"Maaf, saya nggak bisa membujuknya," ucapku dengan kepala menunduk. Naren melarangku untuk percaya semua omongan Thomy. Lelaki bermata biru itu licik, itu menurutnya. Namun, kenapa aku nggak berpikir begitu?
Apa mungkin orang yang suka berbuat baik seperti Thomy memiliki sifat licik? Rasanya aneh. Pada orang asing saja dia bisa baik, pada orang dekat harusnya dia bisa jauh lebih baik. Apa teoriku ini salah?
"Oke nggak masalah. Aku nggak memaksamu untuk bisa meyakinkan dia. Seenggaknya kamu sudah mencoba. Kalau Naren masih begitu itu di luar kuasa kamu. Nggak usah di pikirkan. Cuma...."
Aku mengangkat wajah dan menatapnya.
"Cuma... Kamu jangan menghindari aku. Aku jadi merasa bersalah karena melibatkan kamu dalam masalahku."
Cepat-cepat aku menggeleng. "Bukan begitu. Kamu tahu sendiri bagaimana Naren. Saya cuma menjaga perasaannya. Dia nggak suka kalau saya berteman dengan kamu." Terpaksa aku jujur. Semoga saja dengan ini dia mau menghindariku.
