NAREN
_______
Memiliki anak dari Kanya adalah keinginanku dari dulu. Satu-satunya wanita yang ingin kubawa ke masa depan bersama dari dulu cuma dia. Meskipun wanita itu sering bilang dirinya tidak istimewa. Tapi peduli apa? Aku mencintainya, sangat.
Sebenarnya aku cukup kaget mendengar keinginannya menunda memiliki momongan. Namun, aku paham wanita juga harus punya cukup mental untuk hamil. Aku nggak mau terjadi sesuatu padanya.
"Pak, ada sambungan dari Bu Danie. Kata beliau Anda sulit dihubungi via ponsel," ujar Tania via interkom. "Bagaimana?"
"Ya, sudah nggak apa-apa?" Aku menghela napas. Wanita itu juga makin gencar saja mendekatiku. Padahal aku sudah berusaha mengabaikan. Jujur paling malas berhubungan dengan wanita bebal. Seandainya dia bukan investor?
"Naren, I miss you. Kenapa susah sekali menghubungi kamu sih?" suara Danie langsung terdengar begitu Tania menyambungkan telepon kami.
"Sori, mungkin sinyalnya sedang tidak bagus," sahutku asal.