Kanya
Masa bodoh dengan ultimatum lelaki itu. Aku nggak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa bekerja kembali. Lagi pula, hanya delapan jam kerja. Dan selama itu pun dia bekerja juga. Jadi, masalahnya apa?
Ini hari pertamaku bergabung dengan perusahaan agensi yang sama dengan Silvi. Lingkungannya sedikit berbeda dengan saat aku bekerja di Ti Art Surabaya. Di sini nggak kulihat lagi orang-orang berbicara dengan aksen Jawa. Meskipun ada juga pegawai yang asalnya dari Jawa, logat bicara mereka sudah melebur bersama bahasa gaul.
"Gue bilang juga apa! Kita satu tim!" Silvi mengacungkan dua tangannya dan kami lantas ber-highfive ria.
Meja kami bersisian. Total tim ada lima orang, satu di antaranya adalah ketua tim desain. Semua laki-laki kecuali aku dan Silvi, tentu saja.
"Selamat bergabung di agensi kami yang penuh lika-liku, Kanya," ucap Bari, ketua tim kami.
Aku mengangguk seraya tersenyum. "Terima kasih."