"Kenapa... Kenapa aku merasa sedih, kenapa aku merasa sakit seperti ada sesuatu yang menusuk hatiku. Padahal semua itu benar kan? Raden Ayu adalah jodoh Raden Sastra yang sesungguhnya. Tapi kenapa aku harus merasa sakit!" bisik Kirana dalam hati.
Kirana merenung masih dengan piring kotor di kedua tangannya, air matanya mulai mengalir. Sebenarnya ia tidak tau tentang perasaan itu, apa yang Kirana tangisi, apa yang membuatnya begitu sedih...
Tak lama kemudian bibi menyusul Kirana ke dalam dapur, mengetahui ada orang datang menghampirinya, Kirana cepat-cepat menghapus air mata dan mengatur nafasnya supaya lebih tenang.
"Sekar. Apa yang kau ucapkan tadi, sungguh bibi tidak bisa menerimanya" ucap bibi ternyata masih membahas pembicaraan di depan tadi.
Kirana hanya menoleh sejenak sambil melemparkan senyuman pada bibi, kemudian gadis berlesung pipi itu kembali menghindari bertatapan muka pada bibinya yang masih berdiri terdiam menunggu jawaban.