Suasana di PT...
Pagi yang mendung... Pagi itu cuaca di PT tempat Kirana bekerja masih dirundung duka. Berita hilangnya Kirana sudah menyebar ke wilayah sekitar area PT itu, bahkan banyak warga yang beranggapan kalau Kirana tersesat di alam ghaib.
Mesi, Dila... Mereka adalah orang yang paling bersedih karena sahabat baiknya belum juga ditemukan. Hampir setiap hari mereka pergi ke belakang PT, melihat ke jalan setapak menuju hutan. Sambil berharap Kirana akan muncul dan kembali berkumpul bersama mereka.
Dalam dunia nyata sudah diperkirakan Kirana menghilang selama 5 hari, kasus ini juga sudah dilaporkan kepada pihak berwajib dan sedang ditangani. Selama masa pencarian, untuk sementara warga sekitar ataupun para karyawan dilarang melewati garis polisi yang terpasang melintang menutup jalan setapak menuju hutan itu.
"Bagaimana pak, apakah ada titik terang?" tanya pak Retno kepada polisi dan tim SAR yang berada di tempat perkara.
"Belum, kami sudah menyisir hutan, juga perbukitan. Tapi kami belum menemukan jejak apapun" jawab Serse Amil. Sesekali tangannya sibuk membolak-balik berkas laporan yang ia terima hari itu.
"Pak Retno. Jika dalam jangka waktu 7 hari, Korba yang bernama Kirana belum juga ditemukan, maka dengan berat hati kami akan menghentikan pencarian" ucapnya lagi kemudian menepuk pundak Retno sambil berlalu.
Pak Retno berbalik menatap Mesi dan Dila yang sedang menyimak pembicaraan itu, tatapannya menyiratkan kalau dirinya sudah berusaha tapi tidak bisa memenuhi harapan untuk menemukan Kirana.
"Maaf" ucap pak Retno kepada dua gadis yang menatap penuh harap.
Dila langsung menangis mendengar kenyataan dari Polisi, ia membenamkan tangisnya dalam pelukan Mesi. Sebenarnya mereka tidak terima jika pencarian Kirana dihentikan, dalam hati mereka masih memiliki keyakinan kuat kalau Kirana masih hidup di dalam hutan sana.
"Gimana dong Mesi... Kirana..." isak sedih Dila.
Mesi mencoba menenangkannya, meskipun dirinya juga sedih dan merasa kehilangan tapi Mesi berusaha untuk tegar dan tetap menenangkan sahabatnya.
"Dila, kita berdoa saja ya semoga Kirana bisa segera ditemukan. Yang terpenting kita semua sudah berusaha, selebihnya kita pasrahkan pada kehendak Tuhan" ucap Mesi sambil menggosok punggung Dila pelan.
Pak Retno juga sudah berupaya dengan segala hal, bahkan ia juga mencoba bantuan dari orang pintar, baik itu kyai, ustad bahkan sampai yang bergelar dukun. Tapi tetap saja, dari mereka juga tidak membuahkan hasil.
"Kalau polisi menghentikan penyelidikan dan menghentikan pencarian, gimana nasib Kirana di hutan itu pak!"
"Dila... Kita tidak tau dimana Kirana menghilang, dan kita nggak tau Kirana masih hidup atau tidak" ucap pak Retno menatap lekat pada Dila. "Kita sudah berusaha semaksimal mungkin" ucap pak Retno lagi.
Setelah pencarian Kirana dihentikan, pihak PT memutuskan untuk membangun pagar pembatas di belakang PT supaya menghindari kasus yang sama terulang.
Dila dan Mesi kembali ke tempat kerjanya, mereka masih membawa perasaan yang sedih dan tidak terima dengan keputusan itu. Sampai akhirnya Dila memberikan ide gila yang membuat Mesi terkejut mendengarnya.
"Mesi... Kesini sebentar" ucap Dila menarik Mesi ke ujung ruangan PT.
"Ada apa sih!" ucap Mesi tidak mengerti dengan gelagat temannya itu.
"Mes, jika para polisi itu tidak bisa menemukan Kirana, gimana kalau kita saja yang mencarinya?" ucap Dila agak berbisik.
"Hah? Apa kamu udah gila? Pihak berwajib saja gak bisa nemuin Kirana, apalagi kita Dila!" ucap Mesi terkejut menyambut ide sahabatnya itu.
