Pandangan Aya kembali menelisik ke arah yang lebih jauh di depan sana. Samar-samar di antara kilauan yang terpantul dari cincinnya, Aya melihat Tian ada di sana. Terkapar lemah tak sadarkan diri. Nafas Aya semakin memburu dan tangisan pecah tak terhindarkan.
Aya ingin menghampiri Tian saat itu juga. Tapi entah mengapa Aya tidak bisa melakukannya. Aya kesakitan tiap mencoba untuk bergerak. Aya merintih dan mengumpulkan tenaga namun itu justru membuatnya semakin sakit.
Setiap gerakan yang di buatnya membuat salju putih yang ada di sekitarnya memerah. Aya tak kuasa. Dengan kekuatan penuh Aya berusaha dengan keras agar bisa mencapai Tian. Hingga tangannya berhasil meraih tangan Tian. Bersamaan dengan nama yang Aya panggil, air mata menahan rasa sakit juga ikut timbul.
"Tian!"
Air mata itu meluncur dengan deras bagaikan mutiara yang membeku karena angin dingin. Cincin berkilauan itu kini tertutup oleh noda merah yang keluar dari tubuhnya dan tubuh Tian.
Tolong kami!