"Perfect!" Reza yakin Rama bisa luluh pada Alice, tentunya rencana mereka akan berhasil nantinya.
Netra Reza segera mengalihkan pandangannya pada Alice yang kini tampak seksi dan cantik dengan sentuhan make up dan dress cantik berbentuk tube yang tertutupi blazer hitam tipis, membentuk lekuk tubuhnya. Masih ingat dan batasan dirinya akan kepemilikan Rama membuatnya segera tersadar dan berhenti memandang kemolekan dan kecantikan Alice. Ini kedua kalinya, melihat penampilan Alice yang sungguh menggoda iman setelah sebelumnya pernah di make over Melisa.
"Sekarang buktikan padanya, Yakinkan Rama kalau kamu tidak seperti yang dia kira."
Alice mengangguk pasti sambil bergerak gelisah. Bagaimana tidak, pakaian yang ia pakai sekarang ini jauh lebih terbuka daripada yang dipaksa oleh Melisa kemarin. Tubuhnya dibalut tube dress setengah paha menampilkan bahu dan lengannya yang untungnya ditutupi dengan blazer hitam. Malu campur risih beradu jadi satu sekarang. Hawa dingin pendingin ruangan kantoran mulai menusuk pori-pori kulitnya.
"Aku pasti bisa lewati ini semua!" seru Alice menyemangati diri sendiri sebelum membuka pintu ruangan kerja Rama yang tertutup rapat.
Berkat bantuan Reza yang memiliki kedudukan dan pengaruh di perusahaan Rama tentunya memberikan akses kemudahan bagi Alice untuk masuk kesana. Yang mana kedatangannya tadi hanya menemui Rama sempat mendapatkan penolakan bagian keamanan karena belum mengenalnya sebagai istri Rama.
Ceklek
Dengan keteguhan hati, Alice membuka pintu ruangan Rama. Perasaan campur aduk, takut, malu, bingung dan gugub bersarang menjadi satu di benaknya namun berusaha ia kendalikan demi misinya berhasil. Namun apa yang ia lihat?
Suara beretan pintu terbuka terdengar mengusik dua sejoli muda tengah asyik bercumbu di atas meja. Dengan posisi intim, wanita berpakaian seksi diatas meja membiarkan tubuhnya di sentuh si pria yang masih mengenakan pakaian lengkap yang tidak lain adalah Rama.
Deg
"Mas?" bibir Alice bergetar pilu menahan kehancuran hati, luka yang tadi saja belum sembuh kini malah seperti disiram air garam, rasanya perih dan sakit sekali. Bukan ini yang ia inginkan, menyaksikan perbuatan panas perselingkuhan suaminya lagi, apalagi dengan wanita yang berbeda dengan sebelumnya yang ia lihat.
Rama terkejut akan kedatangan Alice yang tiba-tiba di ruangannya, apalagi dengan penampilan yang menggoda dan menantang, pikirnya.
"Intan?" Intan duduk di meja dengan tubuh Rama mengunci kedua kaki wanita itu diatas meja.
Pandangan mereka bertemu sesaat dengan raut muka berbeda, sebelum Intan menolehkan dagu Rama menghadapnya kemudian disambar cepat. Rama membalasnya sekilas, sebelum menghentikannya sepihak karena konsentrasinya telah tersita akan kehadiran Alice yang tidak disangkanya akan datang ke kantornya.
"Berhenti kalian! Kamu jahat Mas!" teriak Alice menggelegar tak peduli diluar ada yang mendengarnya dan menyaksikan apa yang terjadi di ruangan itu. Air matanya terus mengucur membasahi pipi mulusnya seiring pemandangan yang menyayat hati.
"Ngapain kamu kesini?" seru Rama berjalan mendekat kearah Alice dengan tatapan sinis, terlebih menatap penampilan Alice yang seksi.
Glek
Mata Rama berkabut nafsu kala jaraknya dengan Alice begitu dekat sekali, melirik belahan dada Alice yang nampak di balik blazer hitam. Seketika jakun Rama naik turun dengan cepat.
Alice mengikuti kemana arah pandang Rama yang kini tiba-tiba diam membisu. Astaga, benar kata Reza kalau suaminya itu mudah terpancing pada pemandangan yang menggoda.
"Seharusnya aku yang tanya, kenapa mas tega melakukan ini padaku?"
Alice berusaha menahan getir tangis dan emosi, melihat Rama tepat di depannya seketika memunculkan nalurinya untuk memukul dan mencakar suaminya. Merasa risih atas kelakuan Rama yang masih menjadi suami sahnya namun berselingkuh di depan matanya.
