Chereads / The Other Side Of Him / Chapter 3 - TIGA

Chapter 3 - TIGA

Audrey mengacak rambutnya kasar sembari menjatuhkan dirinya di ranjang. Ini sudah sebulan semenjak perjalanan bisnis bersama Clara dan Aldwin dan selama itu juga Audrey sudah tidak bertemu dengan pria itu. Tapi entah kenapa pikiran aneh dan penasaran Audrey masih terus ada bahkan sampai membuatnya kesal.

"Huftt.. sebenarnya siapa Aldwin sebenarnya? Kenapa saat itu dia sangat berbeda dengan ketika menjadi presdir?" ujar Audrey pada dirinya sendiri sambil memutar bola matanya kesal. Kenapa pikiran tentang Aldwin sangat memenuhi otaknya. Entah kenapa pria itu seperti mempunyai rahasia gelap dibalik sikap ramahnya.

"Ah.. entahlah" Audrey mulai memejamkan matanya untuk tidur mengingat sekarang sudah malam. Tapi sebuah dering ponsel menghancurkan rencana tidurnya. Audrey mendengus kesal melihat siapa yang meneleponnya. Ya.. kekasihnya, Zavier.

"halo.. ini sudah malam Zavier... apa?... besok? Tentu saja aku pergi ke kantor.... mungkin pulang larut malam... baiklah" Audrey menutup ponselnya setelah berbincang sebentar dengan kekasihnya itu. Zavier bilang besok akan menjemput Audrey sepulang kerja. Karena Audrey merasa sangat bersalah akhir-akhir ini ia mengacuhkan kekasihnya itu, akhirnya ia pun setuju untuk dijemput. Setelah itu Audrey kembali memejamkan matanya untuk berjalan menuju mimpi indahnya.

'Hoammm...'

Tak terasa pagi pun sudah memaksa Audrey untuk membuka matanya. Audrey bangun perlahan sambil mengucek kedua matanya yang sebenarnya masih enggak untuk dibuka. Ia berjalan gontai menuju kamar mandi dan mulai mempersiapkan dirinya untuk berangkat kerja. Memang seperti inilah rutinitas yang dilakukan Audrey setiap harinya. Hanya pergi ke kantor kemudian pulang untuk istirahat dan dihari berikutnya akan ke kantor lagi. Audrey jarang menghabiskan waktunya untuk jalan-jalan atau sekedar mampir ke kafe untuk nongkrong. Ia merasa melakukan hal seperti itu hanyalah membuang waktunya yang berharga. Mungkin hanya sesekali Audrey pergi ke kafe, itupun ke kafe Zavier untuk menemui kekasihnya itu. Hidup Audrey memang bisa dibilang sangat membosankan.

Audrey menghentikan hair dryer nya ketika mendengar ponsel berdering yang ternyata dari Clara.

"halo, Cla, ada apa?.... kau akan menjemputku? Tentu saja aku mau? I Love You, Cla" ujar Audrey memutus sambungan telponnya sambil tertawa sumringah. Ia memang sangat senang jika Clara menjemputnya untuk berangkat kerja bersama menggunakan mobil Clara, karena Audrey sangat malas jika harus berdesakan dengan banyak orang di bus padahal dia sudah berpenampilan sangat rapi dan cantik. Audrey mempercepat gerakannya untuk bersiap-siap supaya nanti ketika Clara datang sudah tak perlu menunggunya lagi.

'Tin...tin..'

Audrey berlari kecil setelah mendengar suara klakson mobil yang bisa dipastikan bahwa itu Clara. Audrey bersenandung kecil sambil masuk kedalam mobil dan menyapa Clara singkat "good morning, Cla", dan dijawab dengan pelukan singkat dari Clara. Mereka berdua banyak mengobrol selama di perjalanan karena memang mereka sangat dekat satu sama lain.

"Cla.. aku ingin menanyakan sesuatu, boleh?" ucap Audrey pelan dan penuh keraguan.

"tentu saja. apa yang tidak untukmu, kawan" jawab Clara semangat sambil menepuk pelan pundak Audrey.

Audrey sedikit menelan ludahnya kasar sebelum akhirnya bertanya "Mr. Blake bersikap baik padamu kan? Apakah setelah bepergian lalu dia mengatakan sesuatu padamu?". Clara mengerutkan dahinya bingung mendengar pertanyaan itu.

"apa maksudmu Audrey? Tentu saja Mr. Blake baik padaku. Dia memang baik ke semua orang" jawab Clara enteng tanpa memangdang Audrey yang sekarang sedang bernafas penuh kelegaan. Jujur saja sebenarnya Audrey khawatir jika saja Aldwin akan berbuat kasar pada Clara yang merupakan temannya.

"selamat pagi semua.." sapa Audrey ramah ketika ia sampai di meja kerjanya. Ia menghembuskan napas panjang ketika melihat di meja kerjanya sudah penuh dengan tumpukan kertas yang siap untuk dikerjakannya. Tanpa banyak kata Audrey pun mulai melakukan pekerjaannya.

Audrey mengusap wajahnya kasar sambil memeriksa banyak dokumen di mejanya. "huftt... ya Tuhan.. kapan ini akan selesai" keluhnya panjang. Tanpa ia sadari, ada sepasang mata yang sedang memerhatikan dari belakang, sedangkan Audrey tetap meneruskan pekerjaannya tidak menyadari keberadaan orang itu.

"Audrey.. kau mengabaikanku?"

Audrey terperanjat kaget dan langsung menoleh kebelakang ketika seseorang menyebut namanya. Reflek mata Audrey melotot dan berteriak "Aldwin!!!". Semua karyawan pun menghentikan pekerjaan mereka dan beralih menatap Audrey. Mereka pun dengan kompak berdiri dan membungkukkan badan mereka tanda hormat pada presdir. Tersadar dengan teriakannya yang cukup keras dan tidak sopan, Audrey langsung menutup mulutnya dan meminta maaf.

Aldwin memberikan kode pada semua karyawan untuk kemballi bekerja sedangkan dirinya tetap berdiri di depan Audrey. Aldwin menatap lekat wajah Audrey yang kini sedang menunduk sopan sebelum akhirnya menarik tangan Audrey untuk keluar dari ruangan itu menuju lift. Audrey meronta dan mencoba untuk melepaskan genggaman Aldwin tapi itu sangat sia-sia karena tenaga Aldwin memang jauh lebih kuat daripada Audrey.

Aldwin memencet tombol lantai 10 di lift. Audrey pun hanya menurut dengan tangan yang masih digenggam erat oleh presdirnya itu.

'ting...'

Lift terbuka dan Aldwin langsung menarik cepat Audrey untuk mengikutinya. Audrey melirik Clara yang menatapnya bingung melihat mereka tapi hanya mendapat anggukan kecil dari Audrey yang berarti "bukan apa-apa".

Aldwin mendudukkan diri di kursi kerjanya sedangkan Audrey masih berdiri di depan meja kerja Aldwin dengan kepala menunduk. Mereka berdua sedang berada didalam ruangan Aldwin. Hanya berdua. Aldwin hanya duduk di hadapan meja kerjanya dimana ada Audrey juga didepannya.

'tok.. tok..'

Syukurlah suara ketukan pintu itu memecah keheningan antara mereka berdua. Clara masuk dengan membawa nampan berisi 2 gelas minuman untuk diberikan pada Aldwin dan Audrey. Clara membungkukkan badan sebelum pamit untuk keluar ruangan lagi. Audrey diam-diam mengutuk temannya itu kenapa harus keluar dan meninggalkan mereka hanya berdua di ruangan itu.

"Audrey.. kau menghindariku?" tanya Aldwin sembari menatap lekat wajah Audrey yang saat itu masih tetap menundukkan kepalanya. Merasa tak mendapat jawaban, Aldwin bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah Audrey sampai mereka hanya berjarak 2 langkah saja. Aldwin membawa tanganyya untuk menyentuh kedua bahu Audrey dan memaksa Audrey untuk menata kedua matanya.

"Audrey.. kau menjauhiku?" tanya Aldwin sekali lagi namun kali ini Audrey juga sedang menatap lekat kedua mata coklat Aldwin. Audrey menggeleng pelan tanpa berkata apapun. Entah kenapa Audrey merasa lidahnya tercekat dan tak bisa mengeluarkan satu katapun. Ia gugup ketika jaraknya dengan Aldwin terlalu dekat seperti sekarang.

"Jawab Audrey. Aku tidak suka didiamkan!" lanjut Aldwin setengah membentak dan mempererat cengkraman tangannya di bahu Audrey.

Audrey yang terkejut pun langsung menunduk takut dan menjawab "tidak.. aku tidak menjauhimu Aldwin". Entah sejak kapan tapi Audrey memang sudah terbiasa memanggil Aldwin bukan Mr. Blake.

Aldwin melepaskan cengkeramannya dan berbalik menuju ke arah jendela dan menatap pemandangan disana. Sungguh, perlakuan Aldwin memang sangat membingungkan bagi Audrey.

"kau bilang tidak menjauhiku? Jadi setelah kejadian malam itu, kau bahkan tidak pernah berbicara dengan menatap wajahku. Kau juga diam kecuali jika aku bertanya. Kau mendiamkanku selama sisa hari itu sampai kita pulang ke London. Itu yang kau bilang tidak menjauhiku?" tanya Aldwin dengan penuh penekanan di setiap katanya.

Audrey awalnya hanya diam sambil menatap punggung bidang Aldwin dari belakang karena memang posisi Aldwin yang membelakanginya menghadap ke jendela. Audrey bingung harus menjawab apa. Audrey bingung dengan sikap Aldwin.

"maaf Aldwin jika aku terkesan tidak sopan padahal kau adalah presdirku. Tapi aku mau bertanya. Kenapa kau seperti ini? Aku ingin menganggap malam itu tidak pernah ada. Aku ingin melupakannya karena itu membuatku.... membuatku..." jelas Audrey pelan dan gelisah.

"membuatmu apa?" tanya Aldwin tanpa menoleh dan tetap dengan posisi membelakangi Audrey.

"...membuatku... takut" jawab Audrey lirih dan hampir seperti berbisik namun Aldwin bisa mendengardengan jelas. Aldwin mengepalkan tangannya dan langsung berbalik menatap Audrey menahan amarah.

"jadi kau ingin melupakan kejadian malam itu dan melupakanku?" Aldwin bertanya dengan penuh penekanan karena menahan amarahnya. Aldwin mendekat lagi ke arah Audrey yang kini sedang menundukkan wajah ketakutan.

"tentu saja aku ingin melupakan itu semua, Aldwin" jawab Audrey lirih tanpa berani mengangkat kepalanya.

'BRAKKKKKK...'

Aldwin memukul meja kerjanya keras sampai menimbulkan suara cukup keras dan itu cukup membuat Audrey berjalan mundur ketakutan. Aldwin mengendorkan dasinya dan menghembuskan napas kasar.

"jadi kau takut padaku?" lirih Aldwin sambil kembali menatap Audrey, namun kini dengan tatapan yang hangat dan bukan tatapan dingin seperti tadi. Aldwin memejamkan matanya sebentar sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya "maaf.. maaf Audrey.. bukan maksudku membuatmu takut. Aku tak akan menyakitimu. Kau harus tahu itu".

Audrey perlahan mendongakkan kepalanya dan menatap Aldwin. Audrey bingung dengan penjelasan Aldwin. Apa maksud Aldwin mengatakan itu semua. Tapi Audrey tidak punya cukup keberanian untuk menanyakannya, ia lebih memilih keluar dan pergi dari ruangan itu.

"Audrey.. apa yang terjadi? Kau tak apa?" Tanya Clara ketika melihat Audrey yang keluar dari ruangan Audrey dengan wajah yang lusuh dan tidak bersemangat. Tapi pertanyaan itu seperti hanya angin lewat di telinga Audrey.

"ada apa dengan wanita itu? Apa hubungan Audrey dengan Mr. Blake?" ucap Clara kebingungan setelah melihat Audrey seperti itu.

"Clara, aku perlu asisten pribadi" perintah Aldwin yang menyadarkan Clara dari lamunannya kemudian menjawab dengan sopan perkataan presdirnya itu.

"satu lagi. Aku ingin Audrey yang jadi asisten pribadiku!" ketus Aldwin sebelum masuk kedalam ruangan dan membanting pintu dengan sangat keras. Clara membelalakkan mata kaget. Ia kaget dengan perubahan sikap Audrey. Dan kali ini ia juga kaget dengan keputusan mendadak Aldwin yang aneh itu. Tapi tentu saja Clara tak bisa menolak permintaan presdirnya itu. Hanya saja Clara bingung bagaimana harus mengatakannya pada Audrey.

---------