Sebut saja aku iteng, setidaknya panggilan itu yg membuat ku bertahan sampai saat ini, 6 tahun lalu untuk pertama kali nya bagiku mulai melupakan penting nya sebuah nama.
Saat itu aku yg masih anak ingusan untuk pertama kali menyukai seorang wanita, bukan karena cantik, menarik, maupun seksi, yang ku tau kita selalu bersama dan itu adalah rasa suka atau cinta. Ternyata itu adalah sebuah pikiran naif dari seorang anak ingusan, aku yang saat itu selalu mengingat namanya, aroma nya, pola pikir nya, aku sangat menikmati semua itu, tak pernah terpikir oleh ku jika aku hanya dijadikan sebagai pelampiasan, pelarian, dan dinding tempat bersandar yang dianggap tak mempunyai rasa dan hati.
Aku yang mulai merasa nyaman, mulai memberanikan diri untuk menggungkap perasaan dan isi hati yang terpendam selama ini.
Ku mulai dengan sedikit sapaan sederhana, yang berlanjut dengan canda, dengan penuh perasaan was was, dan bimbang perlahan ku katakan, " ehmm..... Mey, boleh aku bicara sedikit serius, dalam 6 bulan ini bukan waktu yang singkat tuk kita bersama, hati yang dulu kosong tanpa beban kini mulai terbebani oleh rasa gelisah, handphone yang terasa tak berguna kini menjadi begitu penting dan tak pernah kulepas, aku ingin bersamamu bukan sebagai teman tempat mu meluapkan segala beban yang dunia berikan pada mu tapi aku juga ingin menunjukkan betapa indahnya dunia dengan keempat mata kita, kamu mau jadi pasangan ku? "
Setelah itu obrolan yang semula santai, menyenangkan seketika senyap berganti menjadi rasa canggung dan seperti aku berada didunia lain, rasanya ingin ku ulang waktu dan kusimpan kembali semua itu namun semua sedah terjadi yang bisa kulakukan hanya diam dan......... MENUNGGU.