Zanna menatap ngeri pria di depannya itu. Pria itu berdiri dari tempat duduknya dan melangkah mendekati Zanna. Tanpa sadar, Zanna melangkahkan kakinya mundur untuk menjauhi Kenan.
"Bagaimana kabarmu sayang?" Tanya Kenan sambil membelai pipi Zanna lembut.
"Merindukanku heem??"
Zanna menggelengkan kepalanya. Matanya menatap was-was kearah Kenan yang tengah tersenyum. Senyuman itu bukan senyuman biasa. Kenan tersenyum tetapi hawa yang tercipta di sekitar Zanna terasa menakutkan.
Kenan mendekatkan bibirnya ke bibir tipis Zanna. Zanna berusaha menghindar. Zanna tahu jika tubuhnya selalu lemah dalam sentuhan Kenan. Tangan Kenan menjulur ke dinding di belakang Zanna. Memepet Zanna diantara dinding dan tubuhnya.
"I miss you so bad. Kamu tidak akan bisa pergi dariku lagi sayang. Tidak akan pernah." Bisik Kenan tepat ditelinga Zanna sebelum membelai telinga Zanna dengan lidahnya. Lenguhan Zanna keluar dari bibirnya. Didalam hatinya Zanna merutuki tubuhnya yang tidak pernah berjalan bersama pikirannya.
"Sebut namaku sayang. Kamu tahu aku menyukai desahan mu." Tangan Kenan mulai menjulur menyusuri rahang, leher dan kini tangan itu mulai membuka kancing blezzer dan kemeja yang Zanna kenakan.
"Kamu candu ku." Usai mengatakan itu Kenan mencium rahang, leher dan kini bibir Kenan sudah berada di dada Zanna yang membusung meminta lebih. Zanna terus - menerus melenguh.
Zanna lupa jika mereka sedang berada di kantor tempat mereka bekerja. Kenan mulai menyingkap rok yang dipakai oleh Zanna. Menariknya ke atas dan mulai membelai milik Zanna yang sudah membuat dia tergila-gila.
"Wow.... Kamu sudah berani menggodaku sayang."
"Aku tidak menggoda mu!"
"Kamu seksi dengan pakaian dalam berwarna merah." Kenan kembali mengulum puncak dada Zanna yang sudah mengeras.
"Tubuhmu membutuhkan aku sayang." Kenan memasuki milik Zanna dengan jari tengahnya. Perlahan dan semakin lama semakin cepat gerakan yang dilakukan Kenan. Zanna memejamkan matanya berusaha menahan erangannya, tubuhnya terasa lemas dan kakinya terasa seperti jelly tapi apa yang dilakukan Zanna salah. Mata Zanna yang terpejam malah menambah rasa yang diberikan oleh Kenan. Kenikmatan yang tidak bisa dipungkiri oleh Zanna bahwa dia menyukainya.
"Jangan ditahan sayang. Keluarkan. Aku ingin merasakan milikmu " Perintah Kenan, dan dalam waktu yang tidak begitu lama Zanna berteriak dan kakinya bergetar. Bersama dengan cairan yang keluar dari miliknya.
"Aku tahu kamu selalu membutuhkanku, Sayang." Ucap Kenan usai Zanna mendapatkan klimaksnya. Zanna mengatur nafasnya yang terengah-engah. Matanya terlihat sayu oleh gairah. Kenan nampak sangat puas dengan hasil perbuatannya. Kenan menggendong Zanna yang masih lemas dan meletakkannya di atas sofa. Bibir Kenan kembali melumat bibir Zanna. Zanna tidak menolak ataupun membalas. Matanya kembali tertutup dan Kenan kembali meremas dada Zanna yang masih terbuka di depan Kenan.
"Ke...."
"Ya. Sebut namaku. Kamu hanya boleh menyebutkan namaku sayang. Kamu hanya milikku." Lumatan Kynan semakin lama semakin liar. Ciuman dan tangan Kynan masih terus menyusuri tubuh dan bibir Zanna. Zanna sudah lupa jika dia sedang berada di kantor bosnya.
Tok.... Tok... Tok...
"Shit!" Kenan mengumpat saat kegiatannya terganggu. Zanna tersadar dan segera merapikan pakaiannya. Rambut dan lipstiknya sudah berantakan.
"Ma'af pak. Ada adik bapak menunggu."
"Ya. Tunggu sebentar." Kenan ingin sekali membenamkan adiknya yang super kurang ajar itu ke lautan seandainya mamanya tidak melarangnya. Kenan mengernyit saat melihat Zanna merapikan pakaiannya.
"Mau kemana?"
"Kembali ke tempat saya." Jawab Zanna tanpa melihat kearah Kenan. Mata Kenan menatap tidak suka saat mendengar Zanna berkata formal. Dia ingin seperti dulu. Zanna yang selalu manja dan menyayanginya. Bukan Zanna yang menjadi bawahannya dan bersikap formal seperti pegawai yang lainnya.
"Disini saja. Hanya Kania yang datang. Bukan orang penting. Dan satu lagi, jika kita sedang berdua jangan berbicara formal kepadaku sayang."
"Hem? Maksudnya?"
"Kamu tahu maksudku, Sayang. Kamu sudah kembali menjadi pacarku dan jangan lagi memakai lipstik berwarna merah seperti itu. Kamu boleh memakainya jika sedang bersamaku." Zanna melongo. Kenan kembali posesif. Kebebasan Zanna akan kembali hilang ditelan oleh Kenan.
