Chereads / apakah cinta sejati / Chapter 18 - Salah Paham

Chapter 18 - Salah Paham

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ayah apakah apakah aku bisa memutuskan pertunangan ku dengannya?" kata Latif saat telpon telah di angkat oleh ayahnya.

"Waalaikumussalam, apa yang kau bicarakan nak...., bagaimana pun kakekmu tidak akan menyukainya, wanita pilihan kakekmu untuk mu itu dia anak baik-baik dan dari keluarga yang baik-baik pula, kau menolaknya karena masih berhubungan dengan wanita ular itu?" kata Adam menceramahi anaknya.

"Ayah, wanita yang kau bangga-banggakan itu adalah perempuan malam, mungkin dia telah tidur dengan banyak laki-laki diluar sana, aku mempunyai buktinya akan kirim melalui emai. dan yang ayah sebut sebagai wanita ular itu adalah wanita yang aku cintai ayah... kenapa kalian tidak menerimanya dia wanita yang layak dengan ku bukan wanita penggoda yang ingin kalian jodohkan dengan ku." kata Latif mencurahkan kekesalan nya.

"Nak kami hanya ingin yang terbaik untuk mu... kamu pasti telah salah paham dengan menggap wanita ular itu lebih baik dari Zya, ayah sudah membuktikan nya sendiri nak, tolong jangan keras kepala demi kebaikan mu."

"Ayah akan menilai nya nanti setelah menerima bukti dariku, baiklah Ayah aku menyayangi kalian asalamuaikum." kata Latif kemudian mematikan handphone nya.

Setelah mematikan telpon Latif memilih menghubungi kekasih nya yang hilang sudah kabar selama 2 minggu, karna insiden penolakan yang di lakukan oleh kedua orang tuanya yang mungkin membuat kekaksihnya itu marah dan sakit hati, padahal Latif telah menyewa detektif untuk mengetahui kemana kekasihnya pergi , tapi kekasihnya itu seakan telah ditelan bumi hilang tanpa jejak.

"Maaf nomor yang anda tuju salah." hanya kata itu yang terus berulang-ulang dari jika Latif mencoba menghubungi nomor kekasih itu.

"Huuuuhf..... kemana kau sayang mengapa harus meninggalkan ku, andai kau bertahan bersamaku saat ini pasti kita bisa menghindari penjodohan gila ini, maafkan aku yang terpaksa bertunangan dengan wanita penggoda yang bertopeng lugu itu." rancau Latif karna merasa frustasi telah kehilangan semangat hidupnya.

Tak lama terdengar bunyi handphone Latif bergetar, menandakan ada panggilan masuk, dan itu adalah no. detektif yang disewanya untuk menyelidiki kemana kekasihnya itu hilang. Kemudian Latif segera menjawab panggilan.

"Hallo, bagaimana?" kata Latif to the poin, sengaja tidak mengucapkan salam karna mengetau bahwa detektif itu ateis.

"Lapor tuan kami telah menemukan keberadaan kekasih tuan, yang ternyata merupakan seorang miliarder kelas atas, dia telah menikah 1 Minggu lalu di Amerika, dia adalah seorang LGBT, bahkan dia telah melakukan operasi kelamin 3 hari yang lalu untuk memenuhi keinginan pasangannya itu.

Data-data dan bukti akan saya kirim kan melalui email ada agar anda bisa memeriksa nya apakah itu merupakan benar kekasih anda." kata detektif itu menjelaskan.

"Tidak... mungkin, baik kamu kirimkan saja, akan segera aku periksa." kata Latif berteriak kemudia menyetujui untuk akan memeriksa bukti-bukti itu.

Dengan mengatur nafas Latif seakan tidak percaya mana mungkin wanita mandiri yang Sangat dia sayangi dan cintai itu merupakan LGBT, dan mana mungkin juga kekasih nya itu rela melakukan hal menjijikkan itu dengan menikah sesama jenis, mungkin detektif itu salah orang, itulah yang saat itu yang dapat difikirkan oleh Latif. kemudian tak lama ada email masuk dan Latif lengsung mengeceknya, dia tidak sanggup berada dalam kegalauan ini, bahkan hari ini Latif sampai membolos dari profesinya sebagai dosen tetap walaupun telah izin sakit padahal tidak sakit. Selain itu Latif pun muak dan malas jika akan bertemu dengan tunangannya itu.

"Apa ini.... dia benar-benar Clara...kekasihku..? semua foto ini pasti palsu, mana mungkin Klara menghianatiku...., kenapa dia terlihat bahagia di pernikahan nya dengan perempuan asing itu.... apa kurangnya aku...", kata Latif frustasi setelah membuka file yang bukti foto bahkan rekaman yang dikirim kan oleh detektif suruhannya itu, bahkan ia rela bertanya pada sahabatnya yang bisa membedakan mana foto asli dan editan dan sialnya temannya yang dihubungkan nya melalui telepon mengatakan bahwa itu adalah foto-foto asli.

Hancur sudah perasaan Latif... sekarang hidupnya seakan tidak bermakna.

"Assalamualaikum"..kata seseorang mengetuk-ngetuk kamar Latif.

"Waalaikumussalam, siapa?" kata Latif serak menahan tangisnya tapi tetap membukakan pintu.

"Maaf pak bapak sakit ya, Zya tadi di kasih tau temen klo bapak sakit jadi Zya bawain bubur ama buah." kata Zya agak takut.

"Masuk dan letakan di atas naskah." kata latif serak karna kebanyakan nangis, bahkan matanya merah dan sedikit sembab.

"Bapak sakit apa si pak kok matanya merah gitu, dan suara bapak serak, apakah bapak demam kata Zya yang menyentuh kening Latif dengan tangannya tanpa sadar, wah benar badan bapak panas." kata Zya penasaran campur hawatir.

Sedangkan Latif hanya diam dengan tatapan kosong tanpa ada niat ingin menanggapi omongan Zya , bagian sekaran wanita itu yang dan Zya hanya perempuan sama yang hanya ingin memanfaatkanya dan kemudian meninggalkan nya.

"Bapak pasti belum makan, Zya siapin ya?" kata Zya sambil membuka wadah bubur yabg dibuatnya tadi, dan menyendok nya untuk menyuapi Latif".

Sementara Latif hanya dia tanpa mengiyakan atau menolak tetapi tetap membuka mulutnya dan memakan bubur itu tanpa ekpresi, tapi kemudian tatapannya berubah menjadi datar dan kosong.

"Bapak sakit mikirin masalah apasih pak? apakah tugas bapak sebagai dosen terlalu berat ya, sampai kalau sakit lebih menyeramkan dari pada bapak sehat dan memarahi saya?" kata Zya, karena tidak mendapat respon jawaban Zya pun akhirnya menceritakan kenapa dia sampai sini.

"Tadi tu pak, sebenarnya aku tidak ingin kesini dan lagi pula aku tidak mengetahui rumah bapak, tapi kakek Adam menyuruhku untuk melihat keadaan bapak, katanya latihan menjadi calon istri yang baik, dan aku kesini karena menghormati kakek Adam dan tidak ada maksud lain, bahka akupun tidak berani berharap untuk menjadi tunangan bapak, saya paham bapak tidak menyukai saya dan akan melakukan cara apapun untuk tidak dekat dengan saya. kata Zya tanpa beban kemudian memberikan Latif minum dan obat demam yang telah tersedia di atas meja.

Latif merasa sangat bersalah, galau dan bingung saat ini yang bisa dilakukan nya hanyalah memasang ekspresi datar seakan tak peduli dengan sekitar, padahal sebenarnya tipe orang yang Latief sangat peka dan ahli menyembunyikan kepekaannya itu.

"Maaf pak karena bapak sudah makan dan minum obat, bapak sebaiknya tidur dan beristirahat agar cepat sembuh, jangan banyak pikiran, banyakin istifar aja Zya tau klo orang sakit itu rasanya gak enak, semoga Allah segera mengangkat penyakit bapak, Zya izin pulang dulu ya, asaalamuaikum." kata Zya kemudian meninggalkan kamar Latif.

"Waalaikumussalam." kata Latif setelah Zya menghilang, perasaan nya menjadi sedikit tenang setelah mendengarkan celotehan Zya tadi walaupun itu sangat benar, dan anehnya Latif merasa bersalah dan galau bersamaan bisa tidur nyenyak hanya karna ocehan Zya tadi.