"Gimana nggak kena gosip, kalian berangkat dan pulang bareng terus begitu?"
Aku menggaruk kepala yang tak gatal. Jujur aku sendiri pusing. Aku sama sekali tidak bisa menghindari Thomy.
"Itu nggak sengaja, Silvi."
"Nggak sengaja kok bisa tepat bareng terus."
Silvi tidak percaya dengan kata-kataku. Dia terus berasumsi kalau aku dan Thomy janjian pulang pergi bersama.
"Aku nggak bohong, kalau nggak percaya tanya aja Thomy langsung." Aku menarik mangkok bakso yang kupesan. Lalu menaruh beberapa sendok sambal di sana.
"Kalau Naren ada di sini dan lihat kalian pulang bersama, pasti dia ngamuk tuh."
Aku mengiyakan. Namun, aku tak perlu khawatir karena mungkin saja hal seperti ini tidak akan terjadi lagi. Thomy bilang dia bakal pindah lagi ke Bali.
Panggilan dari Naren muncul ketika isi mangkok yang kumakan hampir habis. Dari kemarin dia baru menghubungiku lagi.
"Kanya kamu baik-baik saja?" tanya dia di ujung sana. Suaranya terdengar khawatir.
