Jeon Namjoon atau Miss Jeon nama yang begitu menakutkan untuk didengar dikalangan para pebisnis namun juga sangat mengagumkan.
Dia merupakan seorang anak jenius yang menamatkan kuliahnya diumur 17 tahun dan saat ini memimpin sebuah perusahaan terbesar di Asia dan masih berumur 20 tahun.
Banyak orang berlomba-lomba untuk bekerja sama dengannya namun hanya 1% dari mereka yang lolos. Banyaknya orang yang ingin menjalin kerja sama dengannya adalah karna dia memiliki koneksi besar keseluruh perdagangan bawah tanah beserta pengedaran barang-barang diseluruh negeri, belum lagi rumor yang mengatakan dia berteman dekat dengan menteri keamanan Korea Selatan, Thailand, China, Vietnam, dan Jepang, cukup membuat para pebisnis lain berlomba-lomba untuk 1 proyek saja dengannya.
Namun siapa sangka dibalik sosoknya yang Cantik, cerdas, licik, Tegas, dan sangat Kharismatik tersembunyi sebuah kisah yang sangat menyakitkan dari masa lalunya yang misterius.
Masa lalunya yang hanya seorang anak lugu berubah menjadi sosok yang sekarang ditakuti banyak orang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
RM Corp, perusahaan terbesar di Asia, dan terletak di kota Beijing China, merupakan salah satu perusahaan cabang dari Jeon Family, yang dipimpin oleh putri ke 6 keluarga Jeon, perusahaan besar yang bergerak dalam berbagai bidang, mulai dari ekonomi hingga seni, belum lagi perusahaan ini merupakan donatur besar diberbagai sekolah di Asia Timur. Dan saat ini gedung 25 lantai tersebut sedang dipenuhi dengan kesibukan para karyawannya, tak terkecuali sang sekretaris CEO yang sedang mempersiapkan jadwal hari ini.
"Selamat pagi Miss, hari ini kita memiliki beberapa perjanjian bisnis dengan Perusahaan Jung Corp, dan setelah makan siang Anda diharapkan datang dipertemuan dengan kolega luar negeri."
"Apa hanya itu Lisa?"
"Perjalanan bisnis untuk cabang butik dengan Mr.V sudah diatur, Anda akan terbang ke Paris minggu depan untuk itu"
"Baiklah bilang kepada Miss Jung untuk menungguku pukul 9 nanti"
"Baik Miss"
Lisa kemudian berjalan mundur dari ruangan CEO dan kembali ke ruangannya.
Perempuan berambut pirang strawberry panjang yang mengenakan turtle neck warna hitam dan dipadukan dengan celana bahan hitam, dan sepatu high heel itu mengalihkan pandangannya dari sang sekretaris ke setumpuk berkas-berkas yang harus dikerjakannya. Menghela napas sebentar perempuan itu mulai membaca satu persatu berkas dimejanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jarum jam menujuk pada angka 08:45 sudah 1 setengah jam perempuan tadi mentanda tangani berkas-berkas dimejanya, berterima kasihlah pada Lisa yang sangat cekatan jadi tidak terlalu banyak pekerjaan yang perlu diceknya.
"Hah..."
Perempuan itu mengalihkan pandangannya pada jam dinding, berdecak sebentar perempuan itu kemudian beranjak dari kursi kerjanya dan menyambar blazernya yang tersampir di sofa ruangan.
'Ceklek'
"Miss Anda sudah siap?" Tanya sang sekretaris dengan sopan.
"Ayo, kita tidak bisa membuat Miss Jung menunggu" tutur perempuan itu.
"Mari Miss Namjoon"
Perempuan bernama Jeon Namjoon itu kemudian melangkahkan kakinya kearah ruang rapat dilantai 24, mengingat ruangannya ada dilantai 25 jadi dia harus turun 1 lantai untuk keruang rapat.
Sesampainya diruang rapat, Namjoon langsung dikagetkan dengan sosok perempuan cantik berambut merah, yang mengenakan atasan brokat putih dengan bagian lengan yang mengembang, dan rok kantor putih sepaha, dengan wedges krem.
"Namjoonie, Noona rindu"
Melirik Miss Jung yang memeluknya, Namjoon menghela napas dan membalas pelukan perempuan itu.
"Namjoonie juga rindu, tapi kita ada bisnis untuk dikerjakan Noona"
"Hah...tidak seru tapi baiklah"
"Lisa keluarkan mapnya, Aku ingin melihat perkembangan cabang di Jepang" ucah Miss Jung datar.
Sifatnya langsung berubah 180° bila menyangkut bisnis.
Jung Hoseok atau dikenal juga dengan para koleganya sebagai Miss Jung merupakan seorang pebisnis yang sangat licik, dia menjebak orang-orang dengan muka manis dan senyuman menawannya, dan tanpa orang sadari membuat mereka jatuh dalam perangkapnya, caranya bermain bisnis bisa membuat orang bangkrut apalagi orang-orang yang tidak disukainya, sifatnya inilah yang mengantarnya menjadi pebisnis handal di China, banyak pebisnis yang ingin menjalin koneksi dengannya, karena dapat memasukkan barang mereka di China dan Thailand tanpa diendus polisi dan perdagangan illegalnya memang yang terbesar di Asia, namun sekali berkhianat jangan berharap kamu bisa tetap hidup.
Setelah menyelesaikan rapat mereka Hoseok mengajak Namjoon untuk makan siang ditestoran.
"Jadi Namu apakah kamu tidak berencana untuk kembali ke Korea"
Itu bukanlah pertanyaan namun sebuah ancaman, dan Namjoon sangat tau mimik wajah yang sedang Hoseok perlihatkan.
"Entahlah" jawab Namjoon singkat.
"Bukankah ini sudah waktunya 9 tahun bukanlah waktu yang singkat jika kamu bertanya padaku"
Hoseok mengambil tehnya dan menyeruputnya sedikit kemudian memandang Namjoon dengan senyum kecil.
"Kurasa Aku harus segera kembali Noona" balas Namjoon.
Dia menatap tajam Hoseok, sangat tau maksud kalimat yang dikelurkan wanita kelahiran Gwanju itu.
Terkekeh pelan Hoseok kembali menyeruput tehnya, tapi sebelum Namjoon benar-benar meninggalkannya Hoseok menatap teh yang diminumnya denngan penuh arti.
"Jangan ragu Namjoonie" ucap Hoseok.
Namjoon menatap tidak suka padanya dan segera keluar dari restoran itu, menyalakan mesin BMW i8 berwarna putihnya, kemudian menancap gasnya meninggalkan restoran tersebut.
"Hah...Namjoonie yang malang padahal pelurunya sudah siap" Hoseok berbicara pada tehnya yang mulai dingin.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Namjoon kembali kekantornya dengan mood yang berantakan apa yang dikatakan Hoseok masih terngiang-ngiang dikepalanya.
Mengambil nafas yang dalam, Namjoon kemudian melangkahkan kakinya ke ruang rapat.
Rapat berakhir dengan cepat mengingat mood Namjoon yang buruk membuatnya mengeluarkan aura menegangkan diantara para koleganya.
Walau begitu keseluruhannya berjalan baik.
Menatap jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 malam, Namjoon kemudian berjalan keluar ruangan untuk pulang.
"Terima kasih untuk hari ini Lis"
"Terima kasih untuk hari ini juga Miss" balas Lisa.
Menyalakan mesin mobilnya dan berkendara membelah jalanan kota Beijing yang terlihat sepi.
Namjoon menatap jalanan yang sepi dan berbisik dalam diam.
"Sepertinya memang sudah waktunya"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Apakah dia sudah memutuskan Hosikie" tanya seorang wanita berambut pirang berumur awal 30an, dia sedang berdiri di balik jendela besar disebuah rumah mewah di Inggris.
"Walau dia hanya diam, Aku tau saat ini dia sedang memikirkan keberangkatannya Mommy, jadi jangan khawatir" balas Hoseok.
"Bagus, sudah waktunya mereka merasakan balasan atas kejahatan mereka pada putriku" ucap wanita itu datar.
"Tenang Mom, kami sudah siap"
Tbc...