Kini cerita kusam dibangku sekolah lama ku masih menyisakan luka, namun kita hidup bukan untuk diam dan menyesali nya, kisah ku yg lalu telah berlalu tanpa kata, itulah hidup tak semua mulus dan nikmat.
Kini ku mulai untuk melanjutkan sekolah ditingkat berikut nya dengan sebuah kutukan dari rasa luka, "Tak ingin terluka, tak ingin menyakiti, tak ingin jatuh cinta" Sebuah kata yg entah dari mana asalnya dan mengapa, namun kalimat itu lah yg menghantui ku setiap hari setelah rasa luka itu. Hari hari yg dulu berwarna dan indah kini menjadi hitam dan suram, rasa suka ceria berganti sendiri dan sunyi, bahkan saat semua ada disekeliling ku seolah tak ku rasakan semua itu, entah ada apa dengan diriku, berusaha mengganti suasana dengan berbagai cara namun yg terlintar hanya 3 kalimat "Tak ingin terluka, tak ingin menyakiti, tak ingin jatuh cinta". sampai hari itu datang
wanita kecil penuh tawa dan rasa nyaman mungkin karena hal dia semua nya berubah.
Dia yg berdiri didepan pintu kelas dengan pandangan kosong menatap ke arah halaman sekolah tampak berwarna dan....
entahlah saat itu aku penasaran dengan pembagian kelas yg menurut ku sedikit aneh "pertama kls A penuh dengan anak berandalan, kls B penuh dengan anak yg sedikit subur, lalu kls C yg diisi dengan cwek yg tinggi nya rata" dan tanpa sadar aku mengatakan " Kls C kok pendek pendek ya ceweknya? "
kalimat itu lah yg membuat nya tersinggung dan membuat kami saling bicara, terasa lucu saat mengingat nya, dengan wajah kesal nya di sepontan membalas nya " ihhh kamu aja hitam kaya gitu kok! "
mungkin bagi orang lain saat dikatain demikian akan marah, tapi entah bukan nya marah aku justru merasakan hal lain yg aku sendiri tak sadar kenapa.
di hari hari berikutnya kami tak pernah menanyakan siapa nama asli kita, ya mungkin karna gengsi tapi untuk ku bukan karena hal itu tapi karna luka lama ku yg membuat ku menjaga jarak dengan wanita, kami yg selalu bertemu tanpa saling menyapa mungkin terasa aneh, karena hal itu secara sepontan kami menyapa dengan kekurangan kami, yap aku memanggilnya pendek, dan inilah aku iteng nama yg dia pungut dari mana pun aku tak tau, saling menyapa dengan panggilan aneh membuat orang disekitar kami berfikir bahwa kami pacaran, bukan tanpa sebab mereka berfikir demikian aku yg merasa nyaman dengan nya tanpa sadar mulai memperhatikan nya, kekantin, pulang sekolah bahkan jam kosong selalu bersamanya, banyak hal akan terjadi sampai jumpa di bab berikut nya