Aric menatap jengah Ayahanda yang tengah berbincang dengan Raja dari negeri Awan. Seorang gadis yang menatapnya intens membuatnya menjadi kesal. Bagaimana ayahnya-sang Raja di kerajaan Halilintar ini menjodohkannya lagi membuat rasa kekesalan semakin meningkat.
Tiba-tiba terdengar gemuruh hujan, Raja Halilintar yang sadar akan hal itu menoleh, "Kau Kenapa?" Tanya Sang Raja yang bernama Jovial Shamus.
Aric sang Pangeran tersenyum sinis, "Ini yang ke berapa kali ayah mencoba menjodohkan aku, hah!" geram Aric, suara petir pun ikut menyambar, Aric bangkit dari kursi keluar dari ruangan itu.
"Pangeran," panggil pelayan setia Aric bernama Felix Walker. Felix mengikuti sang Pangeran, "Pangeran acara tadi belum selesai, sang-Raja akang marah tuan," ucap Felix yang tengah mencoba bersabar meghadapi Pangerannya yang keras kepala.
"Kalau kau takut ayah akan marah, pergilah temui ayahku yang keras kepala itu," ucap Aric memasuki kamarnya setelah berteleportasi, dari tempat pertemuan di kerajaan awan menuju kamarnya.
Felix menghela nafas memang susah menghadapi pangeran yang keras kepala. Aric melotot, "APA KAU BILANG AKU KERAS KEPALA!" suara petir pun ikut menyambar. "PERGI KAU LIX AKU TIDAK MEMBUTUHKANMU!"
Felix yang tahu apa yang akan terjadi setelah cepat-cepat kabur dari tuannya itu. Nafas Aric memburu, "Kenapa semua orang hanya dapat membuatku kesal!" timpal Aric.
Aric menatap keluar jendelanya, terlihat petir menyambar kuat, sesuai dengan isi hatinya yang sedang kacau, Aric memikirkan ayahnya yang berusaha menjodohkannya dengan berbagai putri dari kerjaan berbeda. Dari kerajaan matahari, sampai kerajaan awan ayahnya tak nampak lelah berusaha menjodohkannya. Entah kenapa dirinya sangat tidak tertarik dengan namanya perempuan, sampai ayahnya mengira bahwa dia memiliki kelainan padahal tidak.
Aric menimang-nimang apakah dia harus turun ke bumi, Aric jenuh dengan keadaannya sekarang, dia memang sudah hebat, dia sudah mampu mengendalikan berbagai jurus yang ada di dirinya. Maka dari itu, ayahnya mencoba menjodohkan dirinya, kata beliau agar kemampuan tersebut lebih sempurna, dan agar penobatan putra mahkota dapat dilakukan secepatnya.
Aric terlalu jengah dengan tingkah sang ayah, dia dapat menjadi putra mahkota tanpa pendamping, buktinya banyak musuh yang mencoba menyerang kerajaannya tidak mampu, karena harus berhadapan dengan Aric. Aric tentu memiliki tatapan tajam yang dapat membuat musuhnya merasa nyawanya akan melayang ketika berhadapan dengan Aric. Dengan matanya yang berwarna MediumSpringGreen, dengan rahang yang tajam, perwatakan yang tinggi, kulit sehalus bayi, dengan aroma tubuh kayu-kayuan, gadis mata yang tidak terpikat oleh pesona sang Pangeran ini.
Aric telah memutuskan dia akan turun ke bumi hanya untuk menghilangkan penat, sembari melihat keadaan di bumi.
"Lix," ucap Aric datar, Felix pun langsung menteleportasi dirinya ke kamar sang Pangeran.
"Aku akan turun ke bumi hanya untuk menghilangkan penat," ucap Aric menatap Felix.
"Baiklah saya temani anda turun ke bumi tuan," ucap Felix yang di bantah dengan gelengan.
"Aku ingin menghilangkan penat saja, kau tak perlu ikut. Aku tidak mau ada yang menggangu ku," ucap Aric yang di balas anggukan. Seperkian detik pun Aric menghilang dari kamarnya menuju bumi.
Aric membuka matanya, rupanya dia telah sampai di bumi. Terdengar suara ombak yang saling bertubrukan seolah memanggilnya. Aric pergi dari dalam hutan dan berjalan menuju tepi tebing.
Aric menghirup udara sekitarnya, benar-benar menenangkan pikirnya. Aric menatap matahari mulai terbit dengan pandangan datar. Aric menghela nafas lagi, tiba-tiba terdapat sebuah benda kecil yang berkilau-kilau di sebuah batu di tengah-tengah laut, karena heran benda apa itu Aric menteleportasi dirinya ke batu di tengah laut itu.
