KANYA
Silvi melambaikan tangan ketika melihatku dan Naren tengah berjalan menuju lobi gedung yang ramai. Hari ini kami akan terbang ke Lombok. Dan pagi ini sudah terparkir satu bus berukuran besar di depan lobi untuk mengantar kami ke bandara.
"Kamu yakin nggak mau aku antar?" tanya Naren melihat bus berwarna biru berdiri dengan gagah di depan gedung.
"Iya. Aku sama anak-anak aja. Kami jemput aku pas pulangnya aja, oke?"
Naren mengangguk pasrah lalu mengikutiku menemui Silvi dan anggota DG1 lainnya.
"Mowning, My Prince! Makin tampan aja, deh," sapa Silvi dengan gaya centilnya.
"Pagi, Sil. Gue nitip Kanya, ya."
"Beres! Lo nggak apa-apa kan Kanya pergi? Sanggup kan ditinggal dua malam?"
Naren hanya menggaruk pelipis seraya meringis.
"Harus sanggup dong. Minggu kemarin aja lo ninggalin dia lima malam," lanjut Silvi lagi menyenggol bahu suami paling tampan itu.