KANYA
Pandanganku mengedar. Hanya sebentar sebelum menekuri mangkok coto Makassar lagi. Silvi benar laki-laki di sini lumayan, tapi tentu saja nggak ada yang membuatku tertarik. Bukan lantaran sekarang aku sudah memiliki lelaki paling tampan, hanya saja aku memang kecenderungan tidak langsung memiliki ketertarikan pada pandangan pertama.
"Habis putus waktu dulu itu lo jadian sama Kenan?"
Aku menghentikan aktivitas makan sesaat. Wajar Silvi bertanya begitu. Setelah putus dari Naren memang Kenan makin gencar mendekatiku.
"Enggak."
"Wah padahal gue pikir lo bakal move on ke dia. Jadi kalo sekarang, lo jomblo atau udah punya pacar lagi?"
Suami. Seandainya aku mengatakan jujur padanya, dia pasti akan heboh dan kesal secara bersamaan. Silvi bukan orang yang pandai menutupi kehebohannya. Tidak memandang tempat kalau berekspresi.
Saat menikah aku nggak mengundangnya karena kupikir dia masih di Medan. Lagi pula nomornya yang aku simpan udah nggak aktif lagi.
"Gue ... ada."