NAREN
______
Meeting dan beberapa dokumen yang harus aku tandatangani membuatku tertahan lebih lama di kantor. Aku cuma mengirimi Kanya pesan memberi tahunya kalau akan terlambat pulang. Namun, siapa sangka saat memutuskan pulang malah melihat pemandangan yang nggak aku inginkan.
Bagaimana tidak? Aku melihat Kanya memasuki kafe yang terletak di depan gedung apartemen bersama dengan ... Thomy.
Aku yakin itu bukan semata hanya kebetulan. Setelah semua yang aku ceritakan padanya, bagaimana bisa dia melakukan ini? Marah? Jelas, bahkan aku merasa darahku sudah naik ke ubun-ubun.
Kekesalanku pada Kanya bertambah dua kali lipat. Sampai unit rasanya ingin kuhancurkan semuanya. Aku berteriak seperti orang gila dan memecahkan sebuah vas yang kebetulan ada di dekatku. Napasku naik turun tak beraturan. Rahangku mengetat, sementara dua alisku menyatu.
"Brengsek!" teriakku memukul dinding. Sakitnya nggak seberapa dibanding melihat Kanya berduaan dengan si Thomy.