Chereads / The New Aurelia / Chapter 6 - TNA 5

Chapter 6 - TNA 5

Ini sudah ralut malam, sejak 4 jam yang lalu Aurel dinyatakan koma karna pendarahan dikepalanya. Ada 100 panggilan tak terjawab dari sahabat-sahabatnya dan berpuluh-puluh pesan yang masuk diponsel Aurel.

Zidan tak henti-hentinya memandangi tubuh Aurel yang terbaring lemah diatas brankar, entahlah sepertu ada sesuatu yang membuatnya tak ingin melepaskan pandangannya dari Aurel.

drrttt drttt drttt

Untuk yang kesekian kalinya ponsel Aurel kembali berbunyi dengan nama Raka yang tertera disana, karna jengah Zidan menerima telfon itu.

"Aurel, lo dimana?"

"maaf ini siapa?"

"lo siapa?! dimana Aurel?! lo ga macem-macemkan sama Aurel?!!"

"Aurel kecelakaan, sekarang Aurel berada di Fellix's Hospital"

"bangsat! lo ga becanda kan?!"

tutt tutt tut

Zidan mematikan sambungan telfon itu sepihak dan langsung bergegas pulang, karna tidak mungkin ia berkata jujur bahwa Aurel kecelakaan saat dalam perjalanan menuju tempat pemotretan.

ya, Aurel adalah seorang model dalam dan luar negeri. Namun, hanya segelintir orang yang mengetahui identitasnya karna Aurel mengganti namanya saat berhubungan dengan karirnya.

Zea Berliaz, nama yang ia pakai sebagai model. Dan Aurelia Maffisya nama yang ia pakai sehari-hari.

Setelah 30 menit datanglah Arka, Raka, Fikra dan Gani tergesa-gesa.

Deg!

Keempatnya membeku ditempat saat melihat sahabat tersayang mereka terbaring lemah dibrankar dengan mesin ventilator yang membantunya bernafas.

Mereka perlahan mendekati Aurel, memastikan kalau itu bukan Aurel namun keberuntungan tak memihak pada mereka.

Gadis itu adalah Aurel, sahabat mereka. Mereka terdiam membisu berusaha menerima kenyataan.

Saat keempatnya dilanda kesunyian, tiba-tiba masuklah seorang dokter laki-laki dan seorang ners perempuan masuk kedalam ruangan itu.

"selamat malam, permisi kami ingin mengecek keadaan pasien sebentar" izin dokter itu.

"teman saya kenapa dok?" tanya Arka.

"teman anda mengalami benturan yang sangat keras dikepalanya, sehingga menyebabkan ia mengalami pendarahan diotaknya dan itu yang membuatnya tidak sadarkan diri hingga sekarang" jelas dokter itu.

"tidak sadarkan diri?" binggung Fikra.

"koma" jawab dokter itu.

Satu kata yang membuat dunia serasa berhenti berputar untuk keempat lelaki itu, koma? itu berarti Aurel sedang diambang antara hidup dan mati hal ini terus terlintas dikepala keempatnya.

Bagaimana jika Aurel memilih berhenti berjuang? Bagaimana jika Aurel memilih kisah ini berakhir secepat ini? Bagaimana jika Aurel menuntaskan konflik yang ia alami dengan kematiannya?

"kapan dia sadar dok?" tanya Raka.

"sesuai dengan seberapa besar keinginannya untuk sadar" jawab dokter itu.

"dok, pasien menolak oksigen yang masuk melalui ventilator yang kita pasang" ujar ners, ners itu berbicara dengan tenang tapi tersirat kekhawatiran didalamnya.

"ambilkan obat penenang" titah dokter.

"baik dok" jawab ners.

Sementara menunggu obat itu datang, dokter itu terus berusaha agar Aurel kembali menerima oksigen yang diberikan oleh ventilator itu.

Tak lama datanglah ners tadi dengan botol kecil ditangannya, kemudian ia menyuntikan obat itu diinfus Aurel.

"pasien sudah cukup tenang, kalau begitu kami pergi dulu" pamit dokter itu.

"baik, terima kasih dok" jawab Raka.

* * * * *

"Rell... Bangunn atuh" bujuk Fikra yang masih setia membujuk Aurel dari 2 jam yang lalu seolah-olah Aurel mendengar bujukannya.

Tak hanya Fikra, yang lainnya juga ada disini tapi Fikra menyuruh temannya untuk tidur saja biar besok pagi mereka bisa bergantian menjaga Aurel.

"Rel.. Bangun dong, kasih tau gue siapa yang buat lo kayak gini" ujar Fikra sembari memainkan jemari Aurel.

"janji sama gue kalo lo itu cuma tidur malem bukan koma, iyakan Rel?" sambungnya menatap Aurel.

"ayoo janji Rell" ajak Fikra kemudian menautkan jari kelingkingnya dan jari kelingkin Aurel.

"lo udah janji, gaboleh diingkarin ya!" tegas Fikra.

"gue beneran bisa gila kalo lo kayak gini terus Rel!" ujar Fikra frustasi karna hal yang dilakukannya sekarang persis seperti orang gila.

//DIDIMENSI LAIN//

Seorang gadis tengah berada disebuah taman yang dipenuhi dengan bunga berwarna-warni, gadis itu tampak tersenyum bahagia.

Setelah jauh melangkah gadis itu menemukan seorang laki-laki duduk dibangku taman itu sendirian, dengan keberaniannya gadis itu mendekati laki-laki tadi.

Saat gadis itu sudah tepat dibelakang laki-laki tadi...

"kamu ngapain disini Lia?" tanya laki-laki tadi.

Lia? gadis itu menggelengkan kepalanya, tidak mungkin. Yang memanggilnya Lia hanya dia! Tidak ada yang lain, tapi bukankah dia sudah tiada? lalu siapa laki-laki ini.

"El, itu bukan kamu kan?" tanya gadis itu ragu.

"ini aku sayang" jawab laki-laki yang dipanggil El itu kemudian berdiri menghadap Aurel.

Ya, gadis itu adalah Aurel sedangkan laki-laki itu adalah Farelano Deornald atau lebih tepatnya mantan kekasih Aurel.

Mulanya Farel adalah sahabat sekaligus kekasih Aurel. Mereka juga sahabat Arka dan Gani diSMP. Mereka bisa dibilang cukup famous saat itu karna wajah keempatnya yang sempurna dan kenakalan mereka yang tiada tandingannya.

Balapan liar, bolos, menjahili guru, membuly orang, berkelahi, dll merekalah biang keroknya. Tidak disekolah, Tidak diluar sekolah merekalah biang dari masalah itu.

Bahkan mereka pernah hampir dipenjara karna menjadi biang dari balapan liar besar-besaran, tapi mereka hanya tertawa disaat-saat seperti itu.

Jika orang lain yang ada dikondisi itu sudah menangis ketakutan, berbeda dengan empat sekawan itu.

Mereka bahkan tertawa terpingkal-pingkal saat mengingat ekspresi kesal dari polisi-polisi yang mengintrogasi mereka karna mereka menjawabnya dengan belibet.

Para polisi itu hanya bisa geleng-geleng kepala karna tak menyangka bahwa balap liar besar-besaran diJakarta itu karna ulah empat bocah ini.

Susah senang mereka lewati bersama, nama mereka dikenal diseluruh SMP dijakarta bahkan tak jarang anak SMA yang mengenali mereka.

Empat sekawan yang dikenal dengan kenakalan dan solidaritas mereka yang tinggi membuat siapapun ingin bersahabat dengan mereka.

Tapi apalah daya, mereka tak bisa menyamai wajah mereka yang sempurna dan harta mereka.

Sampai akhirnya, saat mereka kelas 3 SMP Farel meninggal karna kecelakaan maut yang menimpanya.

~back topic!~

"i miss you" ujar Aurel dengan nada bergetar.

"i miss you too" jawab Farel.

brukk!

Aurel memeluk Farel dengan erat, seakan tak ingin dipisahkan lagi untuk kedua kalinya oleh semesta.

Cukup lama kemudian Farel melepaskan pelukan itu.

"aku harus pergi, Ya" ujar Farel tiba-tiba.

"aku ikutt" jawab Aurel.

"gaboleh Ya! kamu harus pulang" balas Farel.

"aku mau sama kamu El! Aku cinta sama kamuu Ell!!" ujar Aurel.

"Aurel sadar! Kita udah beda" Farel melirih.

"kita udah beda alam, Lia. Ga ada cinta yang bisa bersatu kalo udah beda alam, Lia" sambung Farel.

"kalo gitu biarin aku yang nyusul kamu! Biar kita satu alam dan bisa bersatu!" jawab Aurel menggebu-gebu.

"jangan bodoh Aurel!" bentak Farel.

"aku rindu sama kamu" lirih Aurel.

"Lia, ini takdir. Kita ga bisa ngelawan, ini garis yang udah ditakdirin buat kita. K-I-T-A G-A B-E-R-J-O-DO-H YA" ujar Farel kemudian menghilang.

"FARELL!!" teriak Aurel saat Farel menghilang dari pandangannya.

"Ell kamu dimana?" suara Aurel sambil mencari Farel.

"El muncull Ell!!" teriak Aurel.

"kalo kamu muncul aku janji El..."

"akuu... janji.. bakal ikhlasin kamu" sambung Aurel dengan suara parau.

Meskipun sulit ia akan belajar menerima kenyataan bahwa dirinya dan Farel sudah berbeda alam.

Sedangkan disudut sana Farel memandang sendu kearah Aurel, jujur sampai saat ini ia masih mencintai Aurel.

Tapi ini tidak bisa, Aurel masih harus meneruskan kehidupannya 'tanpa dia'. Biarlah Aurel membencinya karna ia hanya bisa melakukan ini untuk gadis itu.

Kini ia sudah tidak bisa menjaga gadis itu lagi, ia tidak bisa lagi untuk selalu hadir dikala gadis itu sedih, ia tidak bisa lagi menemani gadis itu dimasa sulitnya.

"lanjutkan kehidupanmu, dear

dan tetaplah bahagialah tanpaku" batin Farel.

"kalau memang ini takdirmu YaTuhan

aku ikhlas" batin Aurel sendu.