Naren menjatuhkan dirinya ke kursi seraya mengendurkan dasi. Sebelumnya dia melempar sebuah kotak kado ke meja. Gurat lelahnya tampak sekali terlihat. Aku yang sedang menggambar spontan menyimpan tab, dan beranjak mengambilkan air putih untuknya. Alih-alih kopi seperti suami di luaran sana, dia lebih memilih air putih atau susu.
"Itu apa?" tanyaku dengan kening mengernyit. Menuding kotak dengan bungkus kado.
Naren mengangkat bahu, lalu meminum airnya.
Aku yang penasaran, menggapai dan membuka kado tersebut. Ternyata isinya sebuah parfum mahal. Parfum yang biasa Naren gunakan. Merk-nya bahkan sama.
"Kamu yang beli ini?" tanyaku menunjukkan isi kotak itu padanya.
"Parfumku masih banyak ngapain aku beli itu?"
"Jadi, ini dari fans kamu lagi? Kok dia bisa tau kamu pake parfum ini."
Kembali Naren mengangkat bahu. Dia tidak tertarik membahas. Namun, aku bisa menyimpulkan si pengirim parfum itu dekat atau setidaknya pernah berinteraksi dengannya.