Selama proses pemeriksaan oleh tim dokter, aku hanya melihatnya dari sofa tempatku duduk. Dari percakapan yang kudengar sepertinya kondisi Naren makin membaik. Namun, Dokter menyarankan agar Naren tetap tinggal paling tidak selama dua hari ke depan.
"Aku akan minta Arsen agar dokter memberi rujukan ke rumah sakit di Jakarta saja," ujar Naren begitu tim dokter itu pergi.
"Benar minta rujukan atau mau kabur dari pengawasan? Kamu itu lagi sakit, Naren." Aku agak gemas dengan sikapnya yang bandel itu. Menganggap enteng lukanya. Masih mending kepalanya nggak bocor.
"Kalau aku di sini terus, kamu yang kasihan. Kalau kamu dipecat gimana?" Naren beralasan.
"Nggak, paling nggak bisa sambung kontrak doang, sih. Udah deh, nggak usah mikirin kerjaan aku. Biasanya juga kamu nggak peduli." Aku mendekat dan duduk di kursi dekat bed-nya.
"Kita sering berdebat karena kerjaan kamu. Aku lagi berusaha nggak bikin kamu kesal aja."