Aku pikir Naren akan membiarkanku sendirian kena omelan bunda. Namun, beberapa saat sebelum bom bunda meledak, dia datang lagi. Dan mencegah bom itu meledak.
"Bunda, maaf. Aku boleh bawa Kanya masuk ke kamar sekarang?"
Mulut bunda sudah terbuka dan hendak menyemprotkan kata-kata namun urung ketika suara Naren terdengar. Bunda mengerjap dan tampak bingung, tapi lantas mengangguk.
Naren tersenyum manis kepada Bunda, sebelum dia menarik tanganku lalu segera membawaku menjauhi bunda.
"Mandi gih," suruh lelaki itu ketika kami sampai kamar. Senyum yang sempat dia lempar ke bunda raib seketika. Daripada melihat muka betenya aku pun memenuhi perintahnya.
Naren tengah sibuk dengan tab-nya di atas tempat tidur ketika aku selesai membersihkan badan. Dia melirik sesaat sebelum fokus pada tabletnya kembali. Saking fokusnya ketika aku berganti baju piyama di dekatnya, dia tidak peduli. Hingga aku mendekat naik ke tempat tidur, Naren masih terlihat sibuk.