Sudah 1 minggu Aurel koma, namun tak ada kemajuan dari keadaannya yang ada keadaan Aurel malah makin melemah.
Sudah 1 minggu ini juga Raka, Fikra dan Gani menjadi uring-uringan. Sekolahpun jika tidak dipaksa mereka tidak akan mau dan lebih memilih menemani Aurel dirumah sakit.
Fikra dan Gani yang biasanya selalu berdebat tak ada habisnya kini diam seperti orang bisu, Arka dan Raka yang biasanya dingin kini benar-benar tak tersentuh.
Jika pulang sekolah mereka akan kerumah sakit, menemani Aurel hingga larut malam kemudian tidur dan pagi kembali sekolah.
Sejak Aurel koma kehidupan keempatnya monoton, bukan hanya keempatnya, kelasnya dan bahkan sekolahnya sepi sejak Aurel terbaring lemah dirumah sakit.
Kini mereka sedang menemani Aurel, meskipun Aurel dalam keadaan tidak sadarkan diri mereka akan tetap disisi Aurel karna itulah sahabat.
"kapan lo mau bangun Rel?" tanya Fikra seraya memilin jemari pucat Aurel.
"janji deh, kalo lo bangun gue bakal turutin semua permintaan lo" ujar Gani bersungguh-sungguh.
"lo ga bangun, gue marah" ketus Raka.
Mereka berbicara seolah-olah Aurel dapat mendengarnya, tapi nyatanya gadis itu tetap terlelap dalam komanya.
Jika kalian menanyakan keadaan Arka, entah dimana dia sekarang. Sejak tadi 2 hari yang lalu ia tidak ada disini "mungkin ada urusan" pikir ketiganya.
tittt titttt tittt
Mesin elektrokardiogram itu berbunyi panjang dan kencang, membuat ketiganya panik.
Raka dengan sigap menekan tombol darurat dibawah brankar Aurel dan tak lama datanglah dokter dan beberapa ners dengan terburu-buru.
"mohon maaf, kakak silahkan keluar dulu. Biarkan kami menangani pasien" ujar ners itu sopan dan lembut.
Kemudian mereka keluar ruangan, mengharap-harap cemas pada insan yang ada didalam.
//DITEMPAT LAIN//
Seorang laki-laki tengah terbaring dengan mesin ventilator yang membantunya untuk tetap bernafas, sejak 2 hari yang lalu dia terbaring dibrankar itu.
Sebenarnya kemarin keadaannya sempat membaik tapi semenjak 1 jam yang lalu kondisinya menurun drastis hingga menyebabkan laki-laki itu koma.
Laki-laki itu adalah Arka, dia terkena kanker otak stadium 4. Dan saat penyakit itu kambuh Arka harus mati-matian mengendarai mobilnya menuju rumah sakit.
Hingga saat ini tak ada satu orangpun yang mengetahui penyakit yang diderita Arka, karna Arka yang memang merahasiakan penyakitnya.
Jika kalian bertanya kenapa Arka menyembunyikannya, karna ia tak ingin membuat orang disekitarnya menjadi sedih.
Cukup nanti saat dia meninggal orang disekitarnya bersedih, jika dari sekarang Arka tak tega melihatnya.
//DIMENSI LAIN//
Arka mematung melihat kejadian didepannya, dimana Aurel dan Farel bertemu dan Aurel yang histeris saar Farel tiba-tiba menghilang.
Ia berada disana, diantara bunga-bunga yang indah itu. Aurel tak melihat Arka, karna Arka berada jauh dibelakangnya.
Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya dan sontak membuat Arka terkejut.
"Farel" guman Arka saat melihat siapa yang mengejutkannya.
"lo kenapa disini?" tanya Farel, yap dia bukan menghilang begitu saja. Farel menghilang untuk menemui Arka.
"lo sendiri ngapain disini?" tanya Arka balik.
"bodoh! Jelas-jelas ini alam gue!" jawab Farel ketus.
"maksud lo?" tanya Arka bingung.
"udah gausah mikir, otak lo ga difungsiin buat mikir!" ujar Farel.
"setan lo!" ketus Arka.
"emang iya, lo mau apa?" ujar Farel enteng.
"ga kangen lo sama gue?" lanjut Farel.
"najis! Gue bukan homo" jawab Arka.
"elah, kemaren aja pas gue pergi lo nangis" Farel tertawa kecil mengingat dimana Ia meninggal dunia dan Arka menangisinya.
"kelilipan doang" jawab Arka singkat.
"kelilipan ampe 7 hari 7 malem" lagi lagi Farel tertawa.
"gue kangen maen bareng kalian, bro" ujar Farel sendu setelah meredakan tawanya.
"kita juga kangen maen bareng sama lo" jawab Arka.
