"Stop-stop." Seru Lily cepat menghentikan nyanyian Angkasa. Angkasa yang sudah mulai menghayati merasa terganggu, tapi sungguh Lily ingin tertawa jika Angkasa tidak berhenti bernyanyi sekarang juga.
Lily menahan tawa itu sekeras mungkin, agar Angkasa tidak merasa sakit hati.
"Loh kenapa? Belum juga sampai reff."
"Nanti kalau Sindi dateng terus denger, trauma dia kambuh loh."
"Trauma apa? Hm? Karena denger suara jelekku?"
Lily meringis, ingin membenarkan tapi tidak tega.
"Ya udah lanjutin."
"Gak mau."
"Loh kenapa?"
"Nanti kamu mimpi buruk." Pasrah Angkasa dan detik berikutnya Lily tidak bisa menahan tawanya. Lily tertawa terbahak-bahak hingga air matanya menetes.
"Enggak deh kayaknya. Aku bakal mimpi indah karena kamu." Ya, karena perasaan bahagia yang Lily dapat sebelum tidur ini.
"Berarti aku lanjutin ya?" Lily mengangguk dan Angkasa bersiap-siap menarik nafasnya.
"Oh Tuhaan..." Mata Lily membelalak, suara Angkasa berubah.
"Ku cinta dia..
Ku sayang dia..
Rindu dia..