Zanna masih berbicara santai dengan Tobi. Pertemuan tidak terduga dengan Tobi membuatnya merasa senang.
"Jam berapa kamu meeting?"
"Nggak lama lagi sih, tiga puluh menitan dari sekarang." Jelas Tobi sambil melihat jam di pergelangan tangannya.
"Yaahhh.... Kita sambung nanti saja kalau begitu. Sekarang kamu pergi sana ke bos aku."
"Oke...oke... Nanti kita ketemuan ya. Nomer kamu sudah aku save. Jam berapa kamu pulang?"
"Jam lima-an. Aku pengen ngobrol lagi sama kamu. Nostalgia cerita lalu." Zanna tertawa, Tobi mengusap kepala Zanna seperti kebiasaan yang dulu sering dia lakukan.
"Oke. Aku tunggu kamu saja. Kita pergi sama-sama." Putus Tobi kemudian. Zanna bahagia. Pertemuannya dengan Tobi membuatnya lupa dengan Kenan sampai saat ponselnya bergetar membuat Zanna harus berpamitan dengan Tobi.
"Tob, aku pergi dulu ya. Nanti aku kabari kalau sudah selesai."
"Oke bos." Zanna memeluk lalu pergi meninggalkan Tobi dan menjawab panggilan di ponselnya.
"Ya? Dengan siapa ini?" Tanya Zanna pada seseorang yang menghubunginya.
"Aku! Baru beberapa menit yang lalu aku mengatakan jika kamu hanya milikku, sekarang kamu menggoda pria lain?" Jawab seseorang yang Zanna hafal pemilik suaranya. Zanna memejamkan matanya. Mau Kenan itu apa? Batin Zanna semakin kesal memikirkan kemauan Kenan.
"Dan lagi. Kamu beli ponsel baru?"
"Ya! Saya masih sangguo membeli ponsel, bahkan saya juga bisa membeli pabriknya sekalian." Jawaban Zanna membuat Kenan semakin marah. Dadanya berdetak keras. Kenan ingin sekali memukul pria yang tadi berbicara dengan Zanna dengan riang. Pria yang mendapat senyuman dari Zanna dan mereka terlihat bahagia bersama. Siapa pria itu? Apa hubungannya dengan Zanna? Banyak sekali pertanyaan yang berada dipikiran Kenan yang ingin sekali Kenan dapatkan jawabannya. Zanna miliknya. Pria lain tidak ada yang berhak memilikinya. Hanya Kenan yang bisa.
***
Kenan menatap tajam pria yang duduk didepannya. Pria yang baru saja diketahui bernama Tobi Atmaja itu menatapnya dengan penuh senyum tanpa merasakan aura Kenan yang sudah berubah.
"Baiklah Mr. Kenan, jika semua persiapan sudah terpenuhi kita bisa menandatangani kerjasama ini." Ucap Tobi menghilangkan keheningan yang terjadi.
"Baiklah. Oh iya, tadi saya sempat melihat anda berbicara dengan karyawan saya. Anda mengenalnya?" Kenan sudah tidak tahan akhirnya bertanya tentang kedekatan Tobi dengan Zanna.
"Oh... Anna?"
"Anna?"
"Iya. Zanna Kirannia yang biasa saya panggil dengan sebutan Anna. Gadis cantik yang menjadi teman bermain saya dulu. Kita sudah lama tidak bertemu, tidak disangka bisa bertemu disini." Penjelasan Tobi yang santai tidak membuat Kenan semakin tenang tetapi malah semakin panas. Dadanya bergemuruh menahan emosi yang siap meluap.
"Oh..." Ucap Kenan menutupi kemelut yang dirasakan di dadanya. Pertemuan mereka berakhir setelah pembicaraan tentang Zanna. Tobi undur diri karena jam ditangannya sudah menunjukkan pukul lima kurang sepuluh menit, sebentar lagi Zanna pulang dari kantornya.
Tobi berjalan keluar ruangan sambil menghubungi seseorang, kakinya sedikit berlari agar dia tidka terlambat.
"Hai Anna, aku ada di park area. Hubungi aku jika kamu sudah selesai."
...
"Oke, see you." Tobi menutup panggilannya setelah Zanna mengatakan "baiklah" Dari seberang telepon.
Tobi berjalan menuju park area dan segera masuk kedalam mobilnya. Menunggu Zanna bukanlah hal yang sulit dilakukan oleh Tobi. Pria itu cukup bahagia bisa bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya. Satu-satunya anak yang mau berteman dengan Tobi saat itu.
Pintu mobil Tobi diketuk, Zanna mengetuk dari luar sambil tersenyum.
"Ma'af aku sedikit terlambat." ucap Zanna sambil mendudukkan pantatnya di kursi penumpang.
"Sekarang kita makan?" Tanya Tobi kepada Zanna dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Zanna.
***
Tobi menjalankan mobilnya menuju tempat favorit yang cukup terkenal di Jakarta. Tobi yang sudah lupa dengan jalanan Jakarta harus bertanya berkali-kali kepada Zanna tentang jalan.
Zanna dan Tobi memasuki cafe yang mayoritas pengunjungnya adalah pasangan muda. Steak yang disajikan di cafe ini sangat terkenal membuat Zanna merekomendasikannya kepada Tobi.
"Kamu tinggal dimana sekarang, An?"
"Hm? Aku tinggal di apartemenku sendiri."
"Masih tidak mau terbebani nama orang tua?"
"Iya. Aku ingin berdiri di atas kakiku sendiri, bukan karena orangtuaku." Tobi menganggukkan kepalanya mengerti. Sejak kecil Zanna memang tidak pernah mau memakai nama besar orangtuanya. Zanna selalu sederhana tanpa menampilkan jati dirinya yang notabene adalah orang cukup terpandang.
"Aku cukup bahagia dengan semua yang aku miliki Tob, tanpa harus mempunyai teman yang munafik yang hanya berteman dikarenakan kekayaan orangtua."
"Oh iya, ngomong-ngomong soal teman, bagaimana kabar teman-teman kamu yang super itu?" Tobi teringat dengan sahabat Zanna yang super resek dan juga ngeselin. Sudah lama Tobi tidak bertemu dengan mereka.
"Sella dan Fika? Mereka tetap menjadi orang resek dan paling nyebelin."
"Hahahahaa.... Tapi kamu tetap menyayangi mereka."
"Yup. Mereka selalu ada buat aku. Bahkan mereka yang mendorongku maju disaat aku terpuruk." Tobi hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Sahabat Zanna adalah orang yang sangat berjasa disaat Zanna terpuruk karena Kenan. Pria yang menjadi mantan Zanna saat ini yang sialnya masih Zanna cintai.
Pesanan mereka berdua telah datang. Tanpa malu Zanna memakan makanan yang terlihat lezat meski memang sangat lezat di lidah Zanna. Zanna menikmatinya dengan penuh penghayatan. Tobi menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Zanna yang tetap sama seperti dulu. Tidak pernah yang namanya jaim.
Kenan melangkah memasuki cafe yang dilaporkan oleh bawahannya yang bekerja untuk mengawasi Zanna. Rahangnya mengeras saat melihat Zanna tertawa lepas bersama pria lain. Tangannya mengepal keras dan Kenan mengambil tempat duduk yang bisa dia gunakan untuk mengawasi Zanna tanpa harus diketahui oleh Zanna. Tawa Zanna terdengar ditelinga Kenan membuat telinga pria itu semakin terasa panas. Pembicaraan Tobi dengan Zanna bukan hal yang penting tetapi Zanna terlihat begitu bahagia di dekat Tobi.
"Tob, aku ke kamar mandi dulu ya."
"Mau diantar manis?"
"Bisa ngegombal juga kamu sekarang?" Zanna berdiri setelah meletakan serbet dimeja dan mengelap bibirnya, berjalan menuju kamar mandi yang berada disisi kanan cafe ini.
Kenan melihat Zanna melangkah pergi dan dia langsung mengikutinya. Tanpa aba-aba Kenan menarik tangan Zanna dan membekap bibirnya.
"Jangan berteriak atau aku akan mencium kamu disini sekarang juga." Zanna yang akan berteriak membatalkan niatnya saat mendengar suara itu.
"Ikut aku!" Kenan menarik tangan Zanna dengan keras membuat wanita itu sedikit terseok-seok mengikuti langkah Kenan keluar cafe yang masih sangat ramai itu.
"Aku bersama seseorang." Tolak Zanna sambil berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman Kenan.
"Aku tahu! Kamu mau ikut dengan suka rela atau aku akan menyeret kamu sekarang juga?" Zanna merengut mendengar ancaman Kenan. Tanpa bisa membantah Zanna mengikuti Kenan, Zanna akan menghubungi Tobi nanti untuk meminta ma'af.