"Ayo kita kerumah Kezya Sekarang juga Aku ingin secepatnya kita menemukan nya, Aku hanya hawatir dia tidak bahagia." Kata Muzza dengan raut muka sedih.
"Maaf tuan kami Memeng telah menemukan nona Zia di dua tempat, dan kami masih bingung yang mana nona Zia yang asli." Kata orang suruhan Muzza itu.
"Ternyata kau bisa bucin juga ya, Aku tidak menyangka adik sepupu ku yang dulu masih ingusan ini sekarang sudah bisa menjadi bucin akut seperti ini hanya karena seorang wanita. Oh iya bukanya nenek pernah berbicara bahwa pacarmu itu bukan bernama Kezya. Atau mungkin aku salah dengar ya waktu itu." kata Ririn yang baru saja muncul setelah selesai dengan urusannya di toilet.
Saat ini memang Muzza dan Zya makan di cafe karena kakaknya itu memaksanya untuk mengantarkannya ke cafe yang merupakan tempat minum kopi terenak diwilayahnya sini menurut Nenek mereka.
"Iya mantan pacarku telah pergi menikah dengan sejenisnya. Dan Kezya merupakan perempuan baik yang dijodohkan oleh nenek dan kakek dengan ku, kami bahkan telah bertunangan lihat ini. Tapi Kezya malah dinikahkan dengan laki-laki lain oleh ayahnya
bahkan tanpa memberi tahuku terlebih dahulu." kata Muzza menujukan cincin tunangannya dengan semangat, kemudian kembali murung mengingat kenangan pahit itu.
"Itu berarti Tuhan telah merencanakan jodoh yang terbaik untuk mu dan pastinya bukan salah satu dari mereka." kata Ririn sambil menyilang kan kaki cantiknya yang anggun.
"Hemmm.... Kakak tu kenapa berubah jadi kayak gini si... lihat pakaian kakak sangat terbuka. Bagaimana jika ada lelaki mata keranjang yang menculik kakak karna pakaian yang kakak kenakan itu." Kata Muzza karna merasa risih dengan penampilan kakak sepupunya itu.
"Jika berkaitan tertutup saja membuatku rusak maka Aku akan berpenampilan terbuka saja agar tidak disangka terlalu polos dan bodoh." kata Ririn dengan santainya sesekali meminum capuccino yang telah di pesannya tadi.
"Apa maksud kakak? siapa yang berani-beraninya merusak mu kak? aku akan mematahkan tulang leher nya itu." Kata Azka yang marah karana dulu kakak sepupunya ini wanita yang sangat baik dan sedikit tertutup.
"Kau tidak perlu repot-repot dia mungkin telah berada disisi tuan sekarang, dia hanya menitipkan sedikit luka yang selalu aku akan selalu kuingat sepanjang hidupku." Kata Ririn dengan santainya, tapi raut mukanya terlihat sangat bahagia.
"Sebenarnya kakak ini sedih atau bahagia, Akan matinya lelaki kurang ajar itu?" kata Azka yang bingung melihat ekspresi kakaknya.
"Entah aku tidak tau dengan perasaan ku, Keinginan ku sekarang hanyalah untuk balas dendam karna ketika adilan yang ku terima selama ini, bahkan Aku juga harus kehilangan banyak momen bahagia hanya kesalahan itu." kata Ririn dengan mata yang berkaca-kaca menahan tangisnya.
"Apakah tidak ada cara lain selain balas dendam kakak? apakah kakak tidak bisa memaafkan nya? dan memperbaiki keadaan." kata Azka tidak mau kakak sepupunya perempuan nya itu diperalat oleh perasan dendam dan amarah.
"Bahkan kau sendiri saja tidak bisa berhenti mencari informasi tentang mantan tunangan mu itu, menjadi korban kebodohan bukan suatu hal yang bisa dilupakan dengan mudah." kata Ririn terdengar membenci laki-laki yang telah merusaknya tersebut.
"Aku akan membuat kehidupan adiknya hancur seperti kehidupan ku juga, nanti Aku akan balas dendam lewat istri adiknya laki-laki yang kelewat polos itu." kata Ririn yang termakan api dendam.
"Aku sarankan agar kakak bisa memikirkan kembali tindakan yang kakak ingin lakukan itu, mungkin saja hal itu akan membuat kakak semangkin hancur dan tidak bahagia nanti." kata Muzza memberikan kakaknya saran.
"Aku akan pergi mencari kebenaran tentang tunangan ku itu, dia masih tunangan ku sebelum dia menjelaskan sebab mengapa dia meninggal kan ku." kata Azka dengan kekeh.
"Siapkan mobil dan kita akan menjemput tunangan ku itu sekarang juga. Diman kalian melihat posisi terakhir nya?" kata Muzza bertanya pada detektif sewaan nya itu.
"Kami terakhir melihatnya di sekitar kompleks pondok indah dan nona itu memasuki rumah yang letaknya paling ujung." Jelas detektif yang melihat Zya.
"Apakah kalian melihat sendiri atau bersama dengan orang lain?" kata Muzza penasaran.
"Kami melihatnya berjalan dengan seorang wanita paruh baya yang menggunakan seragam dokter." jelas kedua detektif sewaan itu yang bernama Munir dan Amir.
Kenapa Zya tidak bersama suaminya apakah Zya sakit sehingga membutuhkan banyak biaya dan terpaksa menikahi pria itu pikir Muzza. Kita akan membuktikannya sebentar lagi.
"Itu nona zya yang kami maksud tuan." kata Munir yang melihat wanita yang sedang menyapu halaman rumahnya dengan pakaian santai yang sedikit terbuka.
"Mana mungkin Zya mengenakan pakaian seperti itu, tapi wajahnya adalah wajah Zya. Jangan menatap tunangan ku dengan tatapan lapar kalian itu." kata Muzza, sungguh saat ini Muzza sangat ingin mengumpat melihat pakaian Zya yang menurutnya sangat terbuka itu.
"Cepat kalian keluar dan bawa dia kemari mumpung sedang sepi, bius dia supaya tidak terluka saat memberontak nanti." kata Muzza, terpaksa melakukan menculik wanita yang dianggap tunangannya itu agar bisa mendapatkan penjelasan tentang semua hal rumit ini.
"Baik tuan." kata Amir dan Munir kemudia melaksanakan tugas sesuai keinginan dari Muzza.
Muzza memang hebat dapat membuat detektif menjadi seorang penculik hanya waktu hitungan detik semua itu karna uang.
dengan perlahan kedua detektif itu meletakan Zya yang pingsan karna obat bius disamping Muzza.
Muzza langsung saja membenarkan posisi duduk Zya dan memasangkan jasnya pada tubuh Zya karna pakaian nya yang terlalu terbuka itu. Muzza akui bahwa Zya sangat cantik berkali-kali lipat saat menggunakan pakaian itu, tapi tentu nya Muzza bukan tipe pria yang suka melihat bagian Tubuh wanitanya itu dinikmati oleh laki-laki lain meskipun mereka hanya bisa melihatnya saja.
Muzza membawa Zya ke rumah yang hanya diketahui oleh nya saja, karna memang rumah itu barusaja dia beli tidak lama setelah mereka bertunangan.
"Aw.... kepalaku sangat pusing, dimana aku sekarang?" kata seorang perempuan yang baru saja tersadar dia berada di tempat asing.
"Kamu sudah bangun Zya, sekarang jelaskan mengapa kau bisa menikah dengan pria lain disaat kau telah menjadi tunangan ku?" kata seorang laki-laki yang sangat asing dimata wanita itu.
"Siapa yang dia panggil Zya tadi, apakah aku? tapi nama ku Nia bukan Zya pasti laki-laki ini salah orang dan menyangka aku adalah wanita yang bernama Zya." batin Kania dalam hatinya.
"Maaf tuan sepertian nya salah orang, saya bukan Zya nama saya Kania dan saya tidak punya pernah bertunangan dan belum menikah." kata Kania menjelaskan sambil memegang kepalanya yang masih terasa pusing.
"Mungkin memang benar Zya lupa ingatan sekarang Zya menganggapnya sebagai Kania, Muzza akan menyuruh 2 detektif suruhannya itu untuk menyelidiki kasus ini. setidaknya sekarang dia merasa tenang karena perkataan Zya yang mengatakan Zya belum menikah." bantin Muzza.
"Baiklah, mungkin kau butuh istirahat Zya agar ingatanmu kembali. Sekarang makanlah kau terlihat kurusan dari terakhir kali kita bertemu sebelum ini." kata Muzza mengingat pertemuan terakhir mereka.
"Enak saja anda tidak tau saja ini namanya langsing bukan kurus, dasar kuno." kata Kania dengan nada kesal, bahkan tanpa sungkan telah membung jas Muzza yang bertengger ditubuhnya.
"Sifat mu yang pemalu dan pendiam sekarang juga berubah karena mungkin kepalamu terbentur benda keras saat diculik laki-laki itu." kata Muzza .
Hal itu malah membuat Kania semangkin bingung, Karna Nia tidak pernah diculik oleh siapapun dan Nia akui bahwa dia pernah koma dan hampir meninggal jika tidak diselamatkan oleh Mamanya yang berhati malaikat itu. Sekarang Kania merasa sangat merindukan mamanya itu, menurut mamanya Nia Memeng mengalami amnesia karena trauma dimasa lalunya dan koma selama bertahun-tahun.