zuhur." kata Latif formal.
"Baik pak". kata zya sedikit merasa takut.
"Aduh gimana sih kok bisa lupa, begok, begok, begok.... pasti bapaknya marah, terus aku dikasih tugas banyak." kata Zya bergumam yang hanya dapat didengar oleh dirinya dan sasya.
"Kok bisa lupa sih mbak, semalemkan udah aku ingatin." kata Sasya, yang sabar aja ya mbak semoga gak di hukum ama pak dosen killer." kata Sasya.
"Iya dek, aku salah masukin tugas, ini yang kebawa tugas yang harus nya di kumpul besok, mata kuliah Bu Maisa." kata Zya dengan lemas.
Kemudian kelas berjalan seperti biasanya dengan presentasi, diskusi dan penutup.
Zya kemudian melakukan sholat zhuhur di masjid kampus bersamaan sasya dan mahasiswa lain. kemudian teman-temannya pulang terlebih dahulu yaitu Lia, Melia, Lucia, dan Sasya. karna Zya kan menemui di ruang Latif setelah zuhur seperti perintah Latif tadi .
Zya kemudian mengetuk pintu....
"Asalaamuaikum pak". kata Zya sambil mengetuk pintu.
"Waalaikumussalam, silahkan masuk." kata Latif datar.
"Ini pak saya ingi mengumpulkan tugas", kata Zya, sebernya tadi Zya minta tolong adek kelasnya yang masih di kosan untuk mengambilkan tugasnya yang tertinggal dan beruntunya dia tadi adik kelasnya itu ada jam kuliah setelah zuhur.
"Saya tidak berkata akan menerima tugas kamu yang terlambat." kata Latif masih mempertahankan muka datarnya. Padahal dalam hati Latif ingin sekali tertawa melihat wajah panik Zya yang lucu bagi nya.
"Lalu untuk apa saya di panggil kesini pak? apakah saya mendapat tugas tambahan, tolong jangan buat nilai saya pak saya tidak ingin mengulang tahun depan." kata Zya dengan sangat panik.
"Hahahhaha..... muka ketakutan mu sangat lucu.....," kata Latif yang terlawa lepas tanpa beban .
Ya Allah nikmat apakah yang telah aku dustakan sampai aku tak sadar bahwa dosen kiler ini bisa sangat tampan saat tertawa, pikir Zya.
"Kenapa kamu melamun, mana tugas mu saya terima, dan tenang saja saya tidak sekejam itu untuk memberikan mu nilai e, tapi mulai besok kamu akan jadi asisten saya." kata Latif dengan santai.
"Tapi pak kenapa harus saya? an masih banyak yang lebih pintar dari saya?" kata Zya yang sebenarnya ingin mengelak karna tidak mau terlalu dekat dengan tunangan itu, lalu akan membuat hatinya patah nanti.
"Yang telat mengumpulkan tugas kan kamu bukan mereka, kamu mau tugas mu saya terima atau tidak?" kata Latif tegas.
"Iya pak, baiklah saya akan menjadi sekretaris bapak." kata Zya dengan lesu.
"Maafkan saya sekarang kamu boleh keluar dari ruangan saya." kata Latif terdenga seperti orang bersalah.
"Baik pak, terimakasih." kata Zya tersenyum paksa kemudian meninggalkan ruangan itu sebelum dosen killer itu berubah pikiran.
Setelah kepergian Zya Latif pun lega karna telah minta maaf pada Zya, walaupun dengan cara yang tidak Zya pahami. kadang memang kita tidak bisa menebak orang hanya karna dari sudut pandang diri sendiri, kita butuh bantuan orang lain untuk menyatukan diri kita.
setidaknya itulah yang di pikirkan Latif
Sekarang, Latif terlalu mencintai mantan kekasihnya itu sampai tidak mendengar tanggapan orang tuanya pada hubungan mereka dulu waktu pacaran, tapi Zya dia bisa membuat Latif tenang dan nyaman tanpa takut orang tua akan tidak menerima nya, mahluk tuhan yang Latif anggap sempurna dan polos, bahkan karna kepolosannya sampai tidak sadar bahwa dia dimanfaatkan banyak orang.