KANYA
Lantaran bunda yang terus menerus telepon, akhirnya aku memutuskan datang ke rumah. Naren sudah aku mintai izin sebelum ke rumah bunda.
Senyumku mengembang saat membuka pintu pagar. Masih menimbulkan decitan yang sama seperti terakhir aku datang. Sepertinya ayah belum memberi rel pagar dengan oli.
Mataku langsung menubruk pintu garasi rumah yang terbuka. Mobil tua ayah menjadi penghuni tetap di sana. Barang antik satu-satunya yang sudah sangat uzur. Sesekali mobil itu ayah ajak jalan-jalan bersama mama keliling komplek perumahan. Mas Bagas sering banget meminta ayah untuk menjual mobilnya. Namun, dengan alasan banyak kenangan yang tersimpan, ayah enggan menjualnya.
Bergeser ke sisi kanan aku bisa melihat ayunan besi di teras depan yang sudah ada dari aku masih kecil. Dulu, aku dan Mas Bagas sering bermain di sana. Atau berebut pangkuan bunda dan ayah saat mereka duduk di sana. Tepat di depan ayunan itu, ada taman kecil yang selalu terawat dengan baik.