Saat Zya sedang berjalan pulang dari kampus, kebetulan Zya berjalan sendiri karna tadi temanya sudah pulang duluan karna mereka ingin mengerjakan tugas kelompok di kosan, Zya terpaksa pulang telat karna harus menghadap kepada dosen killer alias Muzzamil Latif. saat di jalan sepi tiba-tiba ada mobil yang berhenti tepat di belakang nya tapi karna merasa tidak aman Zya pun mempercepat jalannya.
Tapi belum ada 3 langkah tangannya sudah di cekal oleh dua orang berpakaian hitam dan menggunakan topeng, Zya ditarik paksa masuk kedalam mobil dan mulut nya ditutup oleh sang penculikan, karna penculik itu menutup mulut dan hidung Zya dengan sapu tangan yang telah di bius Zya pun kehilangan kesadaran.
"Dimana ini." kata Zya sambil memegang kepalanya yang agak sakit mungkin efek obat bius tadi.
"Kamu sudah sadar istriku, sekarang kamu berada di mision kita." kata seseorang pria yang tak Zya kenal.
"Maaf ada siapa? kenapa anda mengatakan saya istri anda sementara saya sudah bertunangan." kata Zya heran.
"Kalian hanya bertunangan secara terpaksa sayang, kau tetap akan menjadi istri ku dengan cara apapun." kata laki-laki itu kekeh.
"Maaf tapi bahkan saya tidak mengenal anda?, kenapa anda menculik saya?" tanya Zya dengan berhati-hati.
"Kamu melupakan suaraku sayang, baiklah ku akui aku melakukan operasi plastik karena suatu insiden, aku hanya membawamu pulang sayang, tapi aku tetap tampan dengan wajah baru, nama ku Azka, apakah kau sudah mengingatnya?" kata Azka sambil tersenyum tulus.
"Maaf aku tidak mengingat mu, bisakah kau mengantarkan ku pulang, kepalaku terasa sakit." kata Zya sambil memegangi kepalanya.
"Apa yang kau katakan, ini adalah rumah kita, dan mulai sekarang kau adalah milikku, kau hanya akan bisa keluar dari sini atas izin ku atau bersamaku, dokter pribadi kita akan memeriksa mu jika kau merasa sakit." kata Pria itu dengan nada agak marah, tapi dia malah memeluk zya.
"Kenapa anda memeluk ku, menjauhlah kepalaku benar-benar sakit." kata Zya bahkan telah mengeluarkan air matanya menahan sakit di kepalanya .
"Dokter.... Ica cepat kesini, periksa istri ku dia pingsan karna tadi merasakan sakit dekeplanya." kata Azka dengan panik .
Untungnya dokter Ica segera ke ruangan yang di tempati Azka dan Zya, kalau tidak bisa-bisa nyawanya melayang.
"Baik, biasakan anda melepaskan pelukan anda pada istri anda agar saya bisa meriksanya dengan mudah." kata dokter Ica dengan hati-hati.
Azka kemudian melepaskan pelukannya dan mengggam tangan kiri Zya, seakan takut Zya akan hilang jika dia lepaskan.
"Periksalah dengan benar." kata Azka tegas.
"Seperti nya istri anda pernah mengalami trauma yang menyebabkan ada sebagian ingatan karna trauma itu menghilang, dan muncul tiba-tiba sehingga menyebabkan syaok dan merasakan sakit karna terlalu dipaksa mengingat, istri anda tidak boleh di paksa mengikuti masalalu yang menyakitkan banginya, saya akan menulis obat untuk meredakan rasa sakit." kata dokter Ica jelaskan.
"Baiklah letakan di naskah dan keluarlah." kata Azka tanpa mengalihkan pandangan pada Zya.
Kemudian dokter Ica pergi dari ruangan itu, meninggalkan Zya dan Azka berdua saja.
"Saya maafkan akau, jika akulah yang menyebabkan kamu sakit, maaf aku sangat menyesal , aku akan melakukan apapun untuk mendapatkan mu, bahkan jika kau meminta aku harus membunuh semuanya untuk bersamamu akan aku lakukan." kata Azka sambil mendekap gadis kesayangannya itu.
"Tunggulah sebentar, aku akan memberikanmu obat, aku tidak bisa percaya pada yang lain jika itu menyangkut keselamatan mu." kata Azka mencim tangan Zya kemudian meninggalkan Zya untuk membeli obat agar Zya tidak merasakan sakit lagi.
Jika dulu kau mengenalku sebagai bajingan maka biarkan sekarang kau mengenalku sebagai orang yang akan menjagamu dengan caraku, itulah yang ada di benak Azka saat ini.
Setelah selesai membelikan obat Zya , Azka pun kembali dengan membawa obat dan nampan berisi makanan. Tapi Zya akan bangun dengan memegang kepalanya.
"Dimana aku? kenapa kepalaku sangat sakit." rancau Zya.
"Kamu berada di rumah kita istriku, ayo makan dan minum obatmu agar kamu tidak merasakan sakit lagi." kata Azka dengan lembut.
Zya hanya mengangguk saja, karna tidak ingin berdebat dikondisinya sekarang ini.
"Sekarang buka mulut mu, aaak...," kata Azka dan mulai menyuapi Zya.
Baru 3 sendok Zya makan tapi, Zya sudah menggelengkan kepala tanda suda cukup makan.
"Lain kali makan lah dengan lahap seperti dulu, kau masih sama ketika sakit." kata Azka yang keceplosan.
"Sama dengan siapa?", kata Zya heran.
"Ah tidak, kamu masih sama-sama cantik bahkan ketika sakit maksudku, sekarang minum obat mu, jangan memikikan hal-hal yang tidak penting, cukup pikirkan saja kau adalah istri ku dan aku adalah suami mu, kau mengerti?" kata Azka .
"Hemmm, tapi..." kata-kata Zya tepotong setelah meminum obat Zya ingin protes tapi terpotong omongan Azka.
"Sekarang tidurlah hari sudah malam, ayo tidur." kata Azka sambil berbaring di samping zya, sambil membawa Zya kedalam pelukannya.
Zya yang gugup pun diam menhan napas karna posisi mereka terlalu intim menurut Zya.
"Tetaplah bernapas, atau kau mau aku berikan napas buatan?" kata Azka jail.
"Iyaaa.. tolooong lepaskan peluuuukan muu...." kata Zya gagap.
"Diam lah dan tidur, atau aku akan melakukan suatu hal yang lebih dari pelukan!" kata Azka tersenyum licik tanpa bisa dilihat oleh Zya, karna wajah Zya di dada Azka, sedangkan kepala Azka dia atas ubun-ubun zya, mementara tangan Azka memeluk pinggang Zya, sementara tangan yang satunya mengelus kepala Zya yang di lapisan jilbab .
Zya pun terpaksa tidur karena takut akan ancaman Azka.
"Bahkan di saat tidur pun kau masih terlihat sangat cantik," kata Azka mencium kening Zya dengan sayang.
" Jika aku harus menjadi orang lain agar bisa membuat mu bersamaku ku aku akan melakukannya, marawar hitam menjadi merah." kata Azka sambil mendekap erat tubuh Zya dengan sayang dan juga mencium kening Zya sesekali.
Teman-teman Zya pun sedang panik dikosan karna Zya menghilan tanpa kabar, bahkan sasya sudah mengis karna merasa bersalah telah meninggal Zya kemaren, dan tidak menunggu zya saat pulang untuk pulang bersama. 3 hari sudah Zya telah hilang bahkan nenek dan bibinya telah melaporkan kepolisian dan polisi tengah menyelidiki nya.
"Azka..... aku ingin kuliah, kembalikan handphone ku aku menghubungi teman ku dan nenek mereka pasti sangat menghawatirkan ku." kata Zya memohon.
"Kamu dirumah saja sayang, kita akan menikah lagi 3 hari lagi." kata Azka sambil menciumi pipi Zya.
Zya sudah biasa dengan tingkah Azka dan ancaman nya dan anehnya semua itu membuat Zya semakin penasaran dengan pria ini, bukannya membuat Zya merasa risih.