Chereads / Pemuda Tanpa Nama / Chapter 2 - Jawaban dan penyesalan

Chapter 2 - Jawaban dan penyesalan

Berharap semua yang ku lakukan takan berdampak buruk terhadap semua,

Hingga akhirnya dia mulai mengatakan, "maaf aku butuh waktu! "

Dia pergi begitu saja kukira semua hanya akan terjadi beberapa waktu saja seperti dalam film yg sering ku saksi kan ternyata semua berbeda, dia meng hindari lebih dari 1 bulan, entah kenapa, dan mengapa.

Akhirnya aku tau ternyata dia sudah ada yang memiliki, bukan sekedar seorang pacar atau teman dekat, melainkan seorang tunangan, kisah cinta pertama yg tragis.

Akhirnya kita dipertemukan dalam waktu yang canggung dan penuh beban dalam sebuah perlombaan antar angkatan di sekolah kami satu kelompok yang bertindak layaknya 2 orang Asing yg tak saling mengenal, jangankan menyapa tuk menatap mata saja tak berani, rasa canggung yang terus berlanjut membuat ku gelisah dan bimbang. Saat pertandingan selesai secara spontan aku bertanya " Kau anggap apa aku selama ini" Entah apa yg ada dipikiran ku hingga semua itu muncul, dan terucap. Kupikir dia kan berpaling kembali dengan alasan yg tak ingin dia ucap kan namun aku sudah mengerti semua alasanya.

Dan saat itu pula dia mengajakku ketempat biasa kita duduk dan berbagi cerita tempat awal kita saling mengenal dan merupakan tempat terakhir kita bertemu sebagai seorang sahabat, dia menceritakan semua alasan mengapa dia menyembunyikan semua alasannya, mungkin kalimat yg tepat untuk semua alasan nya adalah dia tak ingin membuat ku kecewa dan sakit hati. Alasan klasik yg sering terucap dalam serial drama, jika kita ambil dari sudut pandang ku bukan kah kedua hal ini Sama-sama Menyakitkan, bahkan lebih menyakitkan saat kita ditipu dalam waktu yg lama. Setelah semuanya terjadi yg kurasakan hanya penyesalan dan sebuah angan tuk memutar kembali waktu, tuk berhenti sesaat sebelum ku ucapkan semua kata yg merusak suasana itu, sakit dalam hati yang tak bisa ku umbar mau pun ku cerita kan, seseorang yang begitu berarti berlalu bagai angin yg berhembus, tak dapat ku hentikan namun meninggalkan goresan yg sulit tuk disembuhkan, dulu saling menyapa kini saling membuang muka, seolah tak mengenal namun hati tak dapat berbohong dengan sempurna bibir bisa tersenyum, air mata tak mengalir, namun hati mu sedang mengutarakan semua itu yang membuat semua yg kau lakukan menjadi serba salah.