"Morning kakaaak...." Suara wanita yang sepertinya pernah didengar Zanna setelah Kenan membuka kunci pintunya mengalihkan pikiran Zanna yang mulai berkelana. Zanna melihat kearah pintu dan matanya melotot melihat orang yang datang.
"Hai kakak ipar! Masih ingat denganku?" Zanna mengangguk pelan saat mendapat sapaan dari Kania, wanita yang sudah menolongnya di bandara.
"Kenapa kamu ada di sini?" Zanna bingung melihat orang yang membantunya berdiri di depannya. Dan apa tadi? adik? sekretaris Kenan tadi jelas-jelas menyebutkan kalau adik Kenan datang.
"Kenapa memangnya? Apa seorang adik tidak boleh datang ke tempat kakaknya?" Jawaban dari Kania membuat Zanna melongo. Jadi wanita yang menolongnya di Bandara sudah mengenalnya dan dia adik dari pria yang ada di depannya ini?
"Adik?" Tanya Zanna sekali lagi, dan dijawab dengan anggukan yang mantap dan senyum ceria.
"Perkenalkan Kakak ipar, nama ku Kania adik satu-satunya pria jelek yang ada di belakang kakak." Kania menunjuk satu-satunya pria yang ada di ruangan ini.
"Enak saja. Kamu itu yang jelek!" Kenan tidak terima mendengar perkenalan Kania kepada Zanna yang menyebut dirinya pria jelek.
"Buktinya kakak tidak laku lagi setelah ditinggal kak Kiran." Kali ini Zanna yang menoleh ke arah Kenan. Pria itu menghindar dan melangkah kearah sofa tempat Zanna dan Kenan hampir bergumul.
"Kenapa kamu kesini?"
Kania mendekati kakaknya dan menatap dengan manja.
"Jangan bilang kalau kartu kamu jebol lagi, Kania."
Kania meringis dan matanya kembali berkedip manja.
"Kakak disuruh pulang ke rumah bareng kak Kiran juga sama Mama. Mama katanya mau melihat Kak Kiran." Kania melihat ke arah Zanna yang terlihat kaget.
"Kenapa harus dengan aku?" Zanna menunjuk dirinya sendiri saat dia berbicara dengan dirinya sendiri.
"Iya dong. Mama mau melihat calon menantunya ini. Katanya sudah tidak sabar ingin menimang cucu. Ngomong-ngomong masalah cucu, Kakak jangan mau kalau pria mesum ini mengajak bercinta di dalam ruangan ini." Wajah Zanna memerah. Zanna merasa tertangkap basah sedang mesum di ruangan ini.
"Kamu anak kecil jangan sok tau!"
"Yey! Bukannya sok tau, kakak lihat lipstik dibibir kak Kiran sudah berantakan. Siapa lagi pelakunya kalau bukan kakak?" Kenan melihat bibir Zanna yang memang kacau. Lipstik berwarna merah yang dipakai Zanna sudah belepotan kemana-mana karena ulahnya.
"Benar kan ucapan ku? Kakak benar-benar mesum!" Kania menggeleng-gelengkan kepalanya, tanpa memperdulikan wajah Zanna yang semakin merah karena ucapannya, Kania masih santai duduk di dekat Kenan.
"Sudah jangan dibahas lagi. Lihat itu wajah Kiran sudah sangat merah, persis kepiting rebus." Kania baru sadar, dia melihat ke arah Zanna sambil meringis merasa bersalah.
"Ma'af kak Kiran. Kania kelepasan." Zanna mengangguk, sedikit gugup.
"Duduk sini, Sayang." Kenan menepuk tempat kosong di dekatnya, mempersilahkan Zanna untuk duduk didekatnya.
"Saya duduk disini saja, Pak."
Hahahahhaa.....
Tawa Kania menggelegar saat mendengar panggilan Zanna kepada Kenan.
"Pak? Bapak maksudnya? Jadi kak Kenan dipanggil Bapak sama pacarnya?" Tawa kepuasan terdengar jelas dari bibir Kania membuat Kenan sedikit geram dengan adiknya itu.
"Diam kamu! Kamu tidak pernah dengar ya, ada orang meninggal karena tertawa keras seperti itu?"
"Ih, Bapak BOS bisa saja mengelak nya." Kania semakin mengejek Kenan membuat pria itu memukul kening Kania.
"Sudah balik sana! Kamu cuma jadi pengganggu saja disini!"
"Tunggu dong. Ongkos kesini nya belum dibayar. Kania mau beli tas yang baru saja keluar Kak. Ayo dong!" Kania bergelanyut manja di lengan Kenan membuat Kenan menggelengkan kepalanya. Heran dengan sifat manja adiknya itu.
"Kamu sudah mendapat jatah dari Papa, Kenapa masih minta sih?"
"Nanti kalau aku pakai kartu dadi Papa, bisa jebol dan kartuku diambil lagi." Bibir Kania mengerucut sambil menggerutu.
Zanna yang melihat kedekatan Kenan dan Kania merasa bahagia. Pria yang selalu garang jika di depannya ternyata bisa lembut dengan adik perempuannya.
"Kak Kiran kenapa senyum-senyum sendiri?"