"gue pengen kayak dulu, kita balapan bareng, cari rusuh bareng, bolos bareng, main bareng" tutur Farel sembari menerawang masa lalu.
"tapi sekarang udah beda" Farel menarik nafas dan melanjutkan penuturannya.
"kita udah beda alam, kita udah gabisa kayak dulu. Gue kangen kalian" lanjutnya dengan suara yang mulai parau.
Arka diam, mendengarkan penuturan sahabatnya ini. Sejujurnya lidahnya sudah terlalu kelu untuk berbicara, kalaupun dia berbicara rasanya akan sangat susah.
"sampai akhirnya semua juga bakal pulang, El. Jadi lo jangan sedih, gue, Gani, Aurel bakal pulang kesini sesuai waktu yang udah ditentukan oleh-Nya"
Akhirnya Arka membuka suara setelah mengumpulkan tenaganya, ia tak mungkin cengeng disaat ia harus menguatkan sahabatnya.
Walaupun mereka sudah berbeda, tapi Farel tetap sahabatnya. Sampai nanti tuhan yang mengakhiri semuanya.
"gue mau lo jagain Aurel, Ka" ujar Farel tiba-tiba.
"maksud lo?" tanya Arka bingung.
"lo paham maksud gue" jawab Farel dengan senyumnya.
"gue mau lo bahagiain dia" ucap Farel lagi.
"gue, Gani, Fikra sama Raka udah mati-matian berusaha buat Aurel bahagia, El. Tapi dengan brengseknya lo datengin dia lagi dan buat dia nangis!"
Tak bisa dipungkiri Arka juga kesal dengan Farel yang telah membuat Aurel menangis, jika kalian bertanya bagaimana dengan Aurel sekarang? gadis itu masih menanggis ditempatnya.
Farel adalah cinta pertamanya, waktu itu mereka berkumpul dikamar Aurel hanya untuk menenangkan gadis itu karna 1 minggu yang lalu nenek dan kakeknya meninggal dunia karna pesawat yang mereka naiki jatuh pada saat ingin pulang ke New York.
Tapi siapa sangka kalau malam itu adalah malam terakhir mereka bersama, karna pada saat diperjalanan pulang.
Farel mengalami kecelakaan yang menyebabkan dirinya meninggal dunia, tepat malam dimana besoknya adalah universery mereka yang ke tiga tahun.
Bisa kalian bayangkan betapa hancurnya hati gadis itu, orang yang dia cintai pergi untuk selama-lamanya.
Semenjak itu kepribadian Aurel berubah, ia menjadi gadis dingin yang tak tersentuh. Tapi Arka dan Gani terus berusaha untuk mengembalikan sifat Aurel.
Sampai akhirnya usaha Arka dan Gani tidak sia-sia, Aurel kembali ke sifat aslinya dan pada saat itujuga mereka memungut Fikra dan Raka dan menjadikan mereka sahabat.
Dan sekarang Farel datang dengan brengseknya, dan membuat gadis yang kebahagiannya mereka usahakan mati-matian menangis.
"sory, gue cuma kangen sama Aurel" jawab Farel dengan senyum mirisnya.
"gue titip Aurel, jaga dia baik-baik Ka" pesan Farel.
"gue ga janji" jawab Arka lirih.
"see you bro" pamit Farel.
"see you too" saut Arka.
Sesaat kemudian tubuh Farel memudar dan kemudian menghilang begitu saja.
Perlahan Arka mendekati Aurel yang masih menangis dalam keadaan bersimpuh.
"Rel..." panggil Arka seraya berjongkok dihadapan Aurel.
"Arka tadi gue ketemu Farell, Ka" ujar Aurel dengan isakannya.
"gue kangen sama dia tapi dia pergi gitu aja" lirih Aurel.
Hatinya sesak, dia merindukan kekasihnya ralat mantan kekasihnya itu. Jujur masih ada nama Farel dihatinya dan rasa itu selalu menyiksa Aurel setiap malamnya.
"sstt udah jangan nangis" Arka berusaha menenangkan Aurel dan mendekap gadis itu.
"kita nanti bakal ketemu Farel lagi kok" ujar Arka bersungguh-sungguh.
"tapi nanti" lanjut Arka.
"jangan tinggalin gue Ka" entah dorongan dari mana, Aurel mengatakan kalimat tersebut.
'ini yang buat gue ga tega buat bilang soal penyakit gue Rel, gue gamau lo sedih. Dan nanti kalo saatnya udah tiba lo harus cari tempat bersandar yang baru ya, Gue sayang sama lo' batin Arka sembari mengelus surai hitam Aurel.
"gue sayang sama lo, Ka" lanjut Aurel seraya memeluk Arka kuat.
'gue gatau perasaan apa ini, tapi gue sayang sama lo dan gue gamau lo ninggalin gue sama kayak apa yang dilakuin Farel kegue' batin Aurel