"Telpon dari siapa, Wat?" tanya Win.
"A—ayah," jawab Wat, ragu.
"Terima saja."
"Aku tidak ingin diminta pulang Win … ayah selalu memaksa jika memintaku untuk singgah atau pulang ke rumah,"
***
"Masih tetap ingin bertahan dengan keadaan seperti ini?" tanya Meg, dengan ketus.
"Meg? Kamu memang tidak pernah setuju dengan pernikahan ini, bukan? Kamu terlalu cemburu padaku," jawab Lin, yang hampir tidak pernah akur dengan adiknya.
"Aku yakin Wat memiliki yang lain," lanjut Meg.
"Kamu pikirkan saja sekolahmu, Meg! Tidak perlu mencampuri urusan rumah tangga kakak!"
"Kami peduli padamu …."
"Tinggalkan aku sendiri, Meg," pinta Lin.
"Aku sudah memperingatkan. Jangan pernah mengeluh padaku suatu hari nanti."
Lin hanya diam, seolah tidak mempedulikannya. Tapi pikirannya terus berkecamuk, terngiang dengan perkataan Meg, dimana kalau sang adik menduga Wat memiliki yang lain.
'Apa benar Wat seperti itu?'
