"Ternyata … kamu juga memiliki sisi lemah, ya? Cinta membuatmu tidak malu memperlihatkan kejelekan dan juga ingus yang mengalir deras sejak tadi," kekeh Wan, berusaha mengalihkan pembicaraan dengan memberikan sedikit candaan kepada Man.
Man terkekeh, sembari menyeka air matanya yang masih saja membasahi pipi. Man menepis tangan Wan dari bahunya. Ia menarik bahu Wan dan mendekapnya. Seolah ingin mendapatkan ketenangan yang lebih dari sekedar candaan yang dilontarkan oleh Wan.
"Sudah … jangan sedih lagi. Aku akan ada untukmu, agar kamu tidak menderita lagi," tutur Wan.
"Terima kasih, Wan … jika bukan kamu, siapa lagi yang akan mengerti aku seperti ini."
Wan melepas dekapan Man dan kemudian mengacak-acak rambut Man seraya terkekeh. Ia juga sedikit menjambaknya dan membuat Man menjadi tertawa karen candaan tersebut.
"Aw! Kamu lama-lama benar menyiksaku, Wan," gerutu Man.
"Ih, Man! Rambutmu rontok," ujar Wan, menunjukkan beberapa helai rambut milik Man yang ada di telapak tangannya.