Rasanya aneh kalau Thomy nggak tahu soal investasi ini. Masalahnya jumlahnya cukup besar.
"Naren kesulitan saat itu. Kamu ingat malam kita ketemu di restoran?"
Thomy mengangguk. Wajahnya berubah tegang.
"Hari itu adalah hari saat perusahaan kamu mengundurkan diri dari proyek pembangunan hotel. Menurutmu bagaimana perasaan Naren setelah tahu ternyata perusahaan yang nggak kompeten itu milik kamu?"
Thomy tampak menghela napas dan meraup wajah. Dia memundurkan badan dan menyandarkan punggung ke sandaran kursi.
"Naren pasti makin membenciku," desahnya bersamaan dengan datangnya pesanan kami.
Aku hanya memesan jus stroberi lantaran tidak mau terlalu kenyang.
"Aku sudah membuatnya kesulitan. Nggak, bukan aku. Tapi Joseph. Yang menghandle urusan ini Joseph. Aku beneran nggak tau kalau United menanam saham di Karya Semesta. Aku terlalu fokus dengan perusahaan yang ada di Jakarta."
Dia memunculkan nama baru lagi yang aku nggak tahu. "Siapa Joseph?"