Chereads / Adventure World / Chapter 5 - Lv. 5 - Revenant

Chapter 5 - Lv. 5 - Revenant

"AKHIRNYA ... AKHIRNYA ... TUBUH YANG KUINGINKAN. HAHAHAHAHAHA."

Zen akhirnya menyadari siapa makhluk yang ada di hadapannya ini. Ia yakin kalau makhluk ini lah sumber suara yang membawanya kesini secara paksa. Dan juga tawanya benar-benar menakutkan.

"Lagi-lagi aku tidak bisa bergerak. Sial, apa kau memang suka membuat orang dalam keadaan sulit seperti ini?" Tentunya Zen hanya bisa mengeluh dalam hatinya.

Dari yang terlihat makhluk itu memiliki wujud yang sama seperti darkoid yang sebelumnya. Tetapi, wujudnya terlihat lebih kuat dan ada sebuah kristal berwarna putih bersarang di dadanya. Serta ada beberapa retakan bercahaya putih tersebar di seluruh tubuhnya.

Dan itu memberi kesan seolah-olah makhluk itu akan hancur. Zen mencoba melihat info nama dan level makhluk itu, dan lagi-lagi itu sesuatu yang buruk.

•Revenant•

??? | ???

Lv. ???

"Lagi-lagi makhluk sialan dengan level tinggi," batin Zen.

Makhluk hitam itu mulai semakin dekat dengan Zen. Zen yang benar-benar sudah tidak bisa bergerak hanya bisa mengumpat di dalam tanpa henti karena kondisi menyedihkannya ini.

Saat makhluk itu tepat di depan Zen, ia mulai memoerhatikan seluruh tubuh Zen. Dan saat pandangan mereka bertemu, dia berkata...

"JADILAH WADAHKU!!"

Dan ... jlebb!! tangan makhluk itu menusuk Zen tepat di bagian jantungnya dan cahaya putih berangsur-angsur memasuki tubuh Zen. Makhluk itu menunjukkan senyuman dan tawa seakan-akan tujuannya telah tercapai.

"Sial, sial, sial, sial, sial ... kenapa ada rasa sakit juga? Dan kau makhluk tidak jelas, singkirkan wajah serammu itu keparat." Zen hanya bisa mengutuk makhluk itu dari dalam hati.

Kali ini pandangan Zen mulai memudar lagi, dan dalam kegelapan muncul sebuah pemberitahuan untuknya.

»Quest dari Erebus«

Pertahankan tubuhmu dari Revenant.

- Tingkat kesulitan: ???

- Batas waktu: ???

- Syarat: Bertahan hidup

- Hadiah: ???

- Konsekuensi: Penghapusan paksa avatar

Zen yang melihat keterangan misi itu benar-benar kaget dengan konsekuensinya, sekaligus penasaran tentang apa yang akan terjadi jika ia berhasil, dan hadiah apa yang bisa ia dapatkan. Dan siapa juga Erebus itu?

Zen pun memaksa membuka matanya dan berhasil. Ia melihat tempat sekitarnya yang terasa seperti dibawah laut dan sebuah sorot cahaya dari atas permukaan. Zen tentunya reflek menahan napas. Sampai ia menyentuh batasnya.

"Hah ... mustahil, aku tidak ku- eh? Aku bisa bernapas dengan lancar? Tapi ini tetap membuatku tidak tenang."

Tentu saja perkataan Zen menjadi kenyataan. Rasa tidak tenang itu datang sendiri dengan wujud tangan-tangan bayangan yang berusaha menarik Zen dari bawah menuju ke dasar.

"Bagaimana ini? Sial, Arka berpikirlah ...."

Lalu Zen pun mengingat tentang quest sebelumnya yang dimana ia diperintahkan untuk bertahan hidup. Zen pun membuka set up avatar dengan tergesa-gesa untuk mengganti senjata pisau default dengan katana Zetsubo yang baru didapatkannya.

Dan ternyata itu berhasil, pisau yang berada di belakang pinggangnya menghilang digantikan oleh sebuah katana yang sudah tergantung di pinggang sebelah kirinya. Zen pun tanpa basa-basi menebas semua tangan-tangan yang menariknya.

Setelah itu Zen masih kebingungan, kemana dia harus pergi selanjutnya. Jadi dia mengandalkan instingnya yang menyuruhnya ke atas, ke arah cahaya datang.

Zen berusaha sebisa mungkin berenang secepat mungkin ke atas. Sedangkan tangan-tangan yang mengejarnya juga semakin bertambah banyak dan cepat.

Bahkan ada beberapa yang berhasil mengait bagian tubuh Zen, tapi Itu langsung hancur dengan satu tebasan dari Zen.

"Sedikt, Sedikit lagi ... aku berha–"

Lagi-lagi Zen terhenti, kali ini puluhan tangan sekaligus yang menahannya dari ujung kepala sampai ujung kaki. Kesal, sangat kesal, Zen pun mengerahkan seluruh kekuatannya.

"Huh ... hal seperti ini tidak akan bisa menghentikanku. HAAAAAAAAAAA...."

Tebasan membabi buta dilakukan, beruntungnya itu berhasil menyingkirkan semua tangan bayangan dan Zen berhasil mencapai cahaya jalan keluar.

....

".... HAAAAAA. Hah ... hah ... hah ..., aku kembali? Tidak, sepertinya ini belum berakhir, ini masih di tempat gelap itu."

Suara tepukan tangan terdengar, Zen mencari sumber suara itu dan berakhir menemukan seorang pria dewasa bersurai hitam panjang, dengan mata violet, lalu set pakaian mewah ala bangsawan abad pertengahan.

"Selamat, sepertinya kau berhasil."

"Oi, siapa kau? Dan kenapa kau berkata seolah-olah tahu apa yang terjadi padaku?"

"Seharusnya player sepertimu bisa melihat info tentang setiap eksistensi yang berasal dari dunia ini."

"Ahh ... itu ...."

•Erebus•

{God of Darkness}

"NPC kah ... t-tunggu, kau dewa?" Mata Zen membelalak karena terkejut dengan apa yang dia lihat sekarang.

"Yup. Aku dewa kegelapan, Erebus."

"Berarti kau yang memberiku quest tadi kan?" tanya Zen memastikan.

"Tunggu, kita ganti tempat dulu. Disini tidak nyaman digunakan untuk mengobrol."

Erebus menjentikkan jarinya, dan seketika dari tempat yang gelap dan menyeramkan. Berubah menjadi tempat yang putih terang yang sangat luas, dan lantainya seperti air. Di sana juga muncul sebuah meja dengan cangkir dan teko, lalu beberapa cookies(?).

"Huh? ini dimana lagi?" ucap Zen dengan pandangan menuju ke segala arah.

"Masih di tempat yang sama, kau tahu kan nama tempat sebelumnya. Aku itu dewa kegelapan, jadi tempat itu adalah daerah kekuasaanku. Jadi aku bisa mengubahnya terserah diriku."

"O-ohh ...."

"Baiklah, kemarilah untuk minun teh dan makan beberapa cemilan."

"...." Zen hanya diam saja, terlihat kalau dia masih curiga dengan NPC di depannya.

"Hm ...? Kenapa diam saja? Kemarilah, aku tidak akan menggigit."

"Kau kira aku anak kecil, huh? Aku hanya memastikan kalau kau tidak berbahaya," ucap Zen yang agak ketus.

"Ayolah, aku hanya ingin berbincang."

"Kalau begitu jawab aku, kau ini apa?"

"Hmm, aku adalah ...."

Lalu mereka mulai mengobrol santai dengan tenang. Zen diberitahu kalau Erebus termasuk NPC special dengan kecerdasan A.I. tingkat tinggi, karena tugasnya juga termasuk merawat dunia itu.

Alasan Erebus memberi misi sebelumnya kepada Zen hanyalah iseng, tapi konsekuensinya itu nyata meskipun tidak ada quest tersebut. Jadi itu berfungsi memberi tahu Zen tentang dampak saat ia gagal.

Erebus bilang sebenarnya mereka belum menjadi Revenant yang sempurna. Mereka masih membutuhkan satu komponen lagi, yaitu tubuh yang cocok.

Revenant, merupakan kumpulan jiwa mati yang tersesat dengan keinginan hidup dan balas dendam tinggi. Mereka akan bersatu dan mencari tubuh yang cocok dan akan merebutnya.

"Jadi makhluk itu ingin memgambil alih tubuhku? Lalu apa yang terjadi jika aku gagal?" tanya Zen sambil menggigit biskuit yang ada di tangannya.

"Seperti yang aku beritahu dari quest. Kau akan kehilangan kendali lalu sistem akan menghapus aksesmu terhadap avatar milikmu. Lalu sebagai wadah dari Revenant itu, avatarmu akan dikendalikan oleh mereka dan menyelesaikan penyesalan mereka di dunia. Atau bisa saja menjadi ancaman bagi dunia itu sendiri."

"Itu cukup mengerikan, syukurlah aku berhasil." Zen bernapas lega, karena akan membuang-buang waktu jika harus membuat avatar lagi.

"Lalu apa yang terjadi pada mereka? maksudku Revenant."

"Karena mereka gagal merebut tubuhmu, mereka akan terjebak di dalam tubuhmu. Dan mencoba mengambil alih saat ada kesempatan."

Zen hanya bisa menghela napas mendengar itu, tidak terpikirkan kalau di hari awal dia bermain akan ada insiden seperti ini.

Jadi pada akhirnya mereka berdua lanjut mengobrol, mereka terlihat benar-benar nyaman satu sama lain. Zen tidak bisa mengukur sehebat apa pembuat A.I. Erebus, sampai bisa setingkat ini.

....

"Baiklah, kupikir cukup untuk saat ini."

"Apa kau bisa mengirimku kembali?"

"Tentu, tapi sebelum itu terima ini ...."

»Quest dari Erebus - Selesai«

Pertahankan tubuhmu dari Revenant.

- Hadiah: Class Revenant

"Eh ...." Zen terkejut melihat hadiah quest tersebut.

"Sampai jumpa Zen," ucap Erebus sambil melambaikan tangan.

"T-tungu, oi ini ap—" Zen masih belum sempat menyelesaikan kalimatnya dan sudah hilang terlebih dahulu.

"Hmm ... entah kenapa Zen ini mengingatkan saya kepada anda, Professor."