"Mereka sudah bisa berdiri?" tanya Wat terlihat takjub.
"Sudah bisa jalan, bukan hanya berdiri," jawab Lin, menyusulnya dari belakang.
"Aku tidak mengikuti perkembangan mereka," keluh Wat.
"Kamu terlalu sibuk, Wat."
Wat menyimpan hadiah tersebut di dekat Pin dan Nas. Kemudian berdiri menghadap Lin.
"Kamu masih saja dingin padaku. Apa kamu tidak tahu, aku sangat merindukanmu," ujar Wat.
"Jangan membahasnya sekarang—"
Cup!
Wat menyambar bibir Lin begitu cepat, sehingga membuat mata Lin membelalak karena kaget.
Lin mundur, menghindar dari Wat. Namun Wat dengan gesit menarik pinggang Lin dan kembali melumat bibir Lin dengan rakus. Tangannya juga meremas buah dada milik wanita dua anak itu.
"W—wat!" gerutu Lin, berusaha mengelak.
Namun hasrat rindunya pada Wat lebih besar dibanding kecewanya. Ia tak mampu lagi menolak dan akhirnya menerima ciuman itu.