Wajah Rara terlihat terkejut sekaligus ingin menumpahkan air matanya. Saat tahu bahwa Aya yang masuk ke dalam kamarnya. Lantas Aya berjalan mendekat. Tepat saat Aya mulai memeluk tubuh itu, Aya mulai mendengar isakan tangis dari Rara.
Tian yang melihat itu akhirnya ikut masuk ke kamar, menutup pintunya. Namun tetap menunggu di dekat pintu. Tidak ingin mengganggu keduanya yang sedang berbagi kesedihan.
Aya membiarkan tubuh itu menangis sesukanya. Aya rasa Aya tidak perlu mengucapkan apapun saat ini. Yang Rara butuhkan hanyalah sebuah pelukan penenang.
"Aya, makasih udah datang." Aya menggeleng. Aya selalu merasa bersalah ketika Rara berterima kasih padanya, saat Aya tahu bahwa Rara kan segera mati.
"Enggak Ra. Enggak perlu terima kasih. Aku udah bilang kalau kamu butuh aku, kamu bisa bilang kapanpun itu." Rara mengangguk, sedangkan Aya mulai mengusap kedua pipi Rara yang penuh akan air mata.