Chereads / apakah cinta sejati / Chapter 68 - Tentang Andra & Andreas

Chapter 68 - Tentang Andra & Andreas

"Apakah yang dimaksud dengan permintaan terakhir ayah tadi??! Ayah baik-baik saja kan nek???!!". Tanya kania sangat hawatir mengingat tentang ucapan Amira tadi.

"Ayahmu telah meninggal dirumah sakit, pada saat rumah kalian kerampok kan dulu Ayahmu sangat mengkhawatirkan kondisi ibu, dan ibumu yang ternyata ibumu diam-diam menutupi penyakit ginjal nya yang rusak dan tidak berfungsi dengan benar karna ibumu hanya memiliki 1 ginjal. Ayahmu yang pada saat itu terluka parah meminta Andra untuk mencari pendorong tapi Allah berkehendak lain ayah mu telah meninggal dunia setelah menuliskan sebuah surat yang isinya hanya diketahui oleh Andra saja. Ibu mu belum tahu yang sebenarnya mungkin ibumu telah menganggap Andra adalah Andreas, Anda menikahi ibumu pada saat ibumu masih koma karna operasi ginjal yang telah dilakukan 3 hari kemudian ibumu sembuh dan Andra memutuskan membawa kalian semua ke suatu desa, tapi karna terpentok biaya dan masalah yang besar mereka terpaksa meninggalkan mu dan nenek membawamu dan merawat mu secara diam-diam tanpa mereka ketahui waktu itu tapi sekarang mungkin mereka telah menyadarinya. Sebelumnya Andra juga yang telah merawatmu dan Kembaranmu selama kalian koma berbulan-bulan ". Ucap Amira menjelaskan.

Kania menangis mendengar cerita nenek nya. Ternyata ayah kandung nya selama ini telah meninggal, dan ibunya, kembarannya dan dirinya sendiri hidup penuh perjuangan dan penderitaan.

"Aku sangat menyesal telah pernah membenci ibunda ku... hiks..hiks..hiks.. pantas saja dia selalu meninggalkan kami setiap minggu tanpa sepengetahuan ayah. Mungkin waktu itu ibu sedang cuci darah. Dan Aku... memang layak untuk di benci.. ". ucap Kania sambil menangis.

"Apa yang kau katakan nak, pada waktu itu kalian berdua masih terlalu kecil dan tidak mengetahui apa-apa, jangan menyalahkan diri mu sendiri mungkin ini adalah takdir Allah". Ucap Amira yang kemuan memeluk Kania yang sedang menangis sesenggukan.

Tok, tok, tok

"Ibu... Kania....., ayo kita makan siang terlebih dahulu !!!!". Ucap Ainun dari luar kamar.

"Kau dengar nak mamamu telah datang, mungkin dia akan menjadi sangat sedih jika melihat wajah mu yang berlinang air mata ini, sekarang tersenyumlah kami semua mencintai mu... dan menyayangi mu...". ucap Amira setelah menghapus air mata dari pipi Kania dan kemudian memeluk cucunya itu.

Kania hanya diam beberapa saat mencoba menenangkan diri akan tidak menangis terus. sekarang yang telah Kania pikiran kenapa mamanya belum menikah, Kania sangat ingin menanyakan nya pada nenek tapi ternyata ibunya telah membuka pintu dan Kania akan menanyakan nya nanti.

"Ibu.... ayo makan, nak Muzza telah menunggu mu dibawah mungkin dia sedikit bingung berada disini". Ucap Ainun sedikit tertawa.

"Oh iya. Aku hampir melupakan nya", Kania langsung turun dengan terburu-buru karna ingin menemui Muzza.

"Dasar anak-anak". Ucap amira yang hanya menggeleng kan kepala melihat tingkah Kania yang kekanakan.

Amira dan Ainun kemudia menyusul Kania dan Muzza kebawah, dan terlihat Kania sedang berusaha minta maaf pada Muzza yang terlihat hanya diam seperti patung.

"Muzza maaf..., maaf, maaf, maaf... Tolong jangan Marah padaku....?!! ucap Kania yang hampir menagis karna Muzza hanya diam dari tadi tidak merespon ucapannya.

"Kau tidak bersalah". Ucap Muzza dengan datar.

"Lalu Kenapa kau dari tadi hanya diam saja dan mengabaikan ku???". Ucap Kania yang merasa aneh.

"Aku... hanya memikirkan masalah kantor". Ucap Muzza setelah melihat kedatangan mama dan nenek Kania.

"Benarkah???!". tanya Kania karna merasa sedikit ragu.

"Iya....". Ucap Muzza yang tersenyum dan mengacak-acak rambut Kania karna merasa gemas.

"Hemmmm...". Ucap dari Amira yang menghentikan tangan Muzza untuk mengusap kepala Kania lebih lama.

"Belum mahrom!!!". Ucap Amira mengingatkan Muzza dan Kania.

Kania hanya tersenyum melihat reaksi Muzza yang hanya mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Sebenarnya ada hal penting yang ini Muzza bicara pada Kania tentang keluarga Kania dan hal ini cukup serius bahkan detektif suruhan Muzza pun menemukan bukti-bukti yang membuatnya mematung beberapa saat tadi, dan baru tersadar setelah Kania mendengar suara Kania yang merengek padanya.

"Ayo kita makan siang dulu". Ucap Ainun pada semuanya.

"Hemmmm.... iya, Kania sini duduk samping nenek!!". Ucap amira yang seperti mencurigai gerak-gerik Muzza.

"Tapi... nek Kania...". ucap Kania yang terpotong.

"Sekarang Kania!!!!". Ucap Amira dengan tegas.

"Iya nenek". ucap Kania yang sedikit murung. Kania duduk berhadapan dengan ibunya sedang Muzza berhadapan dengan nenek.

Muzza semangkin curiga dengan sikap nenek Amira padanya seperti ada suatu hal yang disembunyikan dan takut terbongkar.

"Nenek Amira bolehkah saya bertanya pada anda???!". tanya Muzza.

"Sekarang kita makan terlebih dahulu, setelah itu baru kita membicarakan hal yang ingin kau bicarakan!". Ucap Amira dengan wajah serius.

Muzza menganggukan kepalanya, sementara Kania menatap Muzza dengan pandangan bingung dan seakan bertanya melalui tatap "apa yang ingin kau bicara dengan nenek??" tapi Muzza hanya menaikkan bahunya dan seakan memberikan makna "entah lah".

Dilain tempat Andreas sedang bingung, bagaimana jika rahasia tersembunyi ini terbongkar mungkin banyak orang yang merasa tertipu dan sangat membencinya.

"Sayang... udah pulang??? kenapa wajah mu terlihat sangat kusut???!,". Tanya Sonia setelah selesai mencium tangan suaminya yang baru pulang dari kantor.

"Gak papa kok sayang, aku hanya terlalu merindukan mu.... dan sedikit lelah". ucap Andreas sambil tersenyum manis pada Sonia.

"Ya Allah ya Tuhanku, maafkan hamba jika harus berbohong pdabya lagi, tapi hamba memeng sangat mencintainya.... tolong jangan sammpai dia membenciku karna sebuah tanggung jawab". ucap Andreas dalam hatinya.

"Suamiku??!!". tanya Sonia yang mulai curiga melihat wajah suaminya yang sedikit murung.

"Iya sayang, aku hanya memikirkan tentang putri kita Kania apakah dia akan benar-benar memaafkan ku, dan mungkin ibu tiri ku itu telah mengatur siasat baru dan aku tidak bisa mencegahnya". Ucap Andreas setengah jujur pada Sonia.

"Putri kita pasti akan memaafkan mu karna kau ayahnya, Kenapa dari dulu kau selalu menganggap ibu tiri mu itu jahat??. Kita tidak boleh berburuk sangka". Ucap Sonia dengan lembut .

"Iya... aku.... ayahnya... ,tapi....Aku memiliki banyak salah pada putri kita Kania... dan aku masih ingat ibu tiri itu yang telah beberapa kekacauan". Ucap Andreas yang meragukan dirinya sendiri.

"Kau tidak boleh pesimis seperti itu suamiku, putri kita sudah dewasa mereka pasti akan mengerti, dan mungkin ibu tiri mu memiliki alasan yang tanpa sengaja membuat beberapa kekacauan". Ucap Sonia yang memberikan pendapatnya.

"Iya kau benar istriku....". ucap Andreas buang kemuan memeluk Sonia untuk menyambunyikan perasaan bersalahnya dan agar Istrinya ini tidak dapat melihat wajahnya yang sebenarnya takut kehilanga Sonia dan anak-anaknya mungkin akan membencinya setelah fakta terungkap nanti.