"Ada apa Ya?" Aya tersadar dari lamunannya saat Indri menepuk bahunya. Ah, sepertinya Aya sedang kepergok memperhatikan Indri. Aya hanya sedang merasa bersalah karena dirinya memimpikan Indri. Apalagi mengetahui kematian Indri yang terbilang sangat kejam. Aya tidak tega. Aya tidak rela.
"Enggak, lagi pusing aja." Jawab Aya asal.
"Mau minum obat?" Tawar Indri.
"Enggak usah, paling bentar lagi hilang." Ucap Aya sembari tersenyum. Lihat, bagaimana orang yang kalem seperti ini bisa mendapatkan kematian yang begitu buruk?
Indri mengangguk dan hendak kembali ke mejanya. Namun Aya langsung mencekal tangan Indri untuk tetap di sini beberapa saat. Aya menarik kursi dan meminta Indri untuk duduk di hadapannya.
"Ada apa Ya? Mau di pijit kepalanya?" Aya menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Bukan, aku cuman mau tanya aja. Aku lagi bahan buat alur ceritaku yang individu."
"Boleh, tanya aja." Jawab Indri. Aya segera berpikir untuk menyusun kalimat agar tidak terlihat aneh.