"Justru itu Mesi. Siapa tau para polisi itu kurang teliti mencari Kirana, makanya sampai sekarang mereka tidak bisa menemukannya" ucap Dila.
Mesi terlihat gusar, ia tau kalau Dila itu orang yang nekat, jika sudah memiliki suatu rencana Dila pasti akan melakukannya.
"Mes, kita akan mencari Kirana sampai batas makam itu saja. Siapa tau nanti akan ada petunjuk disana, niat kita cuma nyari Kirana shabat kita, bukan untuk yang macam-macam. Aku mohon Mesi, sebelum PT ini dibangun tembok pembatas. Jika tembok itu sudah dibangun maka kita tidak akan bisa pergi ke makam itu"
Dila menatap Mesi dengan penuh harap, sedangkan di sisi lain Mesi ragu dengan rencana itu. Bukannya ia tidak mau, Mesi juga ingin Kirana kembali. Tapi apa yang direncanakan oleh Dila ini adalah rencana yang penuh dengan resiko, iya kalau mereka bisa menemukan Kirana, tapi kalau malah mereka ikut hilang gimana?
"Kamu mau kan?" tanya Dila lagi.
"Aku..."
"Ayolah Mes, demi Kirana"
Mesi meremat jari jemarinya. Dia takut, tapi mengingat kalau selama ini Kirana sangat baik padanya, akhirnya Mesi setuju dengan ajakan Dila.
"Baiklah. Tapi kita mencari Kirana cuma sampai batas makam keramat itu saja ya!" ucap Mesi.
"Iya... Makasih ya" ucap Dila langsung memeluk sebentar sahabatnya itu.
Setelah perbincangan itu, Mesi dan Dila kembali ke posisi kerjanya masing-masing. Mereka akan melanjutkan perbincangan setelah selesai bekerja nanti.
Malam itu Dila menginap di kosan Mesi, mereka membicarakan tentang rencana pencarian Kirana dengan sangat serius. Dari perbekalan juga perlengkapan yang harus dibeli, Mesi dan Dila merencanakannya dengan sangat matang.
"Dila, apa-apaan ini? Di dalam catatan belanja kelperluanmu kau banyak sekali menulis makanan" ucap Mesi sambil membaca satu persatu daftar belanja milik Dila.
"Mesi, hal utama untuk petualangan kali ini yang paling penting adalah makanan. Kalau kita tersesat di hutan itu, setidaknya kita memiliki banyak bekal" ucap Dila mengedipkan sebelah matanya.
Mesi hanya melirik heran pada Dila, tapi ya sudahlah, biarkan semaunya dia saja.
"Mes, menurutmu kapan kita akan pergi masuk ke makam itu?" tanya Dila dengan mimik wajah yang serius.
"Kita cuma perlu waktu dua hari Dil, jadi mungkin besok kita harus segera ke sana. Sebelum pencarian diputuskan berhenti dan sebelum tembok di belakang PT dibangun" jawab Mesi dengan mantap.
"Usul yang bagus. Berarti kita ijin cuti saja, jika menunggu sampai selesai jam kerja nanti malah kesorean"
"Kau benar. Nanti kita lewat jalan pedesaan saja, supaya tidak ketahuan karyawan lain dan juga polisi"
Mesi dan Dila membicarakan tentang rencananya dengan sangat serius dan matang, mereka menyusun strategi bagaimana supaya bisa masuk kedalam hutan tanpa ketahuan.
Agak sulit karena petugas pasti masih menjaganya dengan sangat ketat, tapi Dila dan Mesi yakin pasti ada jalan lain yang lebih aman untuk mereka masuk nanti.
Mata Mesi melihat ke atas meja dekat tempat tidurnya, ada figura yang terpajang foto mereka bertiga. Dila, Kirana, Mesi, sedang berpose dengan wajah ceria.
Tangan Mesi menjangkau figura itu kemudian meletakkan dipangkuannya, jari jemarinya membelai permukaan foto dengan lembut. Sepertinya baru kemarin mereka bercanda bersama, tapi sekarang salah satu dari mereka hilang entah kemana...
"Kirana... Kau masih hidup kan? Kami berdua akan mencarimu, kau jangan khawatir ya" ucap Mesi lirih dengan suara yang bergetar.
Dila bersandar di pundak Mesi, cairan bening meluncur dari ujung matanya. Tidak ada lagi kata yang terucap dari mereka berdua, kecuali tatapan sayu juga nafas yang terisak.