KANYA
Silvi manyun saat kembali dari pantri. Dia membawa paper cup berisi kopi hitam. Ini masih ada hubungan dengan pekerjaan hari ini yang nggak ada habisnya, makanya muka dia sudah mirip kanebo kering. Tempat tinggalnya yang lumayan jauh bikin dia bete. Kalau lembur sampai pukul tujuh, biasanya sampai kos-kosan malam. Aku sudah pernah mengusulkan untuk pindah kost, cuma katanya belum nemu yang cocok di kantong. Aku berencana mengajaknya menginap di apartemen ketika Naren pergi ke Singapore Senin besok.
Anak Medan itu mengempaskan diri ke atas kursi setelah meletakkan gelas kopinya. "Lo nggak mau ngopi, Kan?"
Aku menggeleng seraya terus memelototi layar komputer.
"Badan gue udah ngewarning nih. Minta di-servis," ujarnya lagi sembari menekan-nekan bahu.
"Nanti weekend datang aja ke spa."
Silvi mengangguk-angguk. "Naren Senin besok jadi ke Singapore?"
"Kayaknya, sih begitu. Lo mau kan temeni gue kalau dia jadi berangkat?" Aku menatap wanita berhidung jambu itu sekilas.