Disela-sela keheningan ruangan, menyisakan seseorang tengah berselancar pada layar computer tiba-tiba suara ponsel memekakkan telinga membuyarkan kefokusan orang yang sedang bekerja
"Shit, siapa yang sudah ganggu." Umpat Rama meraih ponselnya dengan kesal.
Ditengah emosi Rama yang bergejolak menghadapi masalah, dimana keuangan perusahaanya tengah goyaha diakibatkan oleh putusnya kerjasama dengan Brata Group di tengah jalan Dan sekarang dia tengah mencari solusi demi proyek barunya yang harus terus berjalan walau tanpa bantuan dari Brata Group.
"Sial. Ini foto apa-apaan!" seru Rama penuh emosi sambil beranjak dari kursingya. Emosinya yang tadi hanya mengenai pekerjaan kini bertambah menjadi-jadi menyangkut rumah tangganya. Tidak seperti ini yang ia harapkan, setelah semua ia korbankan dan usahakan demi keutuhan rumah tangganya.
"Brengsek!" Rama langsung meninggalkan ruangannya menemui si pelaku yang ada di foto itu.
Alice masih merasa lelah setelah kemarin dirinya dan Rama bahu membahu memindahkan peralatan dan perlengakapan yang penting menuju rumah baru mereka. Meskipun ada orang yang membantu yaitu Mbok Sri dan Pak Joko asisten rumah yang diperkerjakan Rama untuk membantu sekaligus menemani sang istri agar tidak kesepian bila ditinggalkan bekerja. Di rumah itu pula dia dan Alice akan membuka lembar kehidupan baru yang semestinya layaknya pasangan suami istri nantinya.
"Mbok, tolong ini disiram ya. Aku mau ambil minum dulu. Haus."
"Oh ya Non." Jawab ibu parubaya yang bernama Mbok Sri langsung menyanggupinya, mengambil alih selang yang masih mengalir air untuk diarahkan pada tanaman hias di belakang rumah.
"Alice! Alice! Dimana kamu?" teriak seseorang dari dalam rumah yang terdengar penuh amarah namun bisa dikenali suara siapa itu.
Alice dan Mbok Sri terkejut mendengarnya."Mas Rama Mas Rama, kenapa pulang-pulang marah-marah?" Alice heran.
Alice beranjak meninggalkan taman disusul Mbok Sri dibelakangnya. Hingga tibalah baru empat langkah beranjak, Rama sudah berdiri tepat dihadapannya yang diselimuti aura penuh amarah. Kali ini mimik kepulangan Rama tak seperti biasanya, hingga membuat Alice kaget dan takut. Pasalnya netra elang Rama seolah menghunusnya dengan tajam.
"Apa yang kamu lakukan di belakang aku?" tanya Rama dengan suara penuh penekanan menyiratkan kekecewaan mendalam disana.
Alice mengernyit bingung tidak paham maksud pertanyaan Rama,"Aku nglakuin apa,Mas?"
Rama muak melihat wajah polos Alice yang ternyata munafik padahal sudah ada bukti jelas di tangannya tapi tidak mau mengakui."Cihh. Dasar wanita pengkhianat. Aku tak menyangka balasanmu untukku akan semenyakitkan ini!" Rama hendak melayangkan pukulan mengenai Alice, namun seketika ia hentikan tepat di depan wajah Alice yang hanya bisa memejamkan mata.
Brakk disaat itu pula ponsel Rama terlempar dari cengkraman tangan kekarnya melesat jatuh ke lantai, tergeletak mengenaskan disana. Alice segera menghampiri ponsel itu, tiba-tiba matanya menangkap selembar foto mesra di layar ponsel suaminya.
Deg
Alice kaget melihatnya. Hingga perhatiannya teralihkan akan suara pukulan keras didekatnya, menoleh dan mendapati Rama tengah marah melampiaskan pada dinding.
"Argggh."
Bughh bughhh
Rama memukulkan kedua tangannya pada kokohnya dinding berkali-kali hingga meninggalkan luka lebam dan darah disana. Bagi Rama, itu tidak sakit dibandingkan hatinya yang sekarang bagai disayat pisau hingga robek meninggalkan luka menganga disana.
"Stop mas itu nggak seperti yang mas pikirkan… Aws." Alice yang tadinya berniat menghampiri Rama guna menghentikan perbuatan Rama menyakiti tubuhnya sendiri malah didorong kasar hingga tersungkur ke lantai.
"Menjauhlah dariku, wanita penkhianat!" Rama menunjuk Alice dengan tangan yang terluka.
Hati Alice sakit, bagai tercabik-cabik mendengar kata kasar dari sang suami, yang nyatanya telah berhasil meempati hatinya saat ini. Bagaimana tidak termakan dan terbuai pada Rama, dibalik pesona tampannya ternyata laki-laki itu sangat perhatian dan sangat menyayanginya. Jadi tidak ada alasan dirinya bisa menolak kehadiran laki-laki itu di hatinya dan nyatanya telah menggeser nama Panji disana.
"Astaga selama ini kenapa aku tertipu daya wajah polos ayumu itu. Kenapa aku begitu bodoh memperjuangkanmu yang jelas-jelas hatimu hanya untuk kekasihmu brengsek itu."
Perselisihan kedua pasangan suami istri itu tak lepas dari sorot mata kedua orang yang bekerja di rumah baru Rama. Namun mereka tak bisa melakukan apapun karena itu bukan ranah mereka. Meski begitu dia sangat meyangkan kejadian ini terjadi. Terlebih pasangan suami istri itu terlihat serasi dan mesra.
"Aku menikahimu tulus hatiku mencintaimu, sungguh hati ini hanya cinta dan sayang padamu hingga aku gelap mata merebutmu dari kekasihmu. Memberimu waktu melupakan semua tentang kekasihmu untuk aku gantikan sepentuhnya, sebagai suami. Tapi sekarang apa, balasanmu padaku sungguh tak punya hati."
"Aku tidak menyentuhmu, karena kamu belum siap. Jujur itu sungguh membuatku sakit. Suami mana yang tak mau menyentuh istrinya sebagai mana mestinya berumah tangga pada umumnya. Dan ternyata kamu tidak mau melakukannya denganku karena laki-laki itu. Kesucianmu telah kau berikan pada laki-laki brengsek itu dan bukan untuk suamimu ini yang telah menunggumu menantinya."
Alice mendengarkan racauan Rama tanpa memberinya kesempatan berbicara. Meski begitu dia sadar dirinya salah, memaklumi dan membiarkan Rama melampiaskan isi hatinya yang penuh di landa kecewa dan amarah. Walau begitu dia juga sakit hati karena Rama telah menyakiti hatinya dengan menuduhkan yang bukan-bukan.
"Mulai sekarang, aku putuskan untuk mengkhiri hubungan ini." titik akhir ditengah hembusan nafas yang menggebu Rama menatap Alice penuh yakin.
Deg
Oh tidak, Alice tidak bisa diam terus diam sekarang. Kata keramat bagaikan petir menyambr otaknya untuk segera merespons dan membela diri. Semua yang ditudukan Rama itu tidak benar dan dia bisa menjelaskannya.
"Maksud mas Rama apa? Mengakhiri apa?"
"Aku akan mengurus surat perceraian diantara kita."
Deg
Bagai tertimpa beton mengenai dadanya hingga terasa sesak tak bisa bernafas. Kata keramat yang jelas dihindarinya dengan Rama selama menapaki bahtera rumah tangga, menikah sekali seumur hidup. Namun apa sekarang, rumah tangganya berujung tanduk hanya karena foto kebersamaannya dengan Panji yang jelas-jelas tidak ada arti lebih seperti yang dituduhkan Rama padanya. Dirinya masih suci yang hanya ia persembahkan pada Rama.
"Mas, ini apa-apaan. Sedari tadi marah-marah tidak jelas hingga menuduhku yang tidak-tidak. Foto itu belum tentu benar. Dan aku masih suci. Aku bisa jelaskan semuanya mengenai foto itu …"
Rama menatap Alice penuh sorot tajam dan tidak suka kala tangan Alice menyentuh lengannya. Serasa ada perasaan jijik di hatinya.
"Sekarang kemasi barang-barangmu. Aku akan mengembalikanmu ke orangtuamu. Sama seperti dulu, aku memintamu baik-baik pada orangtuamu, Maka aku kembalikan kamu ke orangtuamu dengan baik pula." Rama menyeret tubuh Alice menuju kamar mereka untuk berkemas namun Alice berusaha melepas diri namun tak bisa.
"Mas kumohon jangan langsung percaya begitu. Hubunganku dengan Panji sudah berakhir."
"Tapi foto itu telah menjadi jawabannya, kamu masih berehubungan dengan dia, bahkan tubuhmu telah disentuhnya. Pembelaanmu sungguh tak berarti daripadga foto itu yang menjadi penegasnya."
Alice merapat ke tubuh Rama kemudian langsung menggerayangi seperti menggoda kelaki-lakiannya. Ya Alice berniat membuktikan pada Rama kalau dirinya masih suci.
"Sentuh aku mas. Aku masih suci." Yakin Alice penuh siap dan tekad setelah penantian Rama selama ini yang sabar menunggunya.
Alice tidak tahu memulainya darimana untuk agar Rama menyentuhnya seperti yang diingkan suaminya sejak lama sebagai suami. Mempraktekkan perbuatan, Rama kemarin disaat adegan panas mereka.
"Akan aku buktikan, kesucianku hanya milikmu seorang Mas." Alice mencium bibir Rama sambil menggerayangi lekuk tubuh Rama.
Hmptt
Alice gmembenamkan bibirnya tepat di inabibir Rama kemudian menyesapnya sedikit, sama seperti Rama melakukannya pada bibirnya kemarin.
"Minggir! Jauhkan tubughmu yang hina dan menjijikkan itu dariku. Aku tak sudi." Rama mendorong tubuh Alice dengan kasar hingga tersungkur dilantai kemudian tanpa peduli sedikitpun beralih pada almari sembari mengeluarkan seisi pakaian Alice yang baru dipindahkan kemarin yang tertata rapi. Sudah tak ada hasrat sedikitpun melainkan kepingan foto mesra Alice dan laki-laki lain di ponselnya, seketika membuatnya buyar dan mendadak risih bila bersentuh dengan Alice yang telah lama ingin disentuhnya.
"Hikss. Mas." disaat dirinya sudah siap namun Rama malah sebaliknya, menolaknya dengan mentah-mentah. Walau momennya memang tidak tepat.
Malam tiba dengan wajah sembab dan sendu, Alice duduk di sofa bersebelahan dengan orangtuanya yang bingung. Penjelasan dan tangisan Alice tak digubris oleh Rama. Bahkan kedua mertuanya yang duduk di sebelah Rama terlihat kecewa sekali padanya karena telah percaya dengan foto yang tak tahu itu darimana asalnya.
"Pah, mah. Disini Rama sebagai menantu didampingi orangtua Rama berniat mengembalikan Alice dirumah ini."
Deg
Kedua orangtua Alice tentu kaget."Maksudnya apa, Nak Rama? Mengembalikan Alice kesini?"datang-gatang tidak memberitahu, giliran sekarangdihadapkan dengan sambutan seperti itu. Siapa yang tidak kaget.
"Saya dan Alice tidak bisa melanjutkan pernikahan ini. Saya akan mengurus surat perceraian nantinya."
Alice menatap Rama penuh memohon,"Mas tolong percaya. Aku sama Panji sudah berakhir. Yang ada di foto itu hanyalah cuplikan pertemuan terakhirku bersamanya. Aku telah mengakhirinya sama seperti janjiku dulu."
"Tapi yang ada di foto ini benar kan?" Rama menatap Alice yang sendu. Alice diam seribu bahasa karena memang itu benar.
"Ta … tapi itu tak seperti yang mas pikirkan."ditengah isakan tangisnya yang tak bisa membuahkan hasil menghentikan akan niatan Rama untuk berpisah.
"Saya ingin mengembalikan Alice berharap dia bisa mencari laki-laki yang lebih baik daripada saya. Yang hanya mencintainya saja tanpa dibalas sedikitpun."
"Tapi nak Rama apa ini tidak terlalu gegabah? Maksud ayah, dengarkan dan percayalah pada Alice."
Rama tersenyum kecut mendengarnya setelah apa yang telah dikorbankannya,"Saya sudah terlalu sabar menghadapinya. Memberinya waktu untuk menyelesaikan hubungannya dengan kekasihnya dengan tidak meminta hak saya sebagai suami untuk dilayani, tapi apa? Foto itu menjadi jawaban keras isi hatinya, yang jelas-jelas tidak untuk saya.
Orangtua Alice terkejut melihat foto Alice dengan Panji yang mesra dimana Panji hanya memakai selembar handuk membiarkan tubuhnya setengah telanjang memeluk Alice. Mereka tidak menyangka akan perbuatan puteri semata wayangnya bisa berbuat senekat dan seburuk itu. Apalagi menyakiti Rama dan tentunya kedua keluarga mereka.
Sedangkan Alice tak menyangka perbuatannya yang baik ingin memutuskan Panji namun berujung malapetakan bagi rumah tangganya. Dia sudah yakin memantapkan keputusannya untuk memulai rumah tangganya bersama Panji di rumah baru, tapi apa sekarang. Sudah terlambat karena Rama telah mengucapkan kata pantang yang sedari dulu mereka tidak menghendaki perceraian.
Rama tidak bisa berlama-lama berhadapan dengan Alice yang hanya mengukir goresan menganga di hatinya maka dari itu dia lebih memilih beranjak darisana.
"Saya pamit dulu om, tante. Semoga om dan tante bisa menerimanya." Rama pergi dengan membawa sembilu luka. Sudah tidak ada panggilan ayah dan mamah untuk kedua orangtua Alice, bagi Rama dan it menandakan keseriusan Rama untuk mengakhiri pernikahan mereka yang belum genap setahun itu.
"Mas Rama kumohon, dengarkan penjelasanku hikss. Percaya padaku." Alice menahan pergelangan tangan Rama.
Rama terdiam tangannya ditahan. Kemudian dengan kasar tangannya menghempas tangan mungil Alice kemudian melanjutkan langkahnya memasuki mobil. Alice meraung-raung menahan langkah Rama namun sayang Rama sudah masuk ke dalam mobil tanpa meliriknya sedikitpun. Bahkan tangisanya tak membantunya sedikitpun untuk meluluhkan hati Rama, yang mana Rama tidak suka melihat Alice menangis.
"Kami tidak bisa membantu apa-apa. Bila ada ada kesalahan yang telah kami perbuat pada keluarga ini, saya mewakil keluarga saya, minta maaf." Bambang menyusul puteranya yang telah pergi dulu yang telah disusul istrinya.
Alice mennagis dengan kencang, hedak menahan Rama pergi namun sayang dirinya tidak bisa.Rama dan keluarga Rama sudah tak menerimanya lagi.kedua orangtua Alice memang kecewa pada Alice, puterinya sendiri yang telah membuat masalah ini ada namun disaat melihat tangisan puterinya hingga terjatuh tersungkur di aspasl jalanan karena berusaha mengejar mobil Rama yang telah melanju meninggalkan pekarangan mereka, membuat mereka kasihan.