Aku buru-buru melangkah guna menghindari Thomy. Silvi bahkan aku tinggal di lobi karena dia menunggu Febi yang sedang mengambil motor. Tapi sepertinya aku kurang beruntung. Traffic light yang belum juga berubah merah membuatku terpaksa tertahan lebih lama.
"Kenapa kamu nggak nungguin aku?"
Suara Thomy tiba-tiba sudah ada di dekatku. Gagal aku menghindari dia.
Aku cuma bisa nyengir. Dia kan seorang bos kenapa sih harus ikutan lembur kayak kacung?
"Kirain kamu udah pulang?"
"Belum. Masih banyak kerjaan tadi," ujarnya lurus ke depan. "Kalau pulang malam begini usahakan nungguin aku. Biar kamu nggak sendirian jalannya. Bahaya, Kanya."
Aku cuma meringis. "Aku kan juga buru-buru ingin cepat sampai rumah."
"Udah kangen berat sama security kamu, ya?"
Thomy selalu menyebut Naren security.
"Oh iya, gimana kabar Naren?" tanya lelaki itu lagi.
"Dia baik-baik saja."
Sudah dua kali dia menanyakan kabar Naren.
"Kamu pasti senang banget dia sudah sembuh."