Aku menggandeng tangan Naren dan bergerak kembali ke tempat latihan. Sepanjang obrolan dengan mereka, Naren terus berada di sisiku. Tangannya sibuk dengan ponsel sementara sebelah tangan lainnya menggenggam tanganku dan memainkannya.
Aku bukannya nggak sadar saat mendapat tatapan aneh dari teman-teman di klub ini, tapi biarlah yang penting Naren nggak ngambek dan merengek pulang seperti bocah. Silvi di sebelahku sampe melirik dan mempertanyakan dengan isyarat mata tentang tangan kami yang saling tertaut.
Cewek itu bergerak mendekatiku saat kuminta mendekat. Lantas aku membisikkan sesuatu padanya. "Bayi besar tantrum."
Cewek berkacamata itu mengangkat dua alis lalu menutup mulut, menahan tawa. Aku lantas melempar pandang ke depan. Di sana Kenan sedang menyerahkan kenang-kenangan ke ketua klub wall climbing.
"Oh ya, ada yang ingin ditanyakan nggak kepada saya atau salah satu dari kami?" tanya Kenan kepada semuanya.