KANYA
Impian memiliki boulder gym jelas tertulis di agenda panjangku. Masuk ke dalam sederet keinginan yang ingin kucapai. Hanya saja aku ingin mencapai semua dengan hasil kerja kerasku sendiri. Bukan dari surprise seseorang meski itu suami sendiri.
Bukannya aku nggak menghargai. Tapi surprise seperti ini bagiku terlalu berlebihan.
Setelah menunjukkan sebuah gedung dengan dinding mozaik, Naren membimbing langkahku untuk melihat sebuah area di dalam gedung yang ternyata sebuah area khusus untuk kegiatan bouldering.
Aku terpana dengan konsepnya. Semua sesuai isi kepalaku, tapi...
"Kamu suka?" tanya Naren dengan senyum semringah.
Sumpah aku nggak ingin melihat lukanya sekarang. Apalagi di sini ada Arsen dan Nadine. Jadi, dengan sangat terpaksa aku memberinya senyum dan mengangguk.
"Gue beneran nggak bisa berkata-kata lagi sama kebucinan lo ke Mbak Kanya, Kak." Arsen tampak menggeleng.