Audrey mematikan komputer kerjanya dan bersiap untuk pulang kantor karena jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Namun, gerakan Audrey terhenti ketika Aldwin keluar ruangan dan menghampirinya.
"Audrey.. kau ikut denganku"
"kemana?"
Aldwin tak menjawab pertanyaan itu dan langsung menarik lengan Audrey menuju lift. Dari belakang, Clara menatap mereka berdua dengan mata menyipit karena curiga dengan hubungan presdir dan sabahat baiknya itu. tapi setiap Clara bertanya, Audrey selalu berusaha mengalihkan pembicaraan.
Didalam mobil, Audrey dan Aldwin hanya terdiam tanpa berbincang apapun. Audrey sibuk melamum melihat pemandangan malam kota London sedangkan Aldwin fokus dengan pandangannya ke depan karena sedang menyetir.
"Aldwin, sebenarnya kita mau kemana?" tanya Audrey sekali lagi dengan harapan Aldwin akan menjawabnya. Sedangkan Aldwin hanya menoleh dan tersenyum singkat ke arah Audrey.
"lukamu sudah membaik kan, Aldwin?"
"tentu saja, sudah sebulan sejak kejadian itu Audrey" jawab Aldwin sambil terkekeh kecil karena pertanyaan dari Audrey itu terkesan hanya basa-basi saja ditelinga Aldwin. Tentu saja Audrey tahu kalau sekarang Aldwin sudah benar-benar membaik karena selama sebulan ini Audrey yang menjaga dan merawat pria itu dengan telaten dan sabar.
Audrey mengedarkan pandangannya pada sebuah gedung tinggi yang cukup terawat namun sepertinya sepi penghuni karena tak ada mobil satupun yang diparkir disitu selain mobil yang saat ini mereka berdua tumpangi yaitu mobil Aldwin. Audrey melirik Aldwin yang kini mengambil sesuatu di kursi belakang yang ternyata adalah sebuah pistol.
"Aldwin.. kita dimana dan kenapa kau membawa itu?" tanya Audrey tapi kini bukan diiringi dengan nada ketakutan seperti sebelum-sebelumnya namun hanya sedikit gugup.
"Audrey.. kau mau ikut masuk denganku? kau tak apa?". Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Aldwin tidak menyuruh Audrey untuk menunggu di mobil melainkan ikut masuk ke dalam gedung dan dijawab anggukan mantap dari Audrey. Aldwin mengulurkan tangannya yang sempat ditatap bingung oleh Audrey sebelum akhirnya menerima uluran tangan itu untuk digenggam oleh Aldwin. Entah kenapa Audrey merasa aman jika diperlakukan seperti ini. Hanya dengan sebuah genggaman tangan saja membuat wanita itu merasa aman.
"kuharap kau tidak meninggalkanku setelah ini" lirih Aldwin namun masih bisa didengar oleh Audrey yang berjalan tepat disampingnya.
'cklek..'
Aldwin memutar kenop pintu dan seketika itu Audrey mengedarkan pandangannya ke arah empat orang yang sedang diikat tak berdaya dan ada tiga orang lain yang berdiri dengan setelan jas hitam lengkap. Audrey menelan ludahnya kasar ketika melihat tatapan sadis tiga orang berjas itu.
"kau mau keluar saja?" bisik Aldwin sambil mengencangkan genggaman tangannya pada wanita itu. Audrey menggeleng pelan namun tangannya terasa sedikit gemetar. Tentu saja wanita itu ketakutan melihat ini semua. Aldwin pun menuntun Audrey untuk duduk disebuah kursi yang cukup jauh dari posisi orang lain.
"kau duduk disini, aku akan kesana sebentar" ucap Aldwin sembari mengelus lembut puncak kepala Audrey. Audrey hanya diam menatap Aldwin yang beberapa kali memerintahkan bawahannya untuk memukul empat orang tak berdaya itu. bahkan Audrey juga melihat Aldwin sempat ikut memukul tanpa ampun.
Aldwin memukul empat orang itu tanpa ampun sambil beberapa kali mengucapkan ancaman. Tiga orang berjas yang merupakan bawahan Aldwin pun membantu bosnya itu.
"Aldwin.. meskipun kami mati disini, kau takkan bisa bebas. Orang lain akan datang lagi mencarimu" ucap salah satu dari orang yang tak berdaya itu. Aldwin mendengus lirih dan mulai mengeluarkan sebuah pistol dari belakang jasnya.
"jika orang lain datang, aku akan memusnahkan mereka lagi. Mudah kan" jawab Aldwin penuh penekanan sambil memainkan pistol ditangannya. Aldwin mulai memasukkan beberapa peluru dan mengarahkan pistol itu ke arah salah satu dari korbannya.
"bicara lagi atau kutembakkan pistol ini ke kepalamu!!" ancam Aldwin. Namun kemudian ia menjatuhkan pistolnya dan mengatakan beberapa kalimat kepada tiga bawahannya dan melemparkan pistol itu sembarangan. Aldwin pun berjalan mendekat ke Audrey.
"Audrey.. kau.. menangis?" tanya Aldwin dan langsung menangkup kedua pipi Audrey. Aldwin pun menggenggam tangan wanita itu dan mengajaknya keluar gedung.
Aldwin sudah berada dibalik kemudi dengan Audrey yang terdiam disebelahnya. Aldwin mengusap wajahnya kasar dan menyesal karena telah menunjukkan hal seperti itu. aldwin pun membawa mobilnya untuk menepi sejenak di depan sebuah taman kosong dan berusaha menatap Audrey yang kini hanya menundukkan kepala.
"Audrey.. maaf.. maaf sudah menunjukkanmu hal seperti itu. kukira kau sudah siap untuk mengetahui semuanya. Tapi sepertinya tidak" ucap Aldwin penuh penyesalan.
"Aldwin.. sebenarnya apa yang kau lakukan pada orang-orang tadi?" kali ini Audrey sepertinya sudah mulai tenang dan bisa mengeluarkan suaranya yang dari tadi tercekat.
Aldwin pun mengalihkan pandangan dari Audrey dan hanya menatap kosong arah jalanan.
"mereka akan mati"
Audrey membulatkan mata kaget mendengar jawaban itu. audrey tak menyangka Aldwin tega melakukan itu. Audrey bingung kenapa Aldwin melakukan itu, pasti pria itu punya alasan yang kuat, bukan?.
"kau... kau membunuh mereka?"
"tidak.. bawahanku yang akan menghabisi mereka" jawab Aldwin tanpa ada beban apapun dan itu berhasil membuat Audrey menutup mulutnya terkejut.
"Aldwin.. tapi kau yang memberi perintah. Itu sama saja"
"TIDAK!! Itu tidak sama. Mereka semua tidak mati ditanganku tapi ditangan bawahanku. Aku tidak membunuh siapapun!!" bentak Aldwin diluar kendali dengan mata memerah dan napas yang tidak beraturan. Audrey menunduk takut melihat Aldwin yang seperti itu. karena Audrey tahu bagaimana Aldwin jika sudah marah, ia sudah pernah melihat bagaimana Aldwin jika sudah diselimuti emosi dan itu sangat menyeramkan.
Aldwin yang melihat reaksi Audrey langsung sadar dan menggelengkan kepalanya.
"maaf.. maaf Audrey aku membentak dan membuatmu takut. Maaf.. aku akan mengantarmu pulang" ujar Aldwin namun dibalas penolakan. Audrey langsung keluar mobil tanpa mengatakan apapun. Aldwin yang melihat itupun langsung mengejar dan menahan lengan Audrey.
"Audrey.. aku tahu kau takut dan marah padaku. Tapi setidaknya biarkan aku mengantarmu pulang. Ini sudah malam" ujar Aldwin memohon. Audrey menatap lengannya yang masih digenggam dan terdiam sejenak seperti sedang berpikir. Audrey menatap mata Aldwin dalam sebelum akhirnya berjalan kembali menuju mobil dan membiarkan Aldwin untuk mengantarnya pulang. Mereka pun hanya diam selama perjalanan dan membiarkan keadaan hening untuk menenangkan pikiran masing-masing.