Sebenarnya aku yakin bakal kembali ke kota ini lagi. Kota yang menjadi saksi bersatunya kembali cinta antara aku dan Naren. Kota Batu, Malang masih sedingin biasanya.
Kedatangan kami disambut hangat oleh penanggung jawab hotel, Pak Handi.
"Gimana kabar hotel, Pak Handi?" tanya Naren setelah berbasa-basi sebentar.
"Makin lebih baik, Pak."
Aku membiarkan mereka bercengkrama, sementara aku berkeliling lobi. Semuanya masih sama. Tidak ada yang berubah, masih dengan ciri khas Java Sweet Orange lengkap dengan pemandangan latar belakang Gunung Panderman.
"Kanya."
Aku menoleh ketika Naren memanggil dan bergegas menghampirinya kembali.
"Aku antar ke kamar ya. Habis itu aku ada urusan sebentar. Kamu mau ikut, atau mau di kamar saja?" tanya lelaki itu menatapku.
"Aku malas ikut sih, tapi aku juga nggak mau di kamar saja. Aku jalan-jalan dulu ngga apa-apa?" tanyaku sekaligus meminta izin.