Rama terdiam melihat bentakan Alice namun terkesan berusaha tegar.
"Kenapa tidak tega? Apa kamu tidak mengaca pada dirimu sendiri? Hah?" sinis Rama membuat Alice langsung teringat pada fotonya dengan Panji. Ya mungkin itu yang kini diungkit Rama sekarang.
"Mari kita lihat sejauh mana kamu bertahan? Aku pastikan Rama akan kembali padaku." Batin Intan puas menjadi penonton gratis atas pertengkaran hebat Alice dan Rama, yang sudah lama ia nantikan.
"Wanita murahan yang membiarkan laki-laki lain menjamah tubuhmu dibelakang suaminya?" imbuh Rama dengan mengejek.
Wajah Alice merah padam dipenuhi emosi tidak terima namun berusaha ia tahan. Sungguh hatinya sudah amat kecewa, suaminya sendiri tidak percaya pada istrinya sendiri, pikirnya.
Sekilas Alice menatap Intan yang mengenakan bodycon dress ketat membentuk lekuk tubuh. Sungguh dia tak menyangka Intan sebagai pelakor di rumah tangganya. "Lalu bagaimana mas sekarang? Berselingkuh dengan wanita yang berbeda lagi setelah tadi dengan Kimora? Dasar laki-laki brengsek!" Alice tersulut emosinya melupakan niat awalnya dengan Reza.
Plakk
Tamparan keras mendarat di pipi mulus Alice hingga menoleh kesamping meninggalkan bekas merah kesakitan disana. Tangan mungil Alice memeganginya menahan rasa sakit disana. Seumur-umur dirinya tidak pernah mendapatkan perlakuan kasar seperti itu terlebih dari laki-laki, sekalipun sang ayahnya sendiri. Lantas suami sendiri yang harusnya melindungi, menyayangi dan menjaganya nyatanya malah menyakitinya.
Kesabaran Alice sudah habis, kembali merasa dikecewakan oleh laki-laki yang sudah ia anggap sebagai imamnya.
"Sekarang mas tanya pada hati mas sendiri. Apa aku terlihat seperti wanita yang mas pikirkan selama ini?" Alice berderai air mata merasakan rasa sakit di hati dan pipinya tanpa sadar mengalir darah segar di sudut bibirnya.
Bughhh
Reza tiba-tiba masuk dan memukul Rama hingga tersungkur ke belakang. Untungnya Intan segera menangkapnya dan menyangganya,"Kamu tidak apa-apa, Ram?"
"Hikss." Alice terduduk lemas melihat apa yang terjadi di depan matanya.
"Sadar elo bro. Ingat wanita yang elo tampar itu Alice, istri elo. Istri sah elo!" bentak Reza menggebu-gebu sambil menarik kerah Rama.
"Dan elo, Intan. Sebagai perempuan, hati elo dimana? Merebut laki-laki yang masih beristri, gimana kalau elo di posisi Alice saat ini?" Reza menatap nyalang Intan namun yang ditatapnya hanya terkekeh melihat kondisi rumah tangga Rama diambang kehancuran, sesuai yang ia harapkan. Dengan begitu dia bisa mendapatkan Rama lagi.
Rama memberontak dengan kasar melepas cengkraman tangan Reza,"Elo nggak tahu semuanya. Disini dia yang salah, nggak menghargai gue sebagai suami." Tanpa bersalah Rama masih menyalahkan Alice setelah apa yang diperbuatnya bisa dibilang tindak kekerasan dalam rumah tangga dan perempuan. Sungguh hati Rama telah dibutakan oleh amarah.
"Elo bodoh. Itu yang namanya cinta? Cih. Kalau cinta nggak mungkin kepercayaan elo ke Alice setipis itu." Reza menatap kecewa dan marah pada Rama, tanpa peduli jabatannya yang berada dibawah Rama.
Reza membantu Alice bangkit,"Kamu masih kuat? Masih tetap lanjut?" Alice terdiam kemudian menoleh kearah Rama yang menatapnya dengan tatapan sulit diartikan tentunya dengan Intan yang menyeringai puas sembari bergelayut manja memeluk lengan Rama.
"Aku masih kuat kak. Tolong bantu aku." Reza tersenyum getir melihat pengorbanan Alice. Tidak salah bila dia membantu Alice tadi. Entah kenapa Reza yakin kalau Alice tidak salah disini walau belum ada bukti yang membuktikannya.
"Buktikan kalau anggapannnya salah pada kamu." Seru Reza dengan keras pada Alice.
Alice menggeleng, perbuatan Rama sekarang justru membuatnya tidak ingin melanjutkan rencananya yang tadi. Hatinya sudah terlanjur sakit, dan mungkin perceraianlah menjadi solusi terbaiknya. "Nggak, Kak. Aku mau pulang." ucap Alice dengan dada yang sesak dan lemah. Reza terkejut namun tak membantah keputusan Alice ini. Dia tahu bagaimana perasaan wanita malang itu.
"Kalau elo udah nggak mau sama Alice, biar gue yang gantiin elo sebagai suaminya."
Bughh
Rama langsung berlari memukul Reza dengan brutal."Maksud elo apa? Elo nggak punya mata, dia udah kotor. Murahan. Bahkan gue sendiri, suaminya tidak pernah menyentuhnya."
Alice menatap nanar Rama, mengutuk keras ucapan kasaar Rama."Jahat. Aku benci kamu!"
Bugh bugh
Alice maju, menerjang tubuh Rama menghadiahi pukulan bertubi-tubi ke tubuh Rama sekuat ia bisa mengingat tubuhnya telah lemah, tanpa peduli blazer yang ia kenakan mlorot sampai lengan dan itu memperlihatkan tube dressnya. "Stop." Rama menangkap kedua tangan Alice.
"Minggir kamu." Intan hendak menjauhkan Alice untuk melindungi Rama namun sudah dihadang oleh Reza. Kemudian Reza menarik pergelangan tangannya secara paksa meninggalkan ruangan kerja Rama. Disini yang harus disingkirkan itu Intan dan membiarkan sepasang suami istri itu menyelesaikan urusan rumah tangganya tanpa ada gangguan pelakor.
Brakk
Suara pintu dibanting keras tanpa peduli meninggalkan suami istri yang masih berselisih disana. Kedua pandangan suami istri itu beradu dengan nafas memburu Alice menerpa wajah Rama. Sungguh Alice merasa muak dan benci berhadapan dengan suami brengsek dan gilanya itu.
Mau dipukul berkali-kali hanya akan membuat tubuhnya semakin lemah dan sia-sia karena tenaga dan otot Rama jauh lebih besar ketimbang dirinya. Tak mau membuang tenaga dan waktu memperjuangkan orang yang tidak mau diajak berjuang bersama-sama. Memilih pergi dan pasrah pada keadaan itulah pilihannya saat ini.
"Aku sudah capek, lelah menghadapi keegoisanmu itu. Mungkin memang lebih baik kita hidup masing-masing." Alice beranjak dari hadapan Rama.
Greppp
Rama menarik pergelangan tangan Alice kemudian didorong paksa tubuh Alice ke dinding,"Aww. Apa … hmptt." Belum selesai bicara bibir Alice telah dibungkam bibir Rama kemudian disesapnya dengan ganas. Alice kewalahan akan keliaran bibir Rama pada bibirnya hingga terasa kebas.
"Tak kan kubiarkan kamu pergi setelah mengusik ketenanganku." Seringai Rama ,melepas tautan bibir sejenak kemudian melahap bibir Alice lagi. Tangannya menekan tengkuk Alice hingga ciuman keduanya semakin dalam sambil menuntun Alice menuju kamar pribadinya yang ada di ruangan kerjanya.
Alice terus meronta, mungkin diawal dirinya menghendaki ini terjadi namun kenyataan menampar keras harapannya. Sungguh dia tidak mau diperlakukan seperti ini oleh Rama yang telah tega berselingkuh di depan matanya langsung apalagi dengen wanita yang berbeda. Awalnya dia memang memaafkan tapi untuk sekarang sudah tidak ada kata maaf lagi. Hatinya sudah terlanjur kecewa. Namun sayang usahanya melepas diri semakin menipis seiring tenaganya kalah telak oleh suaminya yang jauh lebih besar dan berhasrat tentunya.
Rama puas melihat Alice yang berhenti melawan, kembali melancarkan aksinya diikuti tangannya menggerayangi kemolekan tubuh Alice hingga drees yang dipakai Alice melorot menampilkan gunung kembarnya. Dan itu membuat Rama semakin terlena dan terhanyut dalam permainannya.
"Eunggh … Hah hah hahh." Nafas Alice tersengal kala Rama melepas cumbuannya.
Brakkkk