Mereka berdua berdiri di masing-masing sisi gedung tersebut. Justin menatap iblis kecil tersebut dengan berhati-hati, ia menggenggam erat tongkat besi yang kini berada di tangannya tersebut.
"Tidak baik jika kau tidak mengetahui namaku, perkenalkan namaku Vandal." Iblis tersebut memperkenalkan namanya sambil menundukkan kepalanya.
"Tidak perlu basa-basi lagi, jika kau ingin bertarung, maju sekarang!" Justin tidak menghiraukan perkataan dari Iblis tersebut.
"Huhuhu, kakak malaikat sangat tidak sopan. Perkenalkan diriumu sambil berlutut!" Iblis bernama Vandal tersebut berteriak dan mengarahkan tangan kanannya ke arah Justin.
"Akh, badanku. Hei!" Justin terejut badannya diluar kendalinya, kini ia berjalan menuju Iblis Vandal tersebut dan badannya berlutut di depan si Iblis.
"Nah, begitu kan seharusnya. Jadi anak baik hahaha." Iblis Vandal tersebut tertawa dan langsung melayangkan hantaman pukulan batangan besi dari tangannya tepat mengenai dada Justin.
"Akhhh.." Justin berpental ke pinggir gedung, posisinya sangat tipis sekali, jika saja ia bergerak dengan gegabah maka ia akan jatuh dari gedung 3 lantai tersebut. Dengan perlahan Justin berdiri dan mengatur nafasnya yang mulai sesak karena hantaman kuat di dadanya, ia berdiri dengan berpegangan kuat dengan tongkat besi tersebut.
"Kau! Hahh hahh aku tidak akan kalah dari Iblis." Justin langsung berlari dan meloncat lumayan tinggi sambil mengayunkan tongkat besi dengan kedua tangannya untuk mengenai Iblis tersenut.
TANGG!!!
Pukulan Justin berhasil di hentikan Iblis Vandal, bunyi nyaring dari pertemuan pukulan kedua tongkat besi tersebut terdengar.
"Aku tidak akan kalah, meski sekarang kekuatanku tidak ada. Aku tidak akan membiarkan kejahatan berkuasa." Justin menatap wajah Iblis tersebut dari dekat.
"Kakak, apa kakak tega untuk membinasakan ku ?" Iblis Vandal merubah wajahnya seperti wajah roh wanita yang membuatnya seperti di sekarang.
"K-kau ?" Justin terpelongo menatap wajah Iblis tersebut, pertahanannya melemah dan dia teringat akan masa lalunya.
"Iya, ini aku kak. Setelah kakak di bawah, para malaikat membuangku ke neraka." Iblis Vandal berhenti dan tertunduk, ia menangis sambil memeluk lututnya.
"Apa maksudmu ? Tidak mungkin mereka seperti itu, aku sudah menjelaskan semuanya dan meminta agar kau tidak dihukum." Justin seakan luluh dan melupakan bahwa yang didepannya sekarang adalah iblis yang menjalankan tipu muslihatnya.
"Ini benar aku. Lihat, mereka membuangku, aku yang tadinya ingin dilahirkan menjadi manusia lagi, sekarang aku menjadi iblis." Ia lalu memeluk Justin sambil menangis. Justin yang masih shok hanya melihat dan ia memeluk iblis tersebut.
"Bagaimana bisa ? Apa kau tau siapa malaikat itu ?" Justin mengusap kepala Iblis Vandal tersebut.
"Ya, aku tau namanya malaikat itu Rossler." Dalam masih memeluk Justin, ia mengubah tangannya menjadi lancip seperti tombak dan menusuk perut Justin sampai menembus, ia lalu menarik tangannya.
"Wah, wah, wah, ternyata kakak belum bisa melupakan masa lalumu dengannya hihihi." Ia kembali tertawa dengan lantang lalu menjilat tangannya yang berlumuran darah.
"K-kau..." Justin terbaring dengan darah tergenang.
"Sampai jumpa di neraka sayang." Iblis Vandal melayangkan ciuman jarak jauh ke arah Justin sambil kembali tertawa dan ia hendak terbang, hingga tiba-tiba kakinya seperti terlilit sesuatu yang meghentikan getrakannya.
Iblis Vandal melihat kebelakang dan terkejut melihat Justin dapat berdiri dan seluruh tubuhnya tertutup banyak segel dan bersinar.
"Sial! Kaukan sudah sekarat." Iblis tersebut kembali terbang ke arah Justin dengan sangat cepat dan ia kembali mengincar daerah jantung Justin. Kali ini Justin menahan pukulan telak dari sang iblis.
"Kenapa bisa ? Kenapa ?" Iblis tersebut berteriak dan terus berusaha mendorong munduru tubuh Justin.
"Kejahatan tidak akan mampu mengalahkan kebaikan, bahkan jika kejahatan menyamar menjadi bagian masa lalu seseorang." Justin berjalan maju, kali ini ia yang mendorong mundur iblis tersebut lalu berteriak, tubuh Iblis Vandal terpendal dengan jauh dan efek teriakan tersebut membuat tubuh iblis memiliki luka sayatan yang banyak.
"Sial! Regenerasiku terhambat." Iblis Vandal kembali berdiri dan mengangkat tangannya, terbentuklah sebuah tombak besi panas yang sangat tajam dan di lemparkannya ke arah Justin. Dengan secepat kilat Justin menghindar dan kini Justin berada di belakang Iblis Vandal tersebut.
"Sampai disini kau membuat masalah. Pergilah dengan tenang." Justin berbicara dari belakang Iblis Vandal. Badan Iblis tersebut seketika penuh dengan segel seperti tubuh Justin dan badan Iblis Vandal menjadi rupuh terbang tertiup angin perlahan seperti debu.
"Berhati-hatilah, perang besar akan berlangsung, sang penipu ulung sedang menjalankan aksinya. Aku percaya kau dapat menghentikannya Justin Rossler, sampai jumpa." Tubuh Iblis Vandal tersebut benar-benar lenyap terbawa angin.
Setelah Iblis Vandal lenyap, Segel di badan Justin menghilang dan Justin terduduk lemas sambil bersandar di pintu darurat. Luka di perutnya tertutup tidak berbekas, kepala Justin terasa berat berat karena waktu yang tiba-tiba berjalan mundur dengan sangat cepat mengembalikan keadaan seperti semula sebelum kejadian pertarungan berlangsung. Kini badannya tertarik mundur dan kembali ke rumahnya seperti semula di mana ia berdiri di depan Vera yang memegang pipinya.
"Kakak kalau masih tidak enak badan, istirahat aja ya ? Nanti makin sakit." Vera tersenyum.
"Uwo uwo begini nasib jadi bujangan uwo uwo." Dari dekat kursi Mike bernyanyi dengan suara cemprengnya melihat adegan mesra di depannya. Justin yang masih agak aneh menatap mereka satu persatu.
"Nah loh, nah loh. Justin kerasukan." Mike berteriak heboh.
"Heh, siapa yang kerasukan sih. Hoax aja kerjanya." Justin segera berlari ke dekat Mike dan menutup mulutnya Mike.
Dari dalam rumah langsung keluarlah mamanya Justin serta kedua orangtua Mike.
"Ada apa ? Kenapa teriak-teriak Mike ?" Tanya papanya Mike.
"Oh, gak apa-apa kok om tadi Mike kesandung kakinya hehehe." Justin cengengesan sambil melepaskan tangannya yang menutup mulut Mike.
"Iya om, kak Justin gak apa-apa kok." Vera ikut menimpali perkataan Justin.
"Benar ?" Kini mamanya Mike menatap Mike untuk meyakinkan.
"Iya benar ma, pa. Tadi cuma kesandung kok." Mike memperlihatkan senyuman lebarnya.
"Baiklah, kalau begitu kami sekalian pamit ya sis, udah malam juga." Mamanya Mike tersenyum.
"Ah, baiklah. Terimasih ya sis sudah banyak membantu kami." Mama Justin membungkukkan badan memberikan hormat.
"Haduh jangan begitu, kita kan udah seperti saudar. Asley, tante sama om pulang dulu ya, kamu jagain mama dan kak Justin ya sayang." Mamanya Mike mengelus kepala Asley.
"Iya tante, terimakasih banyak om dan tante udah banyak bantu." Asley menundukkan badannya juga tetapi di tahan oleh mamanya Mike.
"Jangan begitu ah, kan kita sudah kenal. Oke ya tante sama om pulang, Vera sekalian aja yuk pulang nanti tante anter pulang.
"Iya tante. Kak, aku pulangnya, kakak jaga kesehatan." Vera tersenyum malu.
"Iya, hati-hati di jalan ya." Justin mengelus kepala Vera, lalu Vera berpamitan kepada mama Justin dan adiknya.
"Kakak Justin, Mike pulang ya huhuhu." Mike memeluka tubuh ramping Justin.
"Heh, heh, heh. Apaan ini." Justin kaget dan menjewer telinga Mike.
"Kan Mike pamit pulang." Mike memanyunkan bibirnya.
"Iya sana pulang. Om, tante, makasih banyak ya. Hati-hati dijalan." Justin tersenyum.
"Iya sayang, kamu juga jaga kesehatan ya, banyak istirahat. Om, tante, Mike dan Vera pulang dulu ya."
Justin, mamanya serta Asley mengantarkan Vera, Mike dan keluarga ke halaman depan. Begitu mobil orangtua Mike sudah melaju keluar dan sudah jauh, Justin menutup dan mengunci pitu gerbang dan mereka kembali masuk kedalam. Asley dan Justin membantu untuk membereskan bekas peta kecil mereka.