Aric menunduk dan mendapatkan mutiara putih, Aric bingung bukannya mutiara dihasilkan oleh kerang tetapi tidak ada kerang disekitar pikir Aric. Aric melihat sekitar rupanya ada yang sedang membuang mutiara di tengah laut.
Aric menoleh mendapati seekor serigala yang tengah menutupi sesuatu di pinggir pantai. Aric menatap serigala itu datar. Setelah serigala itu pergi Aric menteleportasi dirinya menuju tempat serigala tadi. Aric membelalak dia terkejut terdapat banyak darah di kuburan yang hewan itu buat, dan membuatnya lebih terkejut, dia melihat rambut yang cukup panjang di kuburan penuh darah tersebut.
Hanya dengan menatap saja Aric dapat menggali kuburan tersebut. Aric terkejut kenapa ada perempuan disini, Aric kira hewan tersebut tengah berburu, rupanya berburu manusia pikir Aric. Dan gilanya perempuan itu tidak menggunakan sehelai benang pun.
"Hewan sialan," maki Aric yang langsung memalingkan wajahnya, Aric memetik jarinya tertutuplah tubuh perempuan tersebut, akan tetapi wajahnya tetap terlihat.
Entah kenapa Aric tidak bisa memalingkan pandangannya dari perempuan itu, Aric menatap perempuan itu datar, tetapi hatinya menghangat, Aric tidak tahu itu apa akan tetapi dia merasakan nyaman seperti didekat Ibunya, benar sepertinya Aric merindukan Ibunya. Ibunya diasingkan demi mendalami kemampuannya yang ada pada dirinya sejak Aric berumur 9 tahun.
Aric ingin beranjak pergi akan tetapi seperti ada yang menusuk di jantungnya, "Apa ini?" tanya Aric terhadap dirinya. Aric menghela nafas panjang, "Lix," panggil Aric. Felix yang datang pun terkejut dengan perempuan yang tengah terkubur dihadapannya, dan dengan dengan cepat menetralkan wajahnya menjadi datar.
"Butuh bantuan tuan?" tanya Felix.
"Bagaimana cara menghidupkan orang mati?" pertanyaan dari Aric membuat Felix terkejut.
"Menggunakan darah kehidupan milik tuan, akan tetapi hanya dapat dilakukan sekali seumur hidup tuan," ucap Felix yang diangguki oleh Aric.
"Seperti bangsa Vampir tuan. Manusia yang tergigit oleh bangsa Vampir hanya dapat di sembuhkan dengan darah milik para vampir itu sendiri, dan walaupun sembuh manusia tersebut tidak akan menjadi manusia kembali melainkan mereka akan menjadi Vampir. Yang saya ketahui perbedaanya hanya saja pengguna darah kehidupan milik kita, tidak akan merubah seseorang tersebut seperti kita, dia akan tetap mejadi dirinya sendirinya," ucap Felix yang sepertinya dihiraukan oleh tuannya, karena sedari tadi tuannya hanya menatap perempuan tersebut intens.
"Berikan aku benda tajam,"ucap Aric yang membuat Felix terkejut sekian kalinya, "Untuk apa tuan?"tanya Felix sembari meneguk air liurnya. "Untuk membunuh kau, ya jelas untuk kulah," ucap Aric yang diakhiri dengan dengusan.
Aric meniup kuburan perempuan itu, dan berakhir kuburan itu terbuka dengan perempuan yang sudah dipakaikan pakaian. "Ini pisau tuan, alat memasak bagi kaum manusia," ucap Felix yang memberikan benda runcing tersebut.
Aric menggores telapak tangannya perlahan sembari meringis menahan sakit dari benda tajam itu. Aric bertumpu, dan mengarahkan tangannya menuju mulut perempuan tersebut, tangan yang satu lagi dia gunakan untuk membuka mulut gadis tersebut. Seketika jantung Aric berdesir, sesuatu yang hangat menjalar di tubuhnya.
Aric menatap perempuan tersebut, mengalirlah darah tersebut menuju mulut gadis tersebut. Lumayan banyak darahnya yang tengah masuk ke perempuan tersebut. Dengan kedipan mata dia menutup aliran darah dari telapak tangannya.
"Kapan dia akan bangun?" tanya Aric.
"Memerlukan proses tuan," ucap Felix berhati-hati.
"Kalau begitu kita pulang Matahari sudah muncul, takutnya raja yang tidak tahu diri itu akan lebih marah terhadapku," ucap Aric yang langsung menghilang bersamaan dengan Felix.
Beberapa menit kemudian terlihat seorang gadis yang tengah menyesuaikan matanya dengan terangnya cahaya matahari
ⓝⓡⓢⓨⓘⓕⓕⓕ
Kamis, 13 Agustus 2020