Chereads / apakah cinta sejati / Chapter 48 - Takut hujan dan petir

Chapter 48 - Takut hujan dan petir

Kania baru selesai mandi dan hanya menggunakan mantel mandi saja, Kania bingung akan mengenakan pakaian apa Karana bajunya itu telah bau keringat.

"Apakah kau sudah bangun kata Muzza yang telah membuka pintu kamar Kania." kata Muzza yang tiba-tiba datang dengan membuka pintu melihat Kania hanya mengangguk mantel mandi.

"Hem.... cepat antar aku pulang sekarang aku tidak memiliki pakaian untuk ganti baju disini" kata Kania tanpa merasa risih dipandang aneh oleh Muzza.

"Kenapa kau tidak memeriksa lemari, disana terdapat semua kebutuhan mu yang kau butuhkan." kata Muzza berusaha memfokuskan pandangan nya pada mata kania bikan yang lainnya.

Kania kemudia membuka lemari yang ada pada kamar yang ditempati nya itu dan terdapat bermacam-macam koleksi baju yang kurang lebih sama dengan ukuran tubuhnya lengkap dengan hijab, sepatu, bahkan pakaian dalam.

"Kau menyimpan pakaian sebanyak ini?, apakah tunanganmu dulu seorang hijaber hingga semua pakaian nya sangat sopan sepeti ini." kata Kania bertanya sekaligus takjub.

"Iya dulu kau seorang hijaber sebelum tragedi penculikan itu, dan sekarang kau seperti gadis lain yang memiliki perilaku sangat barbar." kata Muzza menjelaskan.

"Bukah sudah kukatakan bahwa aku ini bukan pacarmu apalagi sampai bertunangan denganmu aku sangat tidak tertarik dengan laki-laki gay sepertimu." kata Kania sambil memilih baju yang cocok dengannya.

"Apakah kau ingin tetap diam disitu dan melihatku berganti baju didepan matamu tuan gay, ingatlah aku ini masih normal dan punya rasa malu tidak seperti mu sebaiknya kau pergi dari hadapan ku sekarang aku malas melihat wajahmu yang datar itu." kata Kania dengan sangat galak.

"Kenapa kau tidak berganti di kamar mandi saja jika kau memang pintar, lagi pula walaupun kau bergantian baju diharapkan ku aku tidak akan tertarik dengan tubuh mu yang datar seperti papan triplek itu." kata Muzza yang malah membaringkan badannya di kasur yang telah menjadi tempat tidur Kania selama 3 hari ini.

"Iya juga ya, kenapa Kania menjadi bodoh hanya karena banyak berdebat dengan pria gay ini...., Kania... Kania... kau sangat bodoh." kata Kania dalam hati, kemudia mengetok kepalanya sedikit dengan tangan setelah menyadari kebodohannya itu.

Muzza hanya tersenyum melihat Gadis barbar didepan itu tampak seperti menyalahkan diri sendiri, sungguh kehadiran kania mempu membuat hidup Muzza lebih berwarna tidak hanya hitam dan putih saja. Apalagi sekarang Muzza sudah terbiasa dengan mulut pedas Kania yang selalu mengenakan kata-kata cabe nya itu, bahagiakan bumbu yang membuat pikiran nya lebih baik. Dengan begitu Muzza tau bahwa Kania semangkin sehat dan trauma dan kecemasan nya sudah membaik.

"Kenapa kau menggulung pakaian mu seperti itu, kau terlihat seperti pereman pasar saja." kata Muzza yang tersenyum melihat tingkah dan cara berpakaian Kania .

"Aku tidak peduli... aku tidak terbiasa menggunakan pakaian panjang apalagi dimusuhi panas hal itu akan membuatku bertambah gerah." kata Kania yang malah membuka dua kancing baju teratasnya karena mersa panas.

"Disini Ade AC mengapa kau masih saja merasa panas kancing kan lah pakaian mu dengan benar, kau terlihat tidak seperti seorang perempuan yang baik-baik kalau bertingkat seperti ini." Kata Muzza yang mersa kurang nyaman.

"Coba kau lihat apakah AC kamar ini berfungsi dengan baik sebelum berkomentar seperti itu....," kata Kania yang melempar kan remot Ace pada Muzza dan benar saja ternyata AC dikamar itu rusak terbukti bahwa suhu ruang ditempat itu tidak menjadi dingin.

"Kau bisa tidur di kamarku untuk sementara waktu, kamarku ada disebelah kamarmu ini." kata Muzza.

"Ngomong dari tadi kek, orang kepanasan banget ni. mungkin sebentar lagi akan turun hujan." kata Kania yang langsung menuju kamar Muzza dan berbaring diatas kasur yang ukuran nya lebih besar dari kasus yang telah ditiduri nya selama 3 hari ditempat itu.

Muzza hanya mengikuti Kania dan mengamati tingkah wanita itu yang sangat bar-bar itu. wanita itu pun tanpa meminta izin menghidupkan televisi yang berada dikamar Muzza.

"Apakah semua Film disini hanya. Film kartun saja, kau tidak memiliki film horor ya?" kata Kania sambil terus mengganti canel televisi tapi tidak menemukan film yang tepat.

Muzza yang takjub, ternyata perempuan ini sedang mencari film horor. Bukankah kebanyakan perempuan lebih menyukai film romantis.

"Tentu saja aku mempunyai banyak koleksi film horor, nanti kita akan menonton bersama. sekarang ayo turun untuk sarapan." kata Muzza yang menyuruh Kania untuk sarapan bersamanya.

Tentu saja dengan senang hati Kania mengikuti langkah Muzza karna dia juga merasa lapar. Walau tanpa polesan make up wajah Kania sudah cantik alami, dan kesan bar-bar semangkin terlihat saat makan.

"Bisakah kau makan dengan benar, kaki tidak boleh diatas kursi seperti itu. Kau sangat mirip seorang pereman. Dan makan lah dengan anggun. Apakah kau tidak malu makan dengan bar-bar seperti itu dihadapan seorang pria?" kata Muzza yang takjub akan perubahan pesat Zya mulai dari yang ingin dipanggil Kania sampai cara makannya pun ternyata berbeda 180 derajat dengan Zya yang pernah dia kenal.

"Apa salahnya dengan cara makan ku. baiklah aku tidak akan makan dengan mu kilau tidak suka. Makan saja makananmu aku akan pulang kerumah mama saja dimana aku bisa melakukan apapun sesuka hati ku tanpa memperdulikan komentar dari siapa pun." kata Kania kemudian pergi dari meja maka dan mencari pintu keluar ruamah ini.

"Kau tidak diinginkan pergi satu langkahpun dari rumah ini, cepat selesaikan makan mun jangan seperti bocah." kata Muzza yang baru mengetahui ternyata wanita ini selain sangat bar-bar juga pemarah padahal kan Muzza hanya ingin Kania bersikap seperti Zya yang anggun dan manis.

Kania malah pergi tanpa mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut Muzza.

Kania berhasil menemukan pintu keluar dan baru saja ingin kabur, Kania bersyukur ternyata tidak ada penjaga didepan pintu itu, tapi halaman rumah itu cukup luas dan gerbang rumah itu dijaga beberapa orang suruhan pria gay itu. Kania ingin sekali keluar dari tempat itu tapi bagaimana cara mewati penjaga yang berbadan kekar seperti Muzza itu sedang Kania hanya bertumbuh kecil. Akhirnya Kania menemukan jalan lain yaitu dengan cara melompati pagar belakang yang lumayan tinggi, tapi kebetulan terdapat tangga didekat tembok itu. tapi sepertinya cuaca tidak mendukung Kania bahkan awan telah berwarna hitam menandakan sebentar lagi hujan akan turun.

"Siapa disana?" kata seorang pelayan yang melihat Zya yang sedang berusaha kabur.

"Nona jangan naiki tangga itu... tangga itu rapuh dan nona bisa jatoh. Kita akan menjadi sasaran amukan tuan nanti." kata salah satu pelayan wanita buang melihat kania yang telah menaiki setengah dari anak tangga itu.

Dan benar saja disaat suara petir menyambar Kania yang ketakutan pun kehilangan keseimbangan dan hampir saja jatoh secara mengenaskan.

"Sudah kukatakan kau tidak kuizinkan keluar selangkangan pun dari rumah ini, mengapa kau sangat keras kepala." kata Muzza yang telah menangkap Kania saat jatoh dari tangga tadi. Ternyata Muzza mengikuti Kania dengan diam-diam. Dia hanya ingin tau seberapa keras kepala gadis ini.

"Maaf...," kata Kania yang kemudian menangis sambil mengeratkan pelukannya nya pada leher muzza.

"Mengapa kau harus menangis, gadis bar-bar seperti ternyata bisa cengeng juga." kata Muzza yang membawa Kania kembali kedalam rumah.

"Aku takut pertir, aku tidak suka hujan." kata Kania disela-sela tangisnya. Sementara keadaan cuaca saat ini sedang hujan dan disertai dengan petir yang saling bersahutan.