"Rolex?"
Mata Silvi membola seperti hendak keluar dari tempatnya. Aku sampai harus mendorong mukanya menjauh.
"Berarti yang suka Naren benar-benar gila ya. Dari wanita kere kayak gue sampe wanita tajir melintir pun suka. Gila, laki lo hebat!" decaknya, terdengar menyebalkan. "Tapi lebih hebat lo sih, karena bisa gaet laki-laki sekeren Naren. Bisa mengalahkan ribuan bunga-bunga. Dari bunga kertas sampai bunga emas pun, lo singkirkan."
Aku menggeleng, ucapannya ngelantur. "Udah balikin lagi itu kacamata sama tas ke tempatnya." Daguku terangkat menunjuk kotak itu. "Nanti gue suruh Naren balikin ke orangnya."
"Eh? Serius? Kalau Naren nggak mau buat gue aja!"
"Ish! Nggak, Naren harus balikin semua barang pemberian wanita itu. Gue kesel sama wanita genit itu."
Tiba-tiba bibir Silvi melengkung panjang dia menatapku menggoda. "Lo cemburu ya, Kan? Astaga, seumur-umur gue baru liat lo cemburu sama Naren. Biasanya kan yang posesif dan pencemburu dia."
