KANYA
Aku baru saja turun dari mobil Naren saat mendengar teriakan seseorang memanggil. Itu suara Silvi, aku sudah sangat hapal.
Pagi ini aku menumpang mobil Naren. Biasanya Naren berangkat lebih cepat berkejar-kejaran sama kemacetan pagi hari. Jadi, aku jarang ikut bersamanya. Lagi pula arah kantor kami berlawanan.
"Cie, bareng Naren lo ya?" Silvi langsung menggaet tanganku memasuki gedung.
"Iya, kebetulan dia berangkat agak siangan."
"Serius gue masih penasaran sama cerita lo balikan ke dia. Kalian ketemu lagi di mana?"
Mataku sempat melihat antrian di depan pintu lift.
"Kami bertemu tanpa sengaja di kantor seorang klien, pas gue masih kerja di Surabaya."
"Terus, terus?"
"Dia mulai deketin gue lagi."
Satu pintu lift terbuka, tapi aku dan Silvi memilih minggir karena lift itu terlalu penuh.
"Lo langsung terima dia?"
"Nggaklah. Gue masih trauma sama dia." Aku menarik tangan Silvi saat pintu lift lain